REAN“Selamat datang di Indonesia, Rean. Lama tak mendengar suaramu” Sapa John dalam sambungan telepon.
Ia tampak senang sekali, terlihat dari nada bicaranya yang tak karuan.
“Hei John, bagaimana kabarmu? Bagaimana kabar cafe?”
“Kau harus melihatnya sendiri Rean atau bukan kejutan jika aku harus memberitahunya sekarang”. Balas John sembari terkekeh pelan.
“Baiklah aku akan mampir jika sempat. Ngomong-ngomong aku harus segera pergi ke stasiun, ku hubungi lagi nanti. Sampai jumpa”.
“Tunggu dulu!
Aku dengar dia juga akan berada di stasiun hari ini…”
“Baiklah… Terimakasih John”
“Jaga dirimu kawan”
Apa yang ia lakukan? Pikir Rean
***
Sudah dua tahun aku pergi, sudah dua tahun juga segalanya berubah. Banyak sekali bangunan-bangunan baru yang didirikan, gedung-gedung tinggi dan jalan layang mengisi pandanganku saat taksi yang ku naiki keluar dari area bandar udara.
Langit hari ini tampak muram, gerimis mulai menaungi kota.
Satu hal yang mungkin tak pernah berubah dari kota ini. Ia selalu saja terlihat sendu. Mendung berkumpul tak tau waktu, dan hujan turun tanpa perlu aba-aba.
Rasanya senang bisa pulang.
Sengaja aku tak menyuruh keluargaku untuk menjemput, banyak yang ingin ku nikmati sendiri. Sudah dua tahun aku menunggu ini, dua tahun…
Mobil yang ku naiki mulus meluncur di jalan toll, melibas kendaraan-kendaraan yang ada di depannya, bergegas menuju stasiun pusat kota.
Tujuan akhir ku adalah Stasiun Kota Tua, bagaimana ia sekarang?
Kenangan melambung mengisi mendung yang semakin pekat.
Senja mungkin akan berkabut, pikirku.
***
NADINE
“Kau sudah menghubungi band yang kita sewa untuk besok bukan? Suruh mereka datang dan mencoba panggung serta alat yang sudah kita sediakan”
“Baiklah, Dine” Balas Cath
Hari ini cukup melelahkan, semua bekerja keras untuk pernikahan Daviska dan Tya besok. Hari ini adalah hari terakhir kami untuk menyelesaikan semuanya.
Dan hari ini, semuanya tampak berjalan lancar.
“Tolong urus segala keperluan yang dibutuhkan untuk finishing hari ini. Aku ada urusan sebentar. Aku akan segera menyusul”
“Pastikan kau segera sampai, Dine”
“Baiklah” Tutup Nadine.
Tak lama setelah menutup telepon ia segera bergegas menuju stasiun Kota tua. Langkahnya mantap, menyusuri trotoar yang penuh dengan pedagang kaki lima yang mulai mengembangkan payung, berjaga-jaga jika hujan sewaktu-waktu turun.
Ia pun terlihat membawa payung miliknya, hitam.
Mendung kian pekat di setiap menitnya, langkah pun terasa semakin cepat, nafas memuburu, takut jika hujan akan menghambat saat ia turun.
Namun sebelum itu terjadi Nadine telah melewati belokan terakhir menuju stasiun kota tua.
Stasiun kota tua…