Minji menghela nafas, pelan. Hari ini hujan, membuatnya tak bisa pulang karna takut kehujanan. Lagi-lagi ia menghela nafas, lalu mengusap bahunya yang mulai kedinginan. Ia pun duduk di halte bus itu, ia menghela nafas bosan. Ia pun mengeluarkan ponselnya, lalu menempelkan headset itu ke telinganya. Lagu ballad memenuhi telinganya seketika, membuatnya sesekali bersenandung sambil menatap hujan deras yang belum mau berhenti.
Saat sedang termenung, ia dikagetkan oleh seseorang yang tiba-tiba mengambil headset di telinga kanannya. Minji segera melihat orang yang memasang headset miliknya itu ke telinga kanannya, lalu mendengus sebal. Pria itu pun duduk disamping Minji, membuat Minji membuang pandangannya.
"Ada apa?" tanya Minji, sebal.
"Tidak ada, aku juga terjebak hujan." ujar pria itu yang ternyata Minwoo, pelan. "Kau tak belajar bersama Youngmin?"
"Dia ada urusan, lagian hujannya sangat deras. Kau kenapa disini?" tanya Minji sambil melihat jaket kulit Minwoo yang basah, membuat Minwoo menatap tubuhnya sendiri.
"Entahlah, mungkin karna aku tak bertemu denganmu selama seminggu ini."
"Apa maksudmu?"
Minwoo hanya tersenyum, pelan. "Kau punya selera musik yang buruk." celetuknya, membuat Minji mendengus.
"Ya sudah, jangan dengarkan." ujar Minji sambil menarik headset miliknya di telinga Minwoo, membuat pria imut itu tersenyum geli.
Pria itu pun mengeluarkan mp3nya, lalu memasang headset miliknya ke telinga kirinya. "Kau ingin tau selera musikku?"
"tidak tertarik." jawab Minji, ketus.
Minwoo segera mengambil headset yang menempel di telinga Minji, lalu memasang headset miliknya.
"Ah, apa itu?" pekik Minji sambil menarik headset Minwoo dari telinganya, membuat pria itu tertawa puas. "Lagu apa itu? Tidak jelas, bikin sakit telinga." gerutunya, sebal.
Minwoo hanya tertawa, pelan. "Kau tidak suka?"
Minji menatap Minwoo, lalu membuang pandangan.
Minwoo memasukkan kembali mp3nya, Minji mendesah kedinginan. Pria itu menatap Minji, lalu membuka jaketnya. "Nih, pakai saja." Ujarnya sambil menyerahkan jaket itu pada Minji, membuat Minji menatapnya bingung. "Sudahlah, pakai saja." Ujarnya sambil memakaikan jaket itu pada Minji, lalu menatap hujan.
Minji hanya menghela nafas, lalu mengeratkan jaket itu pada tubuhnya.
"Apa kau suka hujan?" tanya Minwoo, pelan.
"Aku suka, apalagi kalau hujan salju." ujar Minji, polos.
"Kau tak kedinginan? Masa?"
"Ya!! Aku melihatnya didalam rumahku, bukan diluar. Aku bisa membeku, kalau aku melihatnya diluar."
"Ya, bisa kuduga." ujar Minwoo, tersenyum.
Minji hanya mendengus, sebal.
"Minji, terimakasih." ujar Minwoo, membuat Minji menoleh. "Terimakasih, kau telah menyadarkanku kemarin. Aku salah, aku harusnya tak perlu memikirkan hal itu."
Minji menghela nafas, pelan. "Ya, itu bisa terjadi pada siapapun."
Minwoo tersenyum, lalu merangkul Minji. "Kau benar, ada banyak gadis yang menantiku. Apa kau salah satunya?"
"Ya! Apa maksudmu?" teriak Minji sambil melepaskan rangkulan Minwoo, membuat pria itu diam. "Aku menyukai Youngmin Sunbae, bukan dirimu." Ujarnya, kesal. Tapi ia menutup mulutnya, ia keceplosan.
"Apa? Jadi, kau menyukai Youngmin?"
Minji menunduk, pipinya memerah.
"Haha, tenang saja. Aku akan merahasiakannya kok, kau tak perlu khawatir." ujar Minwoo, tersenyum.
Minji tersenyum, manis. "Baiklah, terimakasih." ujarnya, membuat Minwoo sedikit terpana melihatnya.
Minwoo tersenyum, lalu menunduk. Pipinya memanas, tapi ia menyembunyikannya dengan baik hingga gadis disampingnya tak menyadari perubahan sikapnya.
***
Kwangmin menghela nafas, ia menatap Youngsun yang sedang memeluk tubuhnya sendiri karna kedinginan. Mereka terjebak di sekolah, karna hujan yang begitu deras.
"Maafkan aku, Sunny." ujar Kwangmin sambil mengusap bahu Youngsun, pelan. "Harusnya aku bawa jaket tadi, aku lupa."
"Sudahlah, Sunbae. Kita kan tidak tau akan ada hujan sederas ini, kau tak salah apa-apa. Untuk apa minta maaf?"
Kwangmin merangkul Youngsun, membuat tubuh gadis itu menegang. Dengan cepat, Kwangmin melepaskan rangkulannya. "Maafkan aku..."
Youngsun hanya tersenyum, samar.
Tiba-tiba sebuah jaket tersampir di kedua bahu Youngsun, membuat gadis itu menoleh kearah seseorang yang berdiri disampingnya.
"Hyung, syukurlah. Sunny sudah kedinginan dari tadi, kenapa kau belum pulang? Apa kau tak belajar bersama Minji?"
"Aku ada urusan, jadi Minji kusuruh pulang duluan." ujar Youngmin, datar.
"Oh, urusan apa?" tanya Kwangmin, penasaran.
Youngmin berdehem, pelan. "Aku pulang duluan, ya." Ujarnya sambil berlari, menembus hujan.
"Ya! Hyung, kalau sakit bagaimana?"
Youngsun akan mencegah, tapi pria itu keburu jauh. "Bagaimana dengan jaketnya?"
Kwangmin menatap Youngsun, tersenyum. "Pakai saja, kau kedinginan bukan?" Ujarnya sambil mengeratkan jaketnya pada tubuh Youngsun, tersenyum. Tapi Youngsun tak begitu memperdulikannya, mata gadis itu masih melihat kearah Youngmin menghilang. Kwangmin terdiam, menghela nafas berat.

KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE MY DESTINY (END)
أدب الهواةBerawal dari kejadian masa lalu, Minji bertekad untuk mencari pangeran impian yang dulu pernah ia temui. Dengan temannya, ia pun menemukan sang pangeran itu. Pada awalnya semua berjalan lancar, Minji mulai dekat dengan sang pangeran masa kecilnya it...