Part 24

55 4 0
                                        

"Ya! Bagaimana bisa kau mengatakan padaku kalau Youngmin babak belur?" omel Minwoo, saat mereka dalam perjalanan pulang.

"Aku kan hanya khawatir, lagipula itu adalah kemungkinan terbesar." ujar Minji, tanpa menatap Minwoo.

"Kau mengatakan padaku terlalu banyak menonton drama, kau sendiri termakan omonganmu." ujar Youngsun, dari kursi belakang.

"Iya, iya, aku salah." ujar Minji, berdecak kesal.

Minwoo menghela nafas, lalu menghentikan laju mobilnya. "Sudah sampai, Sun." ujarnya, pelan.

"Baiklah, aku turun dulu. Ingat Minji, jangan diulangi lagi." ujar Youngsun, membuat Minji mendengus. Gadis itu pun segera keluar dari mobil, meninggalkan Minwoo dan Minji berdua.

Minwoo melirik Minji yang melihat keluar, sepertinya gadis itu benar-benar malu untuk melihatnya. Ia tersenyum, lalu membelokkan mobilnya menuju taman bermain.

"Kenapa kemari?" tanya Minji, kaget.

"Tidak ada, aku hanya ingin kemari." ujar Minwoo, membuat Minji menatapnya. "Aku hanya ingin mencari udara segar, itu saja."

Minji mengendikkan bahunya, acuh.

"Kenapa kau tak mau melihatku? Apa ada yang aneh diwajahku?" tanya Minwoo, pelan.

"Iya, wajahmu menyeramkan." jawab singkat Minji, membuat Minwoo berdecak. "Apa yang kau inginkan? Sampai kapan kita disini?"

Minwoo tersenyum, lalu mengusap kepala Minji. Minji terdiam, lalu menatap Minwoo. "Ada apa?"

Minwoo hanya tersenyum, lalu menatap keluar jendela. "Disini sepi? Apa kau tak takut?"

Minji segera mencopot sepatunya, membuat Minwoo kaget. "Kau kenapa?"

"Aku akan memukulmu, kalau kau macam-macam." ujar Minji sambil menaruh sepatunya diatas dashboard mobil Minwoo, tersenyum.

"Ya! Sepatumu mengotori mobilku, lagian itu tak sopan." ujar Minwoo sambil mengambil sepatunya, lalu menaruhnya di belakang.

"Ya! Ambil kembali atau aku akan memukulmu." ujar Minji, kesal.

"Ambil saja sendiri, aku tak mau." ujar Minwoo, acuh.

Minji berdecak, akhirnya ia mencoba menaiki jok mobil itu. Ia berusaha meraih sepatunya, tanpa harus melewati jok depan. "Susah, Minwoo." ujarnya, kesal.

Minwoo hanya terkekeh pelan, membuat Minji menatapnya. "Kenapa?"

"Ambilkan, tanganmu lebih panjang."

"Ya! Aku tak mau mengambil sepatu kotor dan bau itu, ambil sendiri."

"Aish, kau benar-benar..."

Minji menarik jaket Minwoo, membuat pria itu mendekat kearahnya. Tadinya ia ingin memukuli pria itu, tapi tindakannya itu salah. Ia malah diam ditempat, seolah terhipnotis oleh pesona Minwoo.

Minwoo menatap Minji, kaget. Ia memegang sandaran kursi guna tak ikut terbawa ke kursi gadis itu, ia terdiam.

Minji mengerjapkan matanya, lalu melepaskan jaket Minwoo. "Maaf, aku---"

"Kenapa aku baru menyadarinya?" gumam Minwoo sambil mengusap wajah Minji, membuat tubuh gadis itu menegang.

"A-apa?"

Minwoo memegang dagu Minji, membuat gadis itu terdiam. Ia mengusapnya pelan, lalu mendekatkan wajahnya.

Minji segera memalingkan wajahnya, lalu mendorong pelan Minwoo. "Aku harus pulang, nanti Oppa marah."

YOU ARE MY DESTINY (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang