Youngsun membantu Minji ke kamarnya, gadis itu segera membaringkan Minji di ranjangnya. "Kau kemana saja kemarin? Kami semua panik nyariin kamu, kita bahkan sampai hujan-hujanan. Beruntung aku tidak sakit, karna semalam Kwangmin langsung mengantarku pulang."
"Benarkah? Maafkan aku, ya? Aku hanya ingin sendiri, tapi malah merepotkan kalian." ujar Minji, pelan.
"Ada apa, sih? Apa Youngmin mengatakan sesuatu yang menyakitimu?" tanya Youngsun, penasaran.
Minji terdiam, lalu tersenyum. "Tidak, dia hanya salah paham aja." ujarnya, pelan. "Sunny, apa kau benar-benar sudah merelakan perasaanmu?"
"Perasaan yang mana?"
"Pada Youngmin. Kau yakin bisa menahan perasaanmu?" tanya Minji, agak ragu.
"Kau ini kenapa? Bukankah saat itu kau marah? Kenapa malah terus bertanya soal hal itu? Apa terjadi sesuatu?"
Minji terdiam, lalu menghela nafas. "Sepertinya aku salah mengenali seseorang deh." Ujarnya, pelan.
"A-apa maksudmu?"
***
Kwangmin dan Minwoo tersenyum, saat melihat Jeongmin yang terlihat cekatan membuat makan siang untuk mereka. Tanpa berniat membantu, mereka hanya tersenyum bodoh seperti itu sepanjang waktu.
"Apa yang kalian anggap lucu? Apa aku begitu imut, eoh?" ujar Jeongmin, kesal. "Bukannya membantu malah senyum gak jelas, dasar aneh!!!"
"Ah, Hyung, apa yang kau masak? Sepertinya enak, bolehkah aku mencobanya?" tanya Kwangmin sambil mengambil sendok, tanpa malu-malu.
"Kau terlihat lebih keren ketika memasak, Hyung." puji Minwoo sambil menunjukkan jempolnya, membuat Jeongmin tersenyum.
Pletak!!!
Tiba-tiba saja, Jeongmin memukul kening kedua pria itu dengan sendok yang dipegangnya. "Kau pikir, aku ini apa? Aku tak bisa semudah itu disuap, lagian ini untuk Minji dan Youngsun." ujarnya sambil mengambil sendok Kwangmin, lalu meninggalkan keduanya.
"Tapi aku mau, sepertinya enak. Hyung..." rengek Kwangmin sambil mengikuti Jeongmin, seperti anak kecil pada ibunya.
"Aish... Dia mulai lagi, aku pergi saja." ujar Minwoo sambil berjalan pergi, meninggalkan Kwangmin yang tengah merengek pada Jeongmin.
Ia tersenyum, saat melihat pintu kamar Minji terbuka. Diam-diam ia menghampiri pintu itu, lalu mengintipnya sedikit. Ia tersenyum, saat melihat Youngsun dan Minji terlibat percakapan serius.
"Apa maksudmu?"
"Aku menyukai pria kecil yang pernah menolongku saat itu, tapi sepertinya dia bukan Youngmin."
Minwoo terdiam, saat ia mendengar suara pelan itu. Ia pun mendekatkan telinganya ke depan pintu, agar ia dapat mendengarkan lebih jelas.
"A-apa katamu?"
"Ya, aku akhirnya menemukan pria itu, dia bukanlah Youngmin."
"Si-siapa dia?" tanya Youngsun, penasaran.
"Sedang apa kau disini?" tanya Kwangmin, mengagetkan Minwoo yang tengah menguping.
"Aish... Kau ini berisik sekali." ujar Minwoo sambil mengelus dadanya, kaget.
"Aku kan penasaran, apa yang---"
"Kalian sedang apa disini?" tanya Youngsun, tiba-tiba membuka pintu kamar Minji.
"Hm... Aku disuruh Jeongmin Hyung untuk memanggil kalian, makan siang sudah siap." ujar Kwangmin, tersenyum.
Minji tersenyum, lalu ia beranjak dari kasurnya. "Baiklah, ayo makan siang!!!"
Tiba-tiba saja gadis itu kehilangan keseimbangan, Minwoo segera memeluknya. "Kau tak papa?" tanyanya, khawatir.
Minji menatap Minwoo kaget, dia segera melepaskan pelukannya, tapi dia terjatuh lagi dipelukan pria itu. "Uhhh kepalaku sakit." gumamnya sambil memegang kepalanya, membuat Youngsun dan Kwangmin khawatir juga.
"Kau baik-baik saja? Apa kita perlu kerumah sakit?" tanya Kwangmin dan Youngsun, bersamaan.
"Tidak usah, aku hanya perlu minum obat." ujar Minji, masih dalam pelukan erat Minwoo. Minji mencoba berdiri sendiri, tapi terasa lemas. Alhasil Minwoo menariknya kembali ke ranjangnya, pria itu menaruh tangannya di kening Minji.
"Kau disini saja, aku akan ambilkan makan siangmu." ujar Minwoo sambil berjalan, keluar.
Youngsun segera duduk disamping Minji, sedangkan Kwangmin berdiri disampingnya. "Apa kau yakin? Sepertinya flumu cukup parah, demammu juga cukup tinggi."
"Tidak papa, Sunny. Jangan khawatir, aku akan baik setelah istirahat." ujar Minji, pelan.
Youngsun hanya menghela nafas, lalu ia merapikan tempat tidur Minji itu. Ia menyandarkan Minji ke headboard ranjang dengan beberapa bantal sebagai sandaran, agar gadis itu duduk dengan nyaman.
Jeongmin muncul dengan Minwoo, pria itu menaruh makanan yang dibawa Minwoo ke atas nakas. "Apa semakin parah?" tanyanya, khawatir.
"Aku gak papa, Oppa. Hanya pusing dan demam, aku tak separah itu." ujar Minji, pelan.
Jeongmin menyentuh kening Minji, ia menghela nafas. "Yasudah, makanlah, minum obat dan istirahat. Kalau besok belum sembuh, kita ke rumah sakit."
"Hm..." gumam Minji sambil menarik mangkuk itu, tapi Minwoo menahannya. "Biar aku yang menyuapimu, ini panas." ujarnya, tapi sebuah pekikan tiba-tiba keluar dari mulutnya karna Jeongmin menjewer pria itu.
"Ya! Kau pikir, aku ini apa? Berani sekali mendekati adikku dihadapanku? Kau pikir, kau hebat?" ujar Jeongmin sambil menarik telinga Minwoo sampai pria itu berdiri, membuat pria itu memekik kesakitan.
"Ah, Hyung, sakit!!! Aku takkan melakukannya lagi, lepaskan telingaku!!!" teriak Minwoo sambil memegang telinganya, membuat Jeongmin semakin menarik telinganya itu.
"Oppa, lepaskan!!! Oppa tega sekali, sih?" ujar Minji sambil berdiri, tapi ia terlalu lemah. Minwoo segera memegang pinggangnya, saat ia akan terjatuh.
"Aish... Sudah tau masih lemah, tetap saja berdiri." ujar Minwoo, kesal.
"Maafkan aku..." ujar Minji sambil menatap Minwoo, membuat mereka bertatapan.
Jeongmin menaikkan sebelah alisnya, lalu menjentikkan jarinya. Minji segera tersadar, ia memalingkan wajahnya. Begitupun Minwoo, pipi pria itu memerah. "Aish... Lepaskan adikku, kau ini mencari kesempatan dalam kesempitan." ujarnya sambil menarik Minji kepelukannya, pelan. "Sana pergi, biar aku saja yang menyuapi Minji."
Minwoo mengerucutkan bibirnya, sebal. "Aku kan hanya membantu, tidak berniat lain." Ujarnya sambil berjalan pergi, Kwangmin hanya mengusap bahunya pelan.
![](https://img.wattpad.com/cover/114736848-288-k138419.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE MY DESTINY (END)
FanfictionBerawal dari kejadian masa lalu, Minji bertekad untuk mencari pangeran impian yang dulu pernah ia temui. Dengan temannya, ia pun menemukan sang pangeran itu. Pada awalnya semua berjalan lancar, Minji mulai dekat dengan sang pangeran masa kecilnya it...