Part 15

40 4 0
                                        

Minji berjalan menuju kursinya, ia menatap Youngsun yang tengah menulis. Ia pun duduk ditempat ia biasa duduk, disamping Youngsun. Youngsun hanya diam, ia sedikit meliriknya. Minji terdiam, lalu menghela nafas. Ia ingin bicara, tapi apa yang harus ia katakan? Apa ia harus minta maaf? Atau sekedar menanyakan kabar? Ah, pasti terdengar aneh.

Youngsun menghela nafas, ia tau sedari tadi Minji gelisah menatapnya. "Apa kau sudah mendengarnya?" tanyanya, pelan.

Minji terdiam, lalu menatap Youngsun. "A-apa?"

"Perjodohanku dengan Kwangmin Sunbae, kau pasti sudah mendengarnya dari Youngmin Sunbae. Iya, kan?"

Minji menghela nafas, pelan. "Tidak, aku menjauhi Youngmin Sunbae sejak saat itu."

"Apa?"

"Kami belajar bersama lagi kemarin, aku dipaksa Minwoo Sunbae untuk belajar bersamanya."

"Lalu, kau sudah tau kan?"

"Ya, Kwangmin Sunbae mengatakannya kemarin." ujar Minji, tersenyum. "Sunny, maafkan aku!"

"Maaf? Untuk apa? Toh meskipun aku menyukai Youngmin Sunbae, kau yang lebih punya kesempatan untuk dekat dengannya."

Minji menghela nafas, berat. "Aku hanya tak tau harus mengucapkan selamat padamu atau tidak? Tapi kata Oppa, aku harus meminta maaf padamu." Ujarnya, membuat Youngsun terdiam.

Youngsun menatap Minji, tersenyum. "Enak ya, memiliki saudara. Bisa berbagi segalanya, aku iri padamu." ujarnya, pelan.

Minji tersenyum, lalu mengusap punggung Youngsun. "Kau bisa menganggap kakakku sebagai kakakmu juga, bukan?"

Youngsun tersenyum, lalu memeluk Minji dengan erat. "Maafkan aku, ya? Harusnya aku tak egois, harusnya aku memikirkanmu juga."

"Aku juga, maafkan aku. Aku sebenarnya tak marah padamu, aku hanya merasa minder. Kau cantik, Sunny. Sedangkan aku, aku hanya..."

"Itu tak benar, Minji. Kau cantik, sangat cantik." ujar Youngsun, tulus.

Minji tersenyum, setetes air mata membasahi pipinya. "Aku salah, seharusnya aku tak melepaskanmu hanya karna pria yang kita sukai itu sama."

"Kau tenang saja, Youngmin kini milikmu seutuhnya." ujar Youngsun, pelan.

"Apa kau yakin? Bagaimana perasaanmu? Belum terlambat untuk mengatakan perasaanmu pada Youngmin, bukan?"

"Kenapa? Kau tak mau berjuang lagi?"

"Sepertinya aku menyukainya hanya karna kebaikan dan ketampanannya, karna aku begitu tak sebanding dengannya. Dia sangat pintar, sedangkan aku bodoh."

"Kau tak bodoh, hanya terlalu malas." ujar Youngsun sambil mengacak rambut Minji, membuat Minji memekik kesal.

"Ah, kenapa kau dan Oppa suka sekali mengacak rambutku? Kau tau, rambut bergelombang ini sangat susah diatur."

"Baiklah, baiklah." ujar Youngsun, tanpa bisa menyembunyikan senyum gelinya.

***

Kwangmin dan Minwoo menatap Youngsun dan Minji yang barengan memasuki kantin, mereka terlihat tertawa dan bercanda.

"Apa kalian sudah berbaikan?" tanya Minwoo, membuat keduanya sedikit kaget.

"Ya! Jangan muncul tiba-tiba seperti itu." teriak Minji, kesal.

"Ish... Kau kembali seperti dulu, galak." ujar Minwoo, kesal.

Kwangmin hanya tertawa, pria itu pun merangkul Youngsun. "Kita makan, yuk!!!"

"Hm, Youngmin Sunbae kemana?" tanya Minji, pelan. Minwoo menatapnya, lalu menghela nafas. Sedikit sesak rasanya, tapi ia berusaha menahan perasaannya.

"Ah, Hyung. Dia sedang ada urusan, jadi dia tak bisa makan bersama kita."

"Urusan apa?"

"Dia paling ada di lab Kimia, lagi nyampurin cairan yang entah namanya." ujar Minwoo, tersenyum.

"Ah, apa ia takkan kelaparan?"

"Ya ampun, hoobae satu ini cerewet sekali sih..." ujar Minwoo sambil mencubit kedua pipi Minji, membuat Minji memekik.

"Ya! Aku kan khawatir pada guru lesku itu, bagaimana kalau dia sakit?" ujar Minji sambil mengusap pipinya yang memerah, karna cubitan Minwoo yang lumayan keras.

"Dia sudah biasa begitu, tenang saja." ujar Kwangmin, tersenyum.

"Benar, kau tak perlu khawatir begitu."

"Tetap saja, aku akan membawakannya minuman." ujar Minji sambil menghampiri kotak mesin minuman, lalu membeli sebuah minuman kaleng.

"Ish... Dasar gadis itu, tak menyerah juga." ujar Kwangmin, hanya menggelengkan kepalanya. Youngsun menatap Minji, sedikit merasa tersisih. Minwoo menatap Minji, sedikit kesal.

***

"Ini minuman untukmu!!!" ujar Minji, saat Youngmin baru saja keluar dari lab Kimia. Tentu saja pria itu kaget, ia segera membawa Minji pergi dari sana.

"Apa yang kau lakukan? Kau mau dimarahi Cho Ssaem?" Ujar Youngmin, sedikit kesal.

"Maaf, aku hanya khawatir padamu. Kau belum makan siang, jadi kubawakan kau minuman." ujar Minji, tersenyum. "Setidaknya ini bisa membuat rasa hausmu hilang, aku---"

"Kau pikir, kau siapa?" ujar Youngmin, membuat Minji terdiam. "Kau sangat menyukaiku? Kau orang yang membutuhkanku?"

"A-apa maksudmu?"

"Setelah semua yang terjadi, mungkin aku bisa memaafkanmu. Tapi aku tak bisa menerima segala bentuk perhatianmu, aku tak menyukainya."

"A-apa yang kau katakan?"

"Dulu kupikir kau hebat bisa menghibur orang dengan kata-kata itu, tapi ternyata aku salah. Kau sama saja seperti yang lain, sok bijak."

"Sunbae..."

"Aku gak salah, kan? Kemarin kau mengabaikanku karna masalahmu dengan Youngsun, lalu kau kembali seolah tak terjadi masalah. Kau pikir, aku apa?"

"Aku tak bermaksud..."

Youngmin tersenyum, sinis. "Jangan menemuiku lagi, kalau diluar jadwal les kita. Aku tak suka, lagipula aku menerimamu karna Minwoo." ujarnya sambil berjalan, pergi.

Minji menunduk, ia menangis. Apa aku serendah itu? Apa aku terlihat seperti begitu menyukaimu? Apa aku salah karna menyukaimu? Bukankah ini salahmu karna membuatku jatuh cinta saat itu? Kenapa aku yang salah? Kenapa aku yang harus menjauhimu?

YOU ARE MY DESTINY (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang