Minji memasuki sebuah apartemen dengan badan menggigil, begitu pun dengan sang pemilik apartemen itu. Ia berjalan menuju sebuah kamar, lalu menarik Minji kesana.
"Mandi sana, kau bisa sakit nanti." ujar pria itu sambil melepaskan jaket yang dipakai Minji, lalu mendorong Minji masuk kamarnya.
"Bagaimana denganmu?" tanya Minji, pelan.
"Aku baik-baik saja, aku harus menghubungi kakakmu yang mengkhawatirkanmu sedari tadi." ujar pria yang tak lain adalah Minwoo, membuat Minji terdiam.
"Apa? Oppa?"
"Ya, dia mencarimu sedari sore. Aku akan menghubunginya, kau mandi duluan sana!!!" ujar Minwoo sambil mendorong Minji ke kamarnya, lalu menutup pintunya. Ia menghela nafas, lalu mengambil ponselnya yang sedari tadi ada disaku celananya.
"Hallo, Hyung. Aku sudah menemukannya, dia tengah mandi sekarang..."
Minji berjalan keluar dengan baju milik Minwoo yang sedikit kedodoran hingga panjangnya melebihi pahanya, ia sedikit malu-malu keluar kamar. Dia sengaja memilih pakaian itu, karna hanya baju ini yang cocok dengannya.
Minwoo keluar dari dapur dengan pakaian yang ia ambil, saat Minji tengah mandi. Ia membersihkan rambutnya yang sedikit basah, lalu terdiam saat ia menatap Minji dari atas kebawah.
"Ada apa?" tanya Minji, gugup.
Pipi Minwoo memerah, karna malu tertangkap basah memperhatikan Minji. "Hm, aku sudah membuat coklat hangat untukmu." ujarnya sambil menunjuk minuman yang telah ia taruh diatas meja, lalu ia duduk di sofa miliknya itu.
Minji ikut duduk disampingnya, membuat Minwoo sedikit berdehem. Ia meminum coklat hangatnya, saat gadis itu melihat sekelilingnya.
"Minumlah, kau harus hangatkan tubuhmu." ujar Minwoo, pelan.
"Baiklah, terimakasih." ujar Minji, tersenyum. "Apartemenmu bagus, tak kalah dengan milik Youngmin Sunbae." ujarnya, membuat Minwoo tersenyum.
"Benarkah? Aku jarang menempatinya, jadi aku tak begitu menyadarinya." ujar Minwoo, tersenyum.
Minji tersenyum, lalu beranjak dari sofa itu. Ia melihat-lihat foto yang tertempel disana, ia tersenyum. "Ini foto masa kecilmu, ya?"
Minwoo tersenyum, lalu mengangguk. "Ya, fotoku saat aku masih sangat polos." Ujarnya sambil berjalan menghampiri Minji, ingin rasanya ia memeluk tubuh itu dari belakang. Bagus Minwoo, fokusmu jadi terpecah. Salahmu sendiri kenapa kau nekad membawa seorang gadis ke apartemenmu sendiri, sekarang nikmatilah kesengsaraanmu malam ini.
"Eh, foto ini?" ujar Minji sambil mengambil dua bingkai foto yang ditaruh diatas nakas, ia terlihat kaget. "Kau memakai topi milik Youngmin?" tanyanya sambil menatap foto yang menunjukkan foto tiga pria kecil yang tengah berangkulan, lalu foto seorang pria kecil yang tengah memegang bola basket. Tentu saja Youngmin dan Kwangmin mudah dikenali karna wajah identik mereka, tapi topi merah itu membuat Minji mengingat pria kecil yang menolongnya sekaligus cinta pertamanya.
"Apa? Itu topi milikku, tentu saja." ujar Minwoo, heran. "Hanya aku yang memiliki topi ini, saat itu." ujarnya, membuat Minji mematung.
"Apa?"
"Ya, Youngmin dan Kwangmin tak memiliki topi seperti itu. Kau ingin lihat? Aku punya topinya, sebentar aku ambil dulu." ujar Minwoo sambil pergi, meninggalkan Minji untuk mengambil topinya.
Minji hanya diam, ia melihat foto-foto itu sekali lagi. Ia menatap dengan teliti foto itu, mencoba mengingat pria yang menjadi cinta pertamanya.
"Ini, kan?" ujar Minwoo sambil menyodorkan topi merah itu, membuat Minji terdiam. Ia mengambil topi itu, lalu menatap Minwoo. Matanya berkaca-kaca, saat menyadari itu bahwa topi itulah yang dipakai pria kecil itu.
"Benarkah? Itu... Jadi itu kau? Bu... Bukan..."
Minwoo menatap Minji, heran. "Ada apa?"
Minji mundur, membuat Minwoo kaget. "Kau... Selama ini, jadi... Aku salah, jadi kau..."
"Apa, Minji? Jangan buat aku bingung, deh."
Jadi, selama ini dialah cinta pertamaku? Jadi selama ini aku salah? Aku pikir, Youngmin... Ternyata Minwoo yang menolongku saat itu. Tidak, bisa jadi Minwoo meminjamkan topi itu pada Youngmin.
"Min-Minwoo, apa kau ingat pernah membantu seorang gadis kecil yang terjatuh dari sepedanya?" tanya Minji, pelan.
Minwoo terdiam, ia menatap Minji. "Gadis bodoh itu? Kau tau dia?" tanyanya, tiba-tiba excited.
"Gadis bodoh, jangan ulangi lagi ya..."
Minji terdiam, ia menatap Minwoo kaget. "A-apa?"
"Apa kau mengenalnya?"
"Apa maksudmu?"
"Selama ini aku mencarinya, karna ada yang ingin kuambil darinya."
"Apa?"
Minwoo tersenyum, lalu merogoh sakunya. Ia memperlihatkan love sign tangannya(?), lalu tersenyum. "Hatiku, hatiku yang telah ia bawa pergi."
"Maksudmu?"
"Kau tau, sejak hari itu, aku tak bisa berhenti memikirkannya. Aku tak bisa melepaskan wajah bodohnya itu dari pikiranku, wajah bodoh yang entah kenapa aku menyukainya."
Minji terdiam, airmatanya turun lagi.
"Lho, kok menangis?" tanya Minwoo sambil mengusap pipi Minji, tapi ia terdiam saat menyadari sesuatu. "Kau terlihat sepertinya, jika menangis seperti ini." ujarnya, membuat Minji memalingkan wajahnya.
"Maafkan aku, tapi aku harus pergi." ujar Minji sambil berjalan, tapi Minwoo menahannya.
"Hei, diluar hujan. Kau bisa sakit, kau ini kenapa sih? Kata kakakmu, kau tak bisa kehujanan."
Minji terdiam, lalu ia melepaskan genggaman tangan Minwoo. "Aku akan ke kamar, kalau begitu." Ujarnya sambil mengambil coklat hangatnya, lalu berjalan menuju kamar Minwoo.
Minwoo terdiam, ia mengerutkan keningnya. "Aneh, aku kan hanya bercanda." gumamnya sambil menatap topi itu, heran. Dia kenapa, sih? Kenapa ia terlihat kaget, saat melihat topi ini? Dasar gadis aneh, aku tak bisa mengerti jalan pikirannya sama sekali.
Maaf kalau telat update, soalnya aku lagi gak punya kuota. Ada yang nungguin ff ini? Gak ada ya, haha. Makasih yang udah dukung ff ini, jangan lupa vommentnya ya...

KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE MY DESTINY (END)
FanfictionBerawal dari kejadian masa lalu, Minji bertekad untuk mencari pangeran impian yang dulu pernah ia temui. Dengan temannya, ia pun menemukan sang pangeran itu. Pada awalnya semua berjalan lancar, Minji mulai dekat dengan sang pangeran masa kecilnya it...