Part 23

36 3 0
                                    

Minji menatap Youngsun yang sedari tadi tak berhenti bolak-balik didepannya, membuat kepala Minji ingin pecah karna pusing. "Ya! Diamlah, aku jadi ikut pusing melihatnya."

Youngsun tak memperdulikan perkataan Minji, ia mengkhawatirkan keadaan Kwangmin sekarang. "Apa yang harus kulakukan? Aku takut, mereka berkelahi disana."

"Sunny, diamlah. Mereka sudah sama-sama dewasa, lagian Kwangmin Sunbae tak mungkin tega memukuli saudaranya sendiri."

"Tetap saja, Kwangmin dan Youngmin sama-sama pria yang kadang tak memiliki pemikiran logis."

"Ya! Kau terlalu banyak nonton drama, sudahlah. Mereka mungkin akan menelpon sebentar lagi, jadi---"

Tiba-tiba ponsel Youngsun berbunyi, ia segera mengambil ponsel itu. "Hallo,..."

"Sunny, apa yang terjadi? Kenapa mendadak Kwangmin ingin membatalkan perjodohan kalian?" ujar Youngmin, disebrang sana.

"Apa?"

***

Kwangmin memasuki kamar Youngmin, saat pria itu tengah mengerjakan sesuatu di laptopnya. Dengan emosi, pria itu menarik Youngmin berdiri.

Bugh!!!

Tanpa menunggu waktu, Kwangmin melemparkan pukulannya pada wajah pria itu. Youngmin yang tak tahu apa yang terjadi, tentu saja kaget. Apalagi ia melihat Kwangmin menangis, matanya memerah.

"Kwang, apa yang terjadi?"

Kwangmin tak mau mendengarnya, ia hanya menarik Youngmin kembali. Ia memukul pria itu lagi, menyebabkan luka disudut bibir Youngmin. "Beraninya kau menciumnya di belakangku, aku melihatmu dan Youngsun malam itu." teriak Kwangmin, ia tampak frustasi.

"Apa yang kau katakan?"

"Jangan berpura-pura, aku sudah tau semuanya dari awal. Aku juga sadar, kalian saling menyukai." ujar Kwangmin, tangannya terhenti diudara. Ia menghela nafas kasar, lalu melepaskan cengkramannya.

"Kwangmin..."

"Diamlah, Hyung." ujar Kwangmin, kesal. "Aku meminta dijodohkan dengannya juga karna kalian saling menyukai, aku berusaha menghapus namamu dari hatinya. Tapi aku ternyata tak bisa, karna nyatanya dia masih menyukaimu."

Youngmin terdiam, ia mengusap sudut bibirnya yang terasa perih. "Maafkan aku, kalau aku menyakitimu. Tapi malam itu aku hanya ingin mengutarakan perasaanku, aku tak memaksanya untuk menerimaku."

"Lalu, kenapa kau menciumnya? Apa karna ia juga mengatakan perasaanya padamu?"

Youngmin terdiam, ia menunduk. "Maafkan aku..."

Kwangmin menatap Youngmin yang tengah menutup mulutnya, mendadak ia luluh. Ia mengatur nafasnya yang terengah, lalu menunduk. "Maafkan aku, Hyung. Aku egois padamu, tapi aku tak bisa merelakan Youngsun."

"Aku mengerti, kau tenang saja." ujar Youngmin, lalu ia memeluk adiknya itu. "Aku bisa menerimanya, kau tak perlu khawatir."

Kwangmin menghela nafas, lalu ia menghapus airmatanya. "Aku... Aku akan membatalkan perjodohan ini, aku akan melupakan Youngsun."

"Kwangmin..."

"Aku mungkin bahagia bersamanya, tapi yang kutau pasti dia takkan bahagia denganku. Semua ini percuma, biar aku yang mengalah."

"Kwangmin..."

"Selama ini kau selalu melindungiku, tapi aku tak sekalipun pernah membalasnya. Biar saja dia bersamamu, karna kau adalah kebahagiaannya."

"Kwangmin, tapi..."

Kwangmin menghela nafas, lalu tersenyum. "Aku akan menemui Appa dan Eomma, semoga mereka tak bingung dengan permintaanku."

"Kwangmin..."

"Doakan saja, ini untuk kebahagiaanmu juga."

***

Minji menatap Youngsun yang tengah duduk bersama kedua orang tua Youngmin dan Kwangmin, para pria itu juga bersama mereka. Ia sendiri bingung, untuk apa ia ada disini? Semua orang menatap Youngsun, dia hanya jadi pajangan disini.

"Aduh, aku jadi bingung harus menjelaskannya darimana." ujar Mrs.Jo, bingung.

"Eomma, aku yang akan mengatakannya." ujar Kwangmin, tersenyum. Ia sudah meyakinkan dirinya sendiri, kalau ia bisa melakukan hal ini.

Minji memperhatikan pria itu, penuh selidik. Ia tak tahu apa yang terjadi disini, karna Youngsun segera menariknya kesini tanpa penjelasan.

"Sunny, maafkan aku." ujar Kwangmin, membuat Minji menatapnya penasaran. "Aku sudah egois padamu, aku memaksamu untuk menerima perasaanku. Sedangkan kau sudah menyimpan perasaan pada orang lain, sekali lagi maafkan aku."

Minji terdiam, lalu menghela nafas. Akhirnya Kwangmin tau juga perasaan sebenarnya dari Youngsun, ia cukup senang mendengar ini.

"Aku juga minta maaf pada Youngmin Hyung, karna pura-pura tak mengetahui perasaannya pada Youngsun."

Kali ini kedua orangtua Kwangmin dan Youngmin tertegun, sedikit tak percaya. "Apa?"

Kwangmin tersenyum, lalu ia menunduk. "Aku ingin membatalkan perjodohan kita, karna aku tak mau melihatmu tak bahagia bersamaku." ujarnya, pelan.

"Tapi, Oppa, itu akan menyakitimu. Apa kau yakin?" tanya Youngsun, sedikit ragu.

"Bukankah kau lebih sakit lagi?"

"Bagaimana dengan perasaan Minji?" tanya Youngsun, membuat Minji kaget.

"Apa? Kenapa aku?"

"Kau menyukai Youngmin Sunbae, bukan?" tanya Youngsun, membuat Minji menggaruk lehernya pelan.

"Hm, sepertinya sudah tidak lagi. Aku setuju dengan Kwangmin Oppa, tak baik memaksakan perasaan orang lain."

"Jadi, mau kalian apa? Youngmin? Sunny?"

Youngsun dan Youngmin saling menatap, lalu sama-sama membuang tatapannya. "Terserah kalian saja." ucap mereka, hampir bersamaan.

"Waw, ada apa ini?" tanya Minwoo, tiba-tiba muncul. "Apa aku ketinggalan sesuatu?"

"Yatuhan, Minwoo. Berapa kali aku bilang, kau harus mengetuk pintu dulu kalau bertamu." omel Mrs.Jo, membuat Minwoo hanya nyengir.

"Maaf, Imo. Aku pikir ada keadaan darurat, saat Minji menelpon tadi." ujar Minwoo, membuat Minji segera menutupi wajahnya.

Youngsun langsung menatap Minji, kaget. "Apa yang kau katakan padanya?"

Minji hanya tersenyum, membuat Youngsun menatapnya tajam. "Aku tak mengatakan apa-apa, hanya membuatnya sedikit panik."

"Ya! Sedikit? Itu..."

"Memang apa yang dia katakan, Minwoo?"

"Dia mengatakan padaku, kalau Youngmin babak belur oleh Kwangmin. Aku panik, aku mencari kalian kemana-mana barusan."

"Ya! Lee Minji!!!" teriak Youngsun, tanpa menyadari ada orang lain selain mereka disana.

YOU ARE MY DESTINY (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang