Epilog

48 4 0
                                        

"Ya! Minwoo, siap-siap kau kalah hari ini." ejek pria kecil itu pada pria bertopi merah, membuat pria itu menatapnya.

"Oh ya? Harusnya kau yang siap-siap, jangan menangis ya. Nanti kau makin terlihat seperti seorang gadis, aku malu." ujar pria itu sambil menepuk bahu pria itu, lalu berjalan pergi.

"Ya! Aku bukan seorang gadis, aku seorang pria sejati." ujar pria itu, sebal. Pria itu berdecak, saat melihat pria bertopi yang ternyata Minwoo itu bersikap acuh tak acuh padanya.

"Hei, awas minggir!!!"

Teriakan itu Minwoo menoleh, diujung jalan sana ada sebuah sepeda yang tengah melaju cukup kencang. Sepertinya remnya blong, membuatnya tak bisa mengendalikan sepedanya itu.

"Ji-ya, hentikan sepedanya!!!"

Minwoo terdiam, ia menatap gadis yang telah menghentikan sepedanya tak jauh dari gadis itu. Tapi gadis itu tak bisa menghentikan sepedanya, membuatnya semakin panik. Minwoo malah membeku ditempat, ia tak bisa bergerak sedikitpun. Ia menutup matanya, sudah pasrah untuk jadi korban sepeda gadis itu.

Bruk!!!

Suara itu menyadarkan Minwoo, ia segera membuka matanya karna ia tak merasakan apa-apa. Ia menatap gadis bersepeda itu yang ternyata jatuh ke semak-semak, tak jauh dari tempatnya. Gadis itu kesakitan, lalu menangis cukup keras.

Minwoo segera membantunya, karna tak tega. Ia segera mengambil plester yang memang selalu dibawanya, karna disuruh Youngmin. Dia mudah sekali terluka, jadi Youngmin menyuruhnya membawa plester selalu.

"Kau tak apa?" tanya Minwoo, membuat gadis itu menghentikan tangisannya. Minwoo mengeluarkan plester yang ada disakunya, lalu menempelkannya di beberapa luka gadis itu.

Gadis itu terdiam, menatap pria kecil itu. "Bukankah kau pria yang akan kutabrak?"

Minwoo terkekeh geli, tanpa menoleh pada gadis itu. "Gadis bodoh, jangan ulangi lagi ya..." ujarnya sambil beranjak, lalu pergi.

Minwoo menghela nafas, lega. Setidaknya ia tak terluka hari ini, karna gadis itu tak menabraknya.

"Ya! Apa yang kau lakukan pada gadis itu? Dia berhenti menangis, sepertinya."

Minwoo menatap gadis itu, kali ini ia bersama temannya. "Padahal salahnya sendiri, kenapa menangis sekeras itu?"

"Hei, bukankah temannya itu cantik? Dia seperti malaikat, kau lihat itu?"

"Lalu, apa?"

Pria itu berdecak, lalu merebut topi merah yang dipakai Minwoo. "Kau ini tak peka sekali, aku mungkin akan mendapatkan gadis itu nanti."

"Percaya diri sekali, kau juga cantik tau. Nanti kau menangis, saat gadis itu tak bisa bersamamu."

"Kenapa?"

"Entahlah, mungkin karna ia sulit membedakan kalian. Bisa-bisa bukan kau yang jadian dengannya, malah Kwangmin." ujar Minwoo sambil berlari, pergi.

"Ya! Kau jangan ngomong sembarangan, ya?" teriak pria yang ternyata Youngmin itu, membuat Minwoo tertawa dikejauhan.

***

Minji memakan ice cream miliknya, saat mereka berjalan disepanjang jalan mall itu. Ia tersenyum senang, saat Minwoo menerima suapan darinya.

"Hm, yang baru jadian mah beda, ya?" sindir Kwangmin, sedikit iri.

"Lagian sudah tau jomblo, masih nekad ikut kami." ujar Minwoo, membuat Kwangmin menatapnya tajam.

"Kita belajar dimana, nih?" tanya Youngmin sambil melihat sekelilingnya, dirangkulannya Youngsun sedang meminum bubble tea miliknya.

"Disana saja, sepertinya bagus." ujar Minji sambil menunjuk sebuah kafe dengan nuansa romantis, membuat Kwangmin mendelik.

"Apa kau sedang mengejekku?"

"Ishh, sensi amat sih, yang gak punya pacar." ledek Minji, sedikit kesal.

"Kita kan mau belajar, bukan kencan." ujar Kwangmin sambil berjalan terlebih dahulu, membuat Minwoo dan Youngmin tersenyum.

Bruk!!!

Tanpa sengaja, Kwangmin bertabrakan dengan seorang gadis yang terlihat buru-buru. Kwangmin menatap bajunya yang kotor karna minuman gadis itu, ia menatap gadis itu.

"Maaf, maafkan aku." ujar gadis itu sambil mengambil tisu ditasnya, lalu membersihkan baju Kwangmin.

Kwangmin hanya diam, menatap gadis yang memakai rok JHS itu. Satu kata yang terlintas dibenaknya, saat melihat gadis yang tampak panik itu. Cantik.

"Apa kau marah?" tanya gadis itu, membuat Kwangmin menatapnya kembali. Gadis itu terdiam, terpesona pada ketampanan pria itu.

"Ya! Kwangmin, mau sampai kapan disitu terus? Kemarilah, kita harus belajar." teriak Minwoo, membuat keduanya menoleh pada rombongan pria itu.

"Ah, aku harus pergi. Terimakasih, maafkan aku juga." ujar Kwangmin sambil membungkukkan badannya, lalu berjalan pergi.

"Ya! Apa aku mengganggu?" tanya Minwoo, menggoda Kwangmin yang baru sampai.

"Diam kau, gara-gara panggilanmu, aku belum sempat menanyakan namanya." ujar Kwangmin, kesal.

"Yatuhan, selama itu dan kau tak dapatkan apapun, kasian sekali." ujar Minwoo, prihatin.

"Diam, sebelum kupukul kau." ujar Kwangmin, marah.

"Sudahlah, kita kesini kan mau belajar." ujar Youngsun, menengahi.

"Benar, ayo masuk!!!" ujar Minji sambil menggandeng tangan Minwoo, masuk kedalam kafe.

Kwangmin berdecak, kesal.

"Maafkan aku, tadinya aku ingin mencegahnya." ujar Youngmin, pelan.

"Sudahlah, sana masuk!!!" ujar Kwangmin, ketus.

"Baiklah, ayo!!!" ajak Youngmin sambil berjalan masuk bersama Youngsun, meninggalkan Kwangmin yang masih kesal.

Kwangmin menghela nafas, lalu kembali menoleh ke tempat gadis itu berdiri. Tapi gadis itu sudah tak ada ditempat, ia menghela nafas. Kwangmin mengusap bahunya, lalu...

"Hai..." sapa seorang gadis, membuat Kwangmin menatapnya. Gadis itu...

"Oh, hai." jawab Kwangmin, sedikit gugup.

"Maaf, tadi aku belum sempat meminta maaf dengan baik padamu." ujar gadis itu, pelan.

Kwangmin tersenyum, ia menatap kedua gadis dihadapannya itu. Keduanya sama-sama cantik, tapi memiliki daya tarik yang berbeda.

"Aku Hwang Eunbi, panggil saja SinB." ujar gadis itu, malu-malu. "Dan ini Umji, temanku."

"Ah, baiklah." ujar Kwangmin, tersenyum.

"Dimana teman-teman Oppa?" tanya gadis bernama Umji itu, membuat Kwangmin sedikit menekuk wajahnya.

"Didalam, sedang belajar."

"Kenapa Oppa tak ikut?" tanya SinB, penasaran.

"Ah, itu... Aku baru saja akan masuk, tapi aku..."

Umji tersenyum, ia sedikit peka pada perasaan Kwangmin. Pria itu pasti tertarik pada sahabatnya itu, jadi ia menunggu SinB tadi untuk menghampirinya. "Boleh kami bergabung?" celetuknya, membuat SinB menatapnya. "Sepertinya menyenangkan gabung bersama anak SHS seperti kalian, bolehkan?"

"Oh, tentu saja. Ayo!!!"

YOU ARE MY DESTINY (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang