Part 10

32 3 0
                                        

Kwangmin menatap Youngsun yang duduk sendirian di kantin, ia menghampiri gadis itu. Ia juga tadi melihat Minji menuju perpustakaan, membuatnya sedikit heran.

"Kau sedang apa, Sunny? Tadi kulihat Minji pergi ke perpustakaan, apa kalian sedang ada masalah?"

"Tidak ada, Sunbae. Hanya salah paham, aku akan menjelaskannya nanti."

"Tentang apa? Bukankah lebik baik secepatnya dijelasin?"

"Minji bukan type orang kayak gitu, dia harus didinginkan dulu."

Kwangmin tersenyum, samar. "Dia mirip Minwoo, selalu begitu."

Youngsun menatap Kwangmin, lalu tersenyum. "Sunbae ingin makan?"

"Tidak, aku hanya ingin menemanimu disini." ujar Kwangmin, tulus.

"Youngmin... Sunbae dimana?" tanya Youngsun, membuat raut wajah Kwangmin berubah.

"Entahlah, di perpustakaan mungkin." jawab pria itu, menghela nafas.

"Ada apa? Apa ada yang Sunbae pikirkan?" tanya Youngsun, membuat Kwangmin menatapnya.

"Tidak ada, tentu saja."

***

Minji menghela nafas, novel dihadapannya sama sekali tak mengalihkan pikirannya dari Youngsun dan Youngmin. Ia sungguh tak menyangka, Youngsun juga memiliki perasaan yang sama terhadap Youngmin. Ia pikir, gadis itu benar tulus membantunya.

"Hei, apa yang sedang kau lakukan disini?" tanya Minwoo, tiba-tiba muncul.

Minji menatapnya, kesal. "Bukankah aku yang harus bertanya? Kau bukan type orang yang akan membaca buku walau semenitpun."

"Darimana kau tau?"

"Kau sama seperti seorang badboy didalam drama, jadi tak mungkin kau mau menghabiskan waktu berjam-jam disini."

"Hmm..." ujar Minwoo, manggut-manggut. "Aku penasaran, kenapa kau menangis kemarin? Apa ada hubungannya dengan sikapmu ini?"

Minji hanya diam, tak mau menyahut.

"Apa ini ada hubungannya dengan Youngmin?"

Minji hanya menghela nafas, pelan.

"Kau patah hati, eoh? Apa yang kau pikirkan?" tanya Minwoo, tapi tak ada sahutan dari Minji. "Ya! Apa aku sedang bicara sendiri?" teriaknya, kesal.

"Ya! Tak bisakah kalian diam?" teriak penjaga perpustakaan, membuat keduanya menoleh. "Ini perpustakaan. Jangan berisik, pergilah!!!"

Minji beranjak membungkukkan badannya, lalu berjalan pergi. Minwoo menghela nafas, lalu mengikuti Minji.

"Ya! Tunggu dulu, aku..."

"Urus saja urusanmu, kenapa sih? Jangan ikut campur, menyebalkan!!!" teriak Minji sambil berjalan, cepat.

"Ya! Setidaknya aku bisa membantumu, karna waktu itu kau membantuku." ujar Minwoo sambil memegang tangan Minji, tapi Minji menghempaskannya.

"Aku tak perlu bantuanmu, pergilah!!!"

"Ya! Setidaknya jawab satu saja pertanyaanku, kau ini kenapa sih?"

"Aku sedang tak mood berdebat denganmu,  mengerti?" ujar Minji, setetes airmata meluncur menuju pipinya.

"Kau menangis lagi?" ujar Minwoo, tapi Minji segera menghapus airmatanya itu.

"Pergilah, jangan ikuti aku!!!"

"Ya! Tak bisakah kau ramah sedikit padaku? Kenapa kau selalu seperti ini? Bukankah kita ini teman?"

"Teman? Sejak kapan aku mau berteman denganmu? Jangan pedulikan aku, carilah gadis lain yang mau kau ikuti." ujar Minji sambil berjalan, pergi.

"Ya! Kau ini kenapa sih? Ya! Minji! Lee Minji!!! Aish..."

Tanpa mereka sadari, Youngmin melihat mereka. Ia mengerutkan keningnya, lalu berjalan pergi.

***

"Selamat siang, Jo Sajangnim." sapa seorang pria, saat ia sudah ada dihadapannya boss besarnya itu.

"Ah, duduklah, Tn.Lee." ujar pria bermarga Jo itu, ramah.

Tn.Lee tersenyum, lalu duduk dihadapan Tn.Jo. "kenapa saya dipanggil? Apa ada masalah serius?"

"Ah, itu... Tidak ada apa-apa, kau sudah makan siang?"

"Hm... Belum, aku masih belum mengerti. Maaf."

"Ah, jadi begini. Kau sudah mengenal putraku, bukan?" tanya Tn.Jo, pelan.

"Putra anda? Ah, maksud anda, Tn.Youngmin dan Tn.Kwangmin? Mereka sudah dewasa sekarang, waktu memang cepat berlalu."

Tn.Jo tersenyum, lalu menghela nafas.

"Ada apa?"

"Hm... Kwangmin meminta sesuatu dariku, tapi aku sedikit keberatan."

"Se...suatu seperti apa?"

"Menjodohkan putrimu dengannya. Apa kau setuju?"

Tn.Lee terdiam, kaget. "Lantas?"

"Aku sedikit keberatan karna Youngmin belum menemukan jodohnya, masa adiknya yang harus lebih dulu bertunangan?"

Tn.Lee tersenyum, samar. "Kami... Sama sekali tak keberatan, tapi... Apa mereka saling menyukai? Maksudku, aku tak bisa menjodohkan anakku dengan sembarang pria."

"Sembarang pria?"

"Bukan seperti itu, aku... Dia adalah putriku satu-satunya, aku tak ingin menyesal."

"Ah, aku mengerti. Ini adalah permintaan Kwangmin, kupikir aku harus mengatakannya padamu."

"Aku akan menanyakannya pada putriku nanti..."

"Baiklah, aku akan menunggu keputusannya."

YOU ARE MY DESTINY (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang