Part 18

48 5 0
                                        

Minwoo mengerjapkan matanya, perlahan ia membuka matanya. Suasana terang membuatnya harus menyipitkan matanya, sedikit. "Aish..." ujarnya sambil meregangkan tubuhnya yang pegal, karna semalaman tidur di sofa ruang tamu. Ia beranjak duduk, lalu melihat sekelilingnya. Ia menyadari bahwa ia tidur di apartemennya bersama Minji, gadis itu tidur dikamarnya.

Minwoo beranjak berdiri, lalu berjalan menuju kamarnya. Ia tersenyum, saat pintu kamar tak dikunci. Ia melihat kearah kasur, ternyata Minji masih tidur.

"Hat...chi!!!" suara cukup keras itu mengagetkan Minwoo, ia menatap Minji yang tengah menutup mulut dan hidungnya.

"Kau baik-baik saja?" tanya Minwoo sambil menghampiri gadis yang tengah duduk sambil memegang kepalanya, khawatir. Ia segera memegang kening Minji, sedikit panas. "Kau flu?"

Minji hanya tersenyum, ia memijat kepalanya. "Aku gak papa, aku hanya pusing."

"Gak papa gimana? Hidungmu merah begini, kau itu flu." ujar Minwoo, sedikit kesal. "Aku akan menghubungi kakakmu, biar nanti---"

"Jangan, nanti Oppa khawatir. Dia suka berlebihan, yang ada nanti kau yang dimarahi." ujar Minji, pelan.

"Baiklah, aku akan membeli obat flu kalau begitu." ujar Minwoo sambil mengambil kunci motornya, lalu pergi. Minji ingin menahannya, tapi pria itu keburu menjauh.

Tak lama, Minwoo kembali dengan obat dan makanannya. Ia duduk dihadapan Minji, lalu membuka bubur yang sengaja ia beli. "Makan dulu, baru minum obat."

Minwoo pun menyuapi Minji, membuat Minji hanya diam. Sebenarnya ia tak mau menyusahkan Minwoo seperti ini, itu berarti ia punya hutang budi lagi pada pria itu.

Minwoo memeriksa suhu tubuh Minji lagi, membuat Minji terdiam. "Obatnya baru saja kuminum, tak mungkin bereaksi secepat itu." ujar Minji, sedikit gugup.

Minwoo tersenyum, lalu mengusap rambut Minji. "Aku mandi dulu, nanti kakakmu akan segera datang."

"Sudah kubilang jangan panggil dia, nanti---"

"Aku lebih baik dimarahi daripada melihatmu seperti ini, mengerti?"

"Bilang saja kau tak mau repot mengurusku." ujar Minji, sinis.

"Tepat sekali, aku orang sibuk." ujar Minwoo sambil mencubit pipi Minji, lalu segera beranjak menuju kamar mandi.

***

Jeongmin menatap adiknya itu, tajam. Minji hanya diam, tak mau membalas tatapan tajam yang diberikan kakaknya itu.

"Semalam darimana saja?" tanya Jeongmin, penuh intimidasi.

"Aku hanya pergi sebentar, aku ingin menenangkan diri." ujar Minji, pelan.

"Menenangkan diri dengan membuatmu sakit seperti ini? Sudah tau kau tak tahan dengan hujan, masih saja bandel." ujar Jeongmin, kesal.

"Maaf telah membuat Oppa dan yang lain khawatir, aku hanya---"

"Sudahlah, Hyung. Minji sedang sakit, jangan diomeli terus." ujar Minwoo sambil membawa buah-buahan untuk Minji, lalu menaruhnya diatas nakas. "Makanlah, agar kau cepat sembuh." ujarnya sambil menjulurkan tangannya pada kening Minji, tapi Jeongmin segera memukulnya. "Ah, sakit, Hyung." ujarnya sambil memegang tangannya, sebal.

"Kau pikir, kau siapa? Sembarangan menyentuh adikku, aish..." ujar Jeongmin, kesal.

"Dia bahkan semalaman disini, kau pikir aku siapanya?"

"Minji, apa pria ini menyentuhmu semalam?" tanya Jeongmin, panik.

"Ya, tentu saja. Dia menyentuhku..." ujar Minji, polos.

"Apa?" ujar Jeongmin, shock.

Minwoo hanya tertawa geli melihat betapa pucatnya Jeongmin sekarang, Jeongmin menatapnya sangar. "Beraninya kau..."

"Apa? Aku tak melakukan apapun, selain menyentuhnya." ujar Minwoo sambil beranjak, tapi Jeongmin segera menariknya.

"Beraninya kau meniduri adikku, dia sedang sakit, Bodoh."

"Apa yang Oppa katakan?" ujar Minji, kaget. "Dia hanya menyentuh tanganku, bahuku, dan keningku. Kenapa Oppa berpikir sejauh itu?"

"Apa? Benarkah hanya itu?"

"Apa yang Hyung pikirkan? Apa aku terlihat tertarik pada anak kecil sepertinya?" ujar Minwoo sambil menatap Minji dari atas ke bawah, membuat Minji melotot padanya.

"Kau benar juga, takkan ada yang tertarik pada adikku meskipun dia cantik."

"Cantik?"

Jeongmin mengangguk, pelan. "Tentu saja, aku saja tampan begini."

Minwoo segera memukul kepala Jeongmin, membuat Jeongmin memekik.

"Ya! Apa yang kau lakukan?"

"Aku harus mengembalikan pikiranmu, sebelum parah." ujar Minwoo sambil geleng-geleng kepala, lalu ia berbalik...

Tapi sebelum itu, Jeongmin segera memiting kepalanya. "Apa kau bilang? Kau pikir, kau tampan melebihi aku begitu?"

"Ah, sakit, Hyung. Lepaskan aku, Hyung." rengek Minwoo sambil memegang lehernya yang terasa mulai sesak, membuat Minji tertawa.

"Kalian ini baru bertemu sudah seperti Tom and Jerry, haha." ujar Minji, geli.

"Aish... Minji, bantu aku!!!" ujar Minwoo, kesal.

"Jangan pernah membawa adikku kemari lagi, mengerti?"

"Ya, ya, Hyung. Ampun!!!"

Maaf udah telat update, kalau ada yang nungguin sih. Makasih ya, udah baca sampai part ini. Jangan lupa vommentnya, ditunggu lho! Don't copas ya, tanpa seizin dariku. Haha, bye, see you soon!!!

YOU ARE MY DESTINY (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang