~~~
Setelah menempuh jarak yang cukup jauh, akhirnya mobil Zayn berhenti di sebuah bungalow kecil dekat tepi pantai. Hari sudah semakin malam, dan aku tak sabar untuk melihat sunset. Yea, Zayn membawaku ke England Beach. Segera kubawa tubuhku turun dari mobil. Aku menyeringai pada Zayn, dan lelaki bermata coklat hazel dengan bulu mata lentik itu membalasnya dengan sedikit terkekeh. Apakah Harry bisa menjadi romantis seperti Zayn? Ah! Mengapa aku malah memikirkan si keriting itu sih?! Sekarang, aku hanya ingin berpikir tentang Zayn! Bukan Harry!
"C'mon," ajak Zayn sembari menggamit pergelangan tanganku dan membawanya ke tepi pantai. "Buka boots-mu."
Dengan cepat kubuka boots-ku dan Zayn membuka sneakers-nya. Tiba-tiba Zayn menarikku, membawaku berlari kecil menuju pasir putih yang.. Ohh! Lembut sekali. "Dan saat ombak berlarian menuju tepi, dengan mentari bersinar remang menghiasi langit oranye, disanalah seorang bidadari tengah berdiri menghadap lautan tanpa rasa takut," gumam Zayn membuat pandanganku kembali jatuh padanya. "Dan kaulah bidadari itu," lanjutnya dan tatapan kami bertemu. Wajahku memanas, begitupun dengan mataku. "Happy second anniversary, sunshine."
Seketika air mataku tumpah. Bagaimana bisa aku melupakan anniversary dua tahunku bersamanya? Langsung kutarik tubuh Zayn untuk kupeluk dengan erat. Ia membalasnya sama seperti saat di halaman rumahku. Tapi tak lama, ia melepas dekapanku. "Can I kiss you?" tanyanya seolah aku bukan siapa-siapanya.
Aku tak menjawabnya, melainkan langsung menarik kepalanya dan menyatukan bibirku di bibirnya. Air mataku kembali tumpah. Bersamaan dengan itu, matahari mulai tenggelam seolah ditelan lautan. Ini adalah moment yang sangat-sangat indah. Dan sebentar lagi, akan kurusak hanya karena sebuah ucapan. Mampukah aku melakukannya?
"I love you," ucap kami bersamaan setelah melepaskan ciuman indah ini. Zayn tersenyum hangat, membuatku ikut tersenyum padanya. Aku sudah tidak tahan lagi untuk menyentuh wajah tampannya. Kubawa tangan kananku menuju pipinya, dan mengusapnya lembut. Kedua mata Zayn terpejam seraya sebelah tangannya menyentuh tangan kananku, dan tangannya yang lain masih setia di pinggulku. Zayn menyatukan keninganya di keningku, membuat kami saling bertukar nafas. Aku benar-benar menyukai posisi ini. Tak berjarak, intens, terlalu nyaman untuk dilepaskan.
"Happy anniversary, Zayn," bisikku dan membuat sebuah senyuman kembali timbul di bibir seksinya. Aku tidak bisa melepaskannya begitu saja. Dia hidupku, jiwaku. Bagaimana bisa aku melupakannya?
~~~
"Awas hati-hati."
"Aku takut jatuh Zayn."
"Tidak akan, aku ada disini."
Malam mulai menerjang pantai, dan sekarang waktunya untuk dinner spesial -kata Zayn. Aku benci surprise. Tapi lelaki ini malah melakukannya. Ia menutup kedua mataku dengan kain hitam dan membawaku entah kemana. Zayn memang pria romantis.
"Maaf jika kau tidak menyukai surprise-ku ini," ujar Zayn setelah kami berhenti melangkah. Ia mulai membuka penutup mataku perlahan. "Aku mau kau membuka matamu perlahan," pintanya berbisik.
Setelah kurasakan tak ada lagi kain hitam itu, langsung kubuka perlahan kedua mataku. Sesuai permintaannya. Dan, "Gosh!" pekikku saat melihat apa yang ada di depanku sembari menutup mulutku dengan kedua telapak tanganku. Astaga! I can't believe what I see right now! Is it a dream?
"Bagaimana?" seru Zayn yang tengah berada di tempat dinner kami yang berjarak satu meter dari tempatku berdiri. Ini sungguh indah. Meja makan bundar dan dua kursi yang ditaruh di tepi pantai dengan alas berbagai macam bunga berwarna-warni mengitari meja dan sepasang kursi dinner itu, lalu obor-obor tinggi dan lampu-lampu kecil mengelilingi tempat dinner kami. Ditambah beberapa pot berisi bunga putih yang begitu indah serta panorama cantik yang langsung menghadap lautan. Dan juga, diatas meja telah tersedia berbagai menu makanan utama yang nampak lezat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Emotional Husband // [{Harry Styles}]
Фанфик[COMPLETED] Sebuah hubungan akan berjalan dengan baik bila keduanya saling mencintai dan percaya. Tapi apa jadinya jika dua sejoli ini tidak saling mencintai, dan malah saling membenci? Bahkan mereka terikat sebuah janji pernikahan. Akankah mereka...