Chapter 29 : My Freedom

1.1K 53 0
                                    

~~~

Kemarin adalah hari terakhir persyaratan Harry berlaku. Kini persyaratanku mulai berlaku untuknya. Jangan menggangguku selama seminggu penuh. Aku hampir lupa dengan persyaratan yang ternyata tidak main-main itu. Syukurlah.. Akhirnya aku memiliki kesempatan untuk menenangkan pikiranku ini. Rasanya sangat tidak sabar untuk pergi keliling New York sendirian. Aku akan membelikan oleh-oleh untuk kedua sahabat baikku di London. Kuharap mereka menyukai apa yang kubelikan nanti.

"Kau mau kemana?" tanya lelaki yang tidak lain adalah suamiku. Harry Styles. Ia tengah bersandar di ambang pintu sembari melipat kedua tangannya di depan dada.

Kuputar bola mataku, lalu mengambil jaketku dan menghampirinya. "Ingat persyaratanku, Harr. Jangan ganggu aku, okay?"

"Aku tidak mengganggumu. Aku hanya bertanya.."

"Jalan-jalan keliling New York. Puas?" jawabku membuatnya terkekeh sejenak.

"Kau akan tersesat. Biar kutemani? Aku berjanji tidak akan mengganggumu. Kau mau?" tawarnya membingungkanku. Tumben.. "Well, sekalian mengambil foto untuk mom Anne?"

"Oh ya.. Aku hampir lupa. Baiklah.. Kau janji ya? Jangan megacau!" peringatku dan ia hanya mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V ke udara. "Okay.."

Aku berjalan mendahuluinya menuju mobil yang ia pinjam dari unclenya itu. BMW hitam mengkilap yang terparkir di bastment. Harry mulai masuk ke dalam mobil lalu aku menyusulnya. "Kita mau kemana?" tanya lelaki yang kini sudah memakai rayban hitamnya. Ia terlihat.. Keren.

"Taman."

Ia menjalankan mobilnya, memecah ramainya jalanan kota New York. Hingga kami sampai di sebuah daerah yang cukup tenang dan sejuk. Hanya terdapat beberapa orang yang ada disini. "Kita sampai," ucap Harry lalu turun dari mobilnya.

Well, mengapa Harry sangat tahu kota New York? Ini adalah taman terindah yang pernah kukunjungi! Ada danau kecil beserta air mancur buatan di tengahnya, beberapa kursi taman, pohon yang rindang, rumput hijau, berbagai macam bunga yang wangi dengan warnanya yang cantik. Wow! Ternyata ada beberapa ekor angsa yang tengah berenang di tengah danau juga. Mereka nampak menari-nari dengan penuh semangat. "Harry.. It's very beautiful!" seruku gemas.

Kuberlari menuju tepi danau seperti seoarang anak kecil yang baru saja dapat berlari. Aku sangat excited melihat angsa-angsa putih bersih disana itu. Tapi tiba-tiba sebuah suara cukup membuatku tersentak, "Hay.." seseorang menyapaku dengan nada malu-malu. Saat kumenoleh kearah asal suara, kutemukan seorang gadis kecil berambut pirang tengah menatapku dengan senyumannya yang imut. Ouh.. Dia manis sekali.

"Hay, beautiful.." balasku lalu berlutut untuk menyamakan tinggiku dengan tingginya.

"Apa kau menyukai angsa juga?" Ia bertanya dengan kepolosannya sambil menunjuk gerombolan angsa di tengah danau. Kuikuti apa yang ia lihat, lalu kembali menatapnya.

"Ofcourse. Apa kau juga menyukainya?" tanyaku balik dan ia hanya mengangguk penuh semangat. How cuttie she is..

*Harry's POV*

Kulihat Shella tengah berbincang dengan seorang gadis kecil berambut pirang di tepi danau. Kurasa mereka tengah membicarakan beberapa angsa yang sedang asik mandi disana. Entah mengapa, senyumku mengembang seketika saat melihat keakraban mereka. Mereka tertawa bersama sembari melempar remah -remah roti yang gadis kecil itu bawa kearah para angsa. Segera kuambil ponselku dan memotretnya dari jauh. Lalu kukirimkan foto itu kepada mom Anne. No! Harry no! I'm not falling in love with her! No, never!

"Harry! Come here!" seru Shella melambaikan sebelah tangannya ke udara, mengajakku untuk bergabung bersamanya. Karena ia tengah menikmati hari-hari yang bahagia ini, jadi kuhampiri dirinya dengan wajah masam.

"What?" sahutku setelah berada di hadapannya. Kulihat Shella sedikit menyenggol lengan gadis kecil di sebelahnya. Gadis berjaket merah jambu itu terkikik bersama istriku. Istriku.. Hah! Lucu sekali.

"Aku Kenzzie. Kau pasti Harry," ucap Kanzzie, -si gadis imut itu sambil tersenyum lebar.

"Yeah.. Apa wanita ini banyak bercerita tentangku?" introgasiku mengintimidasi keduanya sembari menunjuk Shella. Kenzzie hanya menggeleng lalu tertawa bersama Shella. Yeah, ada saatnya gadis ini menjadi cukup kekanak-kanakan. Ada pula saat ia terlihat sangat dewasa namun cukup lemah untuk menerima kenyataan hidupnya.

~~~

*Shella's POV*

~Hotel~

Aku dan Harry baru saja sampai di kamar hotel. Jam sudah menunjukan pukul 12 siang, ini saatnya makan siang. Tadi pagi, lelaki yang kini tengah asik memainkan ponselnya di sofa itu, terlihat sangat ramah padaku. Terutama pada gadis kecil bernama Kenzzie itu. Apa ia menyukai anak kecil? Hah! Tentu saja tidak. Kurasa.

"Harry," panggilku lalu duduk di sofa kosong, tepat di sebelahnya. Ia menggumam untuk menyahut sambil tetap fokus pada layar ponsel mahalnya itu. "Apa kau menyukai anak kecil?"

"Yeah, begitulah.. Liam sangat menyukai anak kecil. Ia memiliki beberapa keponakan yang masih balita, ia sering membawanya ke rumahku. Well.. Umm yeah, jadi, aku mulai terbiasa dan mulai menyukai anak kecil karena Liam," ceritanya membuatku berusaha menahan seringaian senang. Ternyata, lelaki galak yang sangat mirip iblis tampan sepertinya bisa menyukai anak kecil juga.. Dugaanku meleset.

"Liam terlihat sangat menyenangkan. Aku ingin bertemu dengannya saat pulang ke London nanti," ujarku bersemangat. Sekalian aku berterimakasih pada Liam karena sering mengajak keponakannya bertemu Harry. Ya, setidaknya dia menyukai anak kecil. Jika tidak, kalian bisa bayangkan sendiri..

Harry terkekeh lalu menggeleng. "Dia lelaki yang tidak terlalu suka bersenang-senang. Anti rokok, anti mabuk, terlalu setia pada kekasihnya dan membosankan," tuturnya merendahkan sahabatnya sendiri. Pria bermuka dua.

"Kau melihat Liam dari arah yang salah, Harr. Kusimpulkan, Liam itu pria baik hati yang setia. Itu adalah tipe semua wanita di dunia, kau tahu?!"

"Jadi Liam adalah tipemu? Lelaki yang membosankan?" Lelaki bertato itu tertawa renyah, menghinaku. "C'mon, Shells! You can't be serious!"

"Stop it! Ingat syarat yang kuberikan padamu, tuan Styles?!" peringatku. Errr.. Pria tampan yang menyebalkan!

Tapi sungguh, aku ingin sekali bertemu Liam. Saat pernikahan waktu itu, aku hanya bertemu dengannya secara singkat. Ia mengucapkan selamat atas pernikahan bodoh itu, mengobrol sebentar dengan Harry di hadapanku, lalu pergi untuk makan. Aku belum berbincang dengannya secara formal. Kurasa Liam adalah pribadi yang menyenangkan dan bijaksana.

"Baiklah, baiklah.."

Harry semakin merosot di sofa saat sedang asik menscroll layar ponselnya. Dari pada memerhatikannya yang tidak jelas sedang apa, lebih baik aku izin keluar untuk bertemu Niall. Aku tidak akan bilang pada lelaki ini jika aku ingin bertemu dengan mantan kekasihku itu. Jika aku bilang padanya, kurasa aku akan habis di tangan dinginnya yang mengerikan itu. Untuk kesekian kalinya.
"Harr, aku ingin pergi ke toko buku dulu," aku pun pamit dan berjalan keluar kamar hotel tanpa menunggu jawabannya. Yea, sudah pasti jawaban darinya akan menyakitiku.

Kuberikan pesan DM di twitter milik Niall.

@shellashell : @niallofficial bisakah kita bertemu di taman waktu itu? Aku merindukanmu xx

Setelah itu, kuhentikan taxi berwarna kuning dan langsung menaikinya. Kuharap Niall mau menemuiku. Aku merindukannya.

----- ----- ----- ----- ----- ----- ----- ----- ----- ----- -----

My Emotional Husband // [{Harry Styles}]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang