~~~
*Shella's POV*
Hari keenam tinggal di rumah super mewah milik Harry Styles. Aku sangat bersyukur karena besok aku akan pulang ke rumahku yang sebenarnya. Harry juga terlihat seperti itu. Tapi aku tahu, walaupun tidak tinggal satu rumah, kami pasti akan sering bertemu. Untuk apa lagi, kalau bukan untuk mengurusi acara pernikahan. Mulai dari fitting dress, cek ballroom, pergi ke tempat catering, dan masih banyak lainnya yang pasti akan mempertemukan kami. Well, kecuali jika aku pergi perawatan di rumah.
"Mom menawarkanku makan malam di Italy Resto. Dan kau pasti akan pergi bersamaku. Aku tak memaksa, itu terserah padamu," ucap Harry sembari mondar-mandir mengambil ini itu dari dapur ke ruang keluarga. Entah itu kue, chips, cappucino, atau yang lainnya. Stupid Curls.
"Aku.. Ikut?" jawabku lebih mengarah ke sebuah pertanyaan. Aku ingin ikut, tapi aku ragu jika Harry mau aku ikut bersamanya.
"Seriously?" tanyanya berhenti sejenak di hadapanku. Aku hanya mengangkat kedua bahuku dan ia mendengus. "Okay, jam 7 malam. Malam ini."
Harry duduk disebelahku dan menghela nafasnya. Akhirnya ia diam dan menikmati cemilannya tanpa menawariku. Aku benar-benar sudah terbiasa akan sikap cuek, dingin, dan tak pedulinya, tapi aku masih belum terbiasa dengan sikap egois, pemarah, emosional dan kadang ia berteriak dengan menyeramkan. Oya, well, jika mood-nya sedang bagus, terkadang ia bersikap seperti lelaki normal lainnya, yang bisa membuatku jatuh cinta. Jahil, tawanya, flirt-nya, semua sikap baiknya, benar-benar membuatku menyukainya. Sekaligus membencinya di waktu yang bersamaan. Menyebalkan tapi tetap membuatku rindu. Itu perasaan yang sangat menantang.
#Dreettt.. Dreeett.. Dreeett!#
Kulihat dari sudut mataku, Harry memasang ekspresi malas juga gelisah. Dan ia pun berjalan ke arah taman belakang hanya untuk mengangkat teleponnya. Firasatku mengatakan kalau itu dari si jalang. Apa ia meminta Harry untuk datang malam ini ke hotel agar ia bisa memuaskan nafsu gilanya itu? Shit! I hate that bitch, so damn much!
Oh ya, sudah semenjak aku dan Zayn dinner malam itu, aku tidak membuka ponselku. Langsung kubangkit dan berlari menuju lantai dua. Mengambil tasku di sudut kamar dan kutemukan..
"Sapu tangan?" sebuah sapu tangan biru langit yang lembut menyambut pandanganku ketika kubuka lebar-lebar tasku. Kutarik sapu tangan yang entah milik siapa itu keluar dari tas. Namun saat kutarik, sebuah benda bundar berwarna perak degan kilauan berlian kecil berwarna bitu yang menghiasinya, menggelinding dan berhenti tepat di..
"Harr?" gumamku cukup terkejut melihatnya tengah berdiri di ambang pintu kamar. Kedua alisnya berkerut saat melihat benda bundar itu di depan kakinya. Ia membungkuk dan memungutnya dengan wajah bingung.
"Apa ini?" tanyanya, dan saat aku hendak menjawab, ia malah memotongnya, "Aku tahu ini cincin. Tapi ini milik siapa?"
"Aku.. tidak tahu. Tiba-tiba ada di tasku bersama dengan sapu tangan dan kertas ini," jelasku sembari mengangkat sapu tangan dan kertas putih yang terlipat-lipat.
Harry menghampiriku dan duduk di ujung kasur, di sebelahku. Ia menelusuri cincin itu dengan seksama, lalu beralih ke sapu tangannya. Harry bodoh! Aku ingin sekali tertawa dengan kencang saat lelaki keriting bodoh ini mengendus aroma dari sapu tangan yang ia pegang. Seriously? Apa ini benar-benar calon suamiku?
Kuketuk kepalanya dengan cukup kencang. "Aaawh!" pekiknya sembari memegang kepalanya yang baru saja kuketuk itu. "Itu untuk apa?" ia bertanya dengan sedikit kekesalan di wajahnya. Tawaku langsung menggelegar melihat ekspresi Harry yang benar-benar terlihat kesakitan itu.
"Haha! Itu untuk ke bodohanmu yang sangat amat bodoh!" hinaku di tengah tawaan. Harry memajukan bibirnya dan mengelus kepalanya. Why he's so very cute?
Kubuka selembar kertas itu dengan hati-hati. Kubaca dalam hati...
"To : Sweet Creature, Shella
"Sweety, it's me, you're cupcake. Aku benar-benar terkejut saat kau mengatakan bahwa kau akan menikah dengan lelaki lain. It's just little too much for me. Aku harap lelaki yang menjadi pendampingmu itu lebih baik dariku. Munafik jika aku bilang bahwa aku bahagia atas pernikahanmu, tapi, aku harap aku bisa bahagia walau tanpa penyemangat dalam hidupku lagi. Ingat, Shell, this is not the end. Aku siap kapanpun kau membutuhkanku. Thank you so much for 2 beautiful years. Itu benar-benar indah dan tak bisa kulupakan. Cincin ini. Sebenarnya, saat di pantai itu, aku ingin melamarmu. Aku beli cincin ini dari seminggu yang lalu sebelum second anniversary kita. Tapi kurasa, cincin ini bukan milikku, ini milik lelaki beruntung itu. Jika tidak keberatan, kumohon, pakailah cincin ini untuk pernikahan kalian. Semoga kalian bahagia. Aku akan selalu ada di belakangmu, my Shella. Aku mencintaimu, sangat.
From : Zayn Malik"
Aku menangis dan kembali melipat surat itu dengan rapih. Jadi, cincin ini, cincin dari Zayn? I-ia ingin melamarku? Oh Tuhan, aku telah membuat lelaki yang kucintai kecewa, dan menyakitinya adalah hal yang benar-benar salah. Ini seharusnya tidak terjadi. Seandainya, dad dan ayah Harry tidak bertemu atau bekerja sama, aku dan Zayn pasti akan segera menikah dan memiliki keluarga yang bahagia. Memiliki banyak anak, kehidupan yang indah. Semuanya akan baik-baik saja. Tidak seperti sekarang.
Semua memoriku tentang Zayn terulang. Bagaimana kita bertemu, bersahabat, skype, date pertama, prom di kampusku, Zayn menyatakan cintanya padaku di hyde park, ia mencium bibirku saat malam tahun baru, jalan-jalan ke Disney Land, bertemu keluarganya di Pakistan, cuddle pertama di apartementku yang kecil, saat Zayn pergi ke luar kota, kerinduan itu, dinner di pantai, kecupan indah saat sunset, make love, hingga tangisanku, semuanya begitu indah. Akankah moment indah itu ada saat aku bersama Harry?
"Shells? Kau kenapa? Jadi, cincin ini dari siapa?" pertanyaan Harry membuatku terdiam dari tangisan sekaligus menyadarkanku dari lamunan. Kuambil cincin indah itu dari tangannya.
"Ini.. Ini dari Zayn. Ia meminta kita untuk memakainya saat pernikahan nanti. Ia ingin melamarku, hiks!" isakku saat mengingat suratnya.
"Oh, itu bagus! Ia mengurangi pengeluaranku untuk membeli cincin. Jadi, aku hanya butuh satu cincin untukku. Aku akan menghubungi Louis untuk membelinya." Kembali kuketuk kepala bodohnya itu. Dasar devil bodoh!
"Dasar bodoh! Aku sedang sedih! Kau malah bahagia!" semprotku kesal. Kusimpan kembali cincinnya ke dalam sapu tangan lalu kubungkus dan kusimpan di laci. Harry menghela nafasnya lalu berbaring di sebelahku. Mataku menelusuri tubuh jenjangnya yang indah itu.
"Berhenti memerhatikanku dengan air liurmu yang menetes itu," tegurnya mengejutkanku. Aku langsung membuang wajahku ke lain arah. "Kau mau aku menyentuhmu, Shells?"
Tubuhku menegang seketika saat lengan besarnya menyentuh pinggulku dari belakang dan mengusapnya naik-turun. Astaga, astaga, astaga! Apa yang akan ia lakukan? "Secepat itu tubuhmu memberikan respon atas sentuhanku, sayang?" desisnya lalu mendekatkan wajahnya ke pipiku. Shit!
Lidahku benar-benar kelu dan tubuhku kaku. Ada apa denganku?! "Sudahlah, Shells! Kau meresponku dengan berlebihan. Aku tidak akan menyentuhmu. Aku lebih menyayangi dan menginginkan tubuh Wero, hahaha!" tawanya lepas lalu bangkit, berjalan keluar kamar sembari menggeleng-gelengkan kepalanya dan terkekeh. Fuck! He play me!
"Damn you, Styles!" teriakku kesal dan tawa Harry semakin menggelegar dari luar sana. Dasar pria bodoh yang gila!
----- ----- ----- ----- ----- ----- ----- -----
Wow! Ring! Zayn!
Keep Vomment reading. H
KAMU SEDANG MEMBACA
My Emotional Husband // [{Harry Styles}]
Fanfic[COMPLETED] Sebuah hubungan akan berjalan dengan baik bila keduanya saling mencintai dan percaya. Tapi apa jadinya jika dua sejoli ini tidak saling mencintai, dan malah saling membenci? Bahkan mereka terikat sebuah janji pernikahan. Akankah mereka...