Chapter 16 : Nightmare

1.3K 61 0
                                    

~~~

*Harry's POV*

Besok hari pernikahanku. Pernikahan yang tak pernah kuinginkan selamanya. Bukan yang kuharapkan, tentu saja. Malam ini aku, Louis, Liam dan Samuel tengah mengadakan pesta bujangan di halaman belakang rumahku. Botol beer mahal milik mendiang ayahku yang sudah tersimpan lama di bastmen telah berjajar rapih di atas meja taman. Tapi justru itu titik nikmatnya. Semakin lama tersimpan, maka semakin nikmat rasanya. Aku sudah minum satu botol sedang beer berwarna ungu pekat. Louis dan Sam baru meminum setengah botol kecil mereka, sementara Liam hanya menghabiskan 3 gelas kecil beer berwarna coklat kekuningan.

"C'mon, Liam! Ini pesta kecil yang menyenangkan. Kapan lagi Harry mengeluarkan beer-beer milik ayahnya yang sangat nikmat ini, huh? Heuh, kau harus meminum yang berwarna ungu pekat! Ini lebih nikmat," cerocos Sam disusul tawa Louis dan kekehanku. Liam memang tak senang meminum minuman sejenis vodka atau red wine yang memiliki kadar alkohol yang tinggi. Ia hanya menikmati beer beralkohol rendah dan lebih sedikit porsinya, di bandingkanku, Louis, apalagi Sam.

"Aku menyetir, lads. Aku tak mau bermasalah dengan kepolisian lagi sejak mobil sportku ditahan oleh mereka hanya karena aku mabuk dan sulit berkendara. Itu sangat fatal," alasannya selalu sama. Menyetir. Tapi, itu memang benar. Liam pernah mabuk selepas kembali dari barku. Ia pulang dengan mobil sport mahalnya yang baru ia beli. Mobilnya di tahan selama seminggu, dan Liam menangis hanya karena itu. Sejak itulah, Liam tak suka meminum minuman beralkohol yang berat lagi. Trauma, mungkin?

Louis dan Sam tertawa keras dan aku hanya menyeringai sambil menggeleng-gelengkan kepalaku. Teman-temanku memang tak wajar. Kembali kuteguk gelas dari botol kedua wine yang kuminum. Sial! Mengapa dad menyimpan beer senikmat ini? "Hazz!" suara Louis membuatku menatap wajahnya sekilas, lalu menaruh gelas wine di atas meja. Kali ini apa lagi?

"Hazz, demi apapun, kali ini, I'm jealous with you. Sebentar lagi kau akan menikah, dengan gadis baik hati yang menyenangkan, pula. Ia memiliki kepribadian yang murni dan apa adanya. Kau percaya tidak, jika suatu saat kau yang akan bertekuk lutut padanya? She's the girl alimighty, Hazz," puji Louis tentang Shella tanpa menatapku, melainkan pada gelas beer yang ia putar-putar di tangannya.

Kali ini kuterkekeh lebih keras sembari kembali menggelengkan kepalaku tak habis pikir. Semua aku akui benar, tapi tidak dengan masalah bertekuk lutut itu. Shella adalah gadis lemah yang kasar, selfish dan Stubborn. Bagaimana bisa ia menjadi girl alimighty?

"Loui, benar. Suatu hari nanti, kau pasti akan memohon-mohon padanya agar ia kembali ke pelukanmu. Kali ini aku berani bertaruh, kalian akan saling mencintai, apalagi Harry. Kau yang akan paling mencintai Shella," tambah Liam semakin mengada-ada.

"Hell, Liam! Kau semakin membuatku takut untuk hari esok!" geramku mulai emosi. Liam hanya tersenyum simpul sambil menaikan kedua bahunya. Tak peduli.

"Well, ternyata seorang Harry Styles bisa merasa takut juga. Kau payah Hazz, kau takut, takut untuk jatuh cinta. Hmm, LOL," celetuk Sam lalu tertawa kecut, sekecut wajahku sekarang.

"Oh wow, ha-ha! Lucu sekali jika aku takut jatuh cinta padanya. Justru mungkin, ia yang nantinya akan tergila-gila padaku. Bisakah membuatku senang malam ini saja?" kutatap mereka satu per satu. Mereka hanya mengangkat kedua bahu mereka, lalu kembali meneguk beer masing-masing.

~~~

*Shella's POV*

Hari sudah sangat larut, jam big ben juga sudah berdentang dengan kerasnya, tetapi mataku belum mau terpejam. Pandanganku terus menyusuri indahnya gaun pernikahanku yang terpajang di dekat lemari. Besok ya? Mengapa bisa waktu berjalan dengan sangat cepat? Gaun pernikahan itu seharusnya bukan aku yang memakainya. Seharusnya aku sudah terlelap dengan nyaman dan bermimpi indah, apabila Zayn yang akan meminangku besok.

My Emotional Husband // [{Harry Styles}]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang