Enjoy..
~~~
Sudah tengah malam waktu New York. Aku dan Harry segera berangkat ke bandara untuk kembali ke London. Semenjak tamparannya siang tadi, aku sama sekali tak berani menatap apalagi berbicara dengannya. Aku sedikit trauma atas kejadian itu, jujur saja. Why I haved an emotional husband just like him?! Oh God...
"Turunkan dan bawa barang-barangnya ke dalam.
," perintah Harry pada asisten sewaannya. Ketiga pria kekar itu langsung mengangkat barang-barang kami ke dalam bandara, setelah kami turun dari taxi. Sekitar 15 menit lagi, pesawat kami menuju London akan segera boarding.Saat tengah berjalan menuju pesawat, sebuah tangan menyentuh lengan atasku, -ralat mencengkramnya. Ternyata itu tangan Harry. Mau apa dia?! "Pakai syal, dan jaketmu. Udaranya sangat dingin," suruhnya perhatian. Apa? Mengapa ia menyiksaku dengan cara seperti ini?
Dengan wajah bingung, segera kupakai jaket dan syalku sambil terus berjalan di belakangnya. Air mataku jatuh karena sikap aneh Harry yang selalu membuatku pusing setengah mati. Apa aku harus seperti ini selamanya? Ya Tuhan.. Jujur saja, aku memang bersyukur telah memiliki pria sepertinya. Tapi sampai kapan ia akan bersikap seperti ini padaku? Sampai aku mati di tangannya?
Setelah menemukan kursi kami di dalam pesawat, aku dan Harry segera mendudukinya. Lelaki di sampingku ini langsung membuka kacamata hitam yang sedari tadi menutupi mata hijaunya yang indah itu. "Aku kira kau menyukai New York. Ternyata dugaanku salah," suara Harry menyeruak ke dalam pendengaranku. No Harry.. Aku sangat menyukai New York. Bahkan aku belum menyusuri kota yang sangat sibuk itu. Tapi mau bagaimana pun, aku akan lebih merasa aman jika berada di London. Disana ada mom, Zayn, Shara, Caroline. Ditambah ada mom Anne, Gemma dan Joe. Mereka bisa membuatku aman dan nyaman. Yea, walaupun di New York ada Niall, tapi disana pun ada Scarla. Si jalang licik itu.
"Aku merindukan mom," lirihku menatap keluar jendela. Sebentar lagi pesawat akan segera lepas landas. Seperti biasa, jantungku berdegup kencang karenanya.
"Mom Cassie, atau.. Zayn?" tanya Harry dengan seringaian menyebalkannya itu.
Aku tak menjawab pertanyaan bodohnya, karena kurasa ia sudah tahu jawabanku. Tak lama, seorang pramugari pun mulai mempraktekan cara keselamatan dan perintah untuk memasang seatbelt pesawat. Lalu tak lama, pesawat pun lepas landas. Getarannya membuatku tak sadar jika aku mengenggam tangan Harry. Tapi biarkan sajalah.. Aku memang takut dan payah jika sudah berurusan dengan ketinggian.
"Tenanglah.. Ini hanya pesawat yang sedang boarding. Kau, menantangku saja berani, masa kau kalah dengan benda mati seperti ini?" entahlah apa yang ia maksud.. Ia menghinaku atau malah berusaha menenangkanku.
"Ck! Shut up!" Harry pun terkekeh bahkan tertawa atas ucapanku. Menyebalkan!
~~~
*12:00 PM, at London*
Heatrhow Airport, London. Sesampainya kembali di kota penuh kenangan ini, aku dan Harry langsung menaiki mobil mom Anne yang dibawa oleh seorang supirnya. Kami diam, bahkan kulihat Harry tertidur dengan tangan sebagai bantalnya. Setelah belokan pertama, kepalanya pindah ke bahuku. Shit!
"Harry!" tegurku sambil memindahkan kepalanya ke arah lain. Tapi entah disengaja atau tidak, kepala dengan rambut curlynya itu kembali ke bahuku. "Styles!" sentakku dan tak sengaja mendorongnya keras hingga terdengar..
#Bug!#
"Ouch! Fuck Shells! Apa yang kau lakukan?!" omelnya sembari mengusap kepalanya yang terbentur kaca mobil karenaku. Bahkan sang supir pun sampai melirik kami melalui spion di dalam mobil.
"I'm really sorry.. Aku tidak sengaja.." mohonku meringis. Aku tahu itu pasti sakit sekali.
"Argh!" erangnya lalu kembali mengangkat kedua kakinya dan memeluknya erat. Mata hijau indahnya itu kembali menghilang saat ia memejamkan mata. Tapi masih terlihat ada kerutan di dahinya. Aku tahu ia pasti kesal akibat ulah cerobohku. Sebenarnya, aku tak mau kepalanya pergi dari bahuku. Itu nyaman asal kalian tahu. Tapi aku juga tak mau jika Harry mengira aku yang telah memindahkan kepalanya ke bahuku. Ia pasti akan semakin membenciku. Yeah, sama saja seperti sekarang.
Sesampainya di kediaman Harry, kami disambut oleh mom Anne, mom Cassie, Gemma, dan Joe. Terdapat tulisan "Welcome Back New Couple" yang tergantung di ruang tamu. Ada beberapa kue-kue kecil diatas meja, ada juga minuman segar disana. "Hay, Shella, Harry!" sambut mom Anne lalu memelukku dan Harry bergantian. Lalu disusul mom Case, Gemma dan Joe. Lihat? Betapa hangatnya berada di Rumah.
"Mom!" pekikku lalu berlari untuk memeluknya erat. "I've missed you so much!"
"Oh dear, missed you too.." balasnya dalam dekapanku. Tak berapa lama ia melepasnya dan menatapku lekat. Ohh aku tak bisa jauh dari mom. Ia adalah satu-satunya keluarga dekat yanh kupunya. Ia hidupku.
"Well, guys.. Bagaimana? Apa sesuatu terjadi?" tanya mom Anne excited namun membuat kami berdua, aku dan Harry, kebingungan. Aku menatap Harry dan Harry menatapku.
"Yeah tentu saja! Shella melakukan sesuatu. Ia meminta kami untuk segera kembali ke London. Itu berita besarnya," ungkap Harry membuat wajahku tertekuk. Bisakah ia tidak membahas itu lagi?
"Bukan itu yang Anne maksud, Harry. Tapi, apakah Shella sudah mengandung?" tanya mom Case membuatku dan lelaki disampingku ini terkejut. What? You mean pregnant?!
"Wait, what?! You mean, pregnant?!" Harry menatap mom Anne. Mom hanya mengangguk penuh semangat dan semua terlihat penasaran.
"God! Kami baru honeymoon satu bulan! Satu bulan! Itu terlalu singkat untuk menanyakan hal bodoh itu! Oh ayolah..""Mom hanya bertanya Hazz," tegur Gemma sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Harry, that's okay.. Mom hanya excited," hiburku mencoba untuk memperbaiki mood hancurnya. Lelaki itu menatapku tajam lalu pergi dengan cepat ke lantai dua. Kurasa ke kamar.
"I'm so sorry, mom. Mungkin Harry terlalu lelah. Aku akan menyusulnya," ucapku dan menyusul Harry ke atas. Dapat kulihat wajah terluka mom Anne setelah mendapatkan bentakan dari Harry. Dasar lelaki bajingan!
Kubuka pintu kamarnya. Ia terlihat duduk sembari memainkan ponselnya. Hell, betapa sulitnya berbicara dengan lelaki satu ini. "Harry," panggilku pelan. Ia diam, tentu saja. Kuambil posisi duduk tepat disebelahnya tapi tak terlalu dekat. "Harry.. Bisakah kau lebih menghargai sedikit seorang wanita? Apalagi Anne adalah ibumu. Ia yang telah berjuang untuk melahirkan dan membesarkanmu hingga seperti sekarang."
Yang dinasehati malah terkekeh seraya menggelengkan kepalanya. "Shells, now listen to me, okay? Kau bilang aku tidak menghargai mom? Heuh! Sekarang, buka matamu lebar-lebar! Jika aku tidak menghargai Anne, aku tidak mungkin berada disini, bersamamu! Jika aku tidak menghargainya, aku tidak akan kehilangan wanita pujaanku! Dan jika aku tidak menghargainya, pernikahan ini tidak akan terjadi, kau mengerti?!" lelaki ber-t-shirt putih itu bangkit dan berlalu meninggalkanku. Yang masih melongo karenanya.
Hatiku hancur saat mendengar bentakannya. Harry mengorbankan segalanya untuk kedua orang tuanya. Ia memang tidak pantas berada disini, bersamaku. Apa yang harus kulakukan agar Harry bisa mencintaiku seperti mencintai Scarla? Sampai kapan semua akan terus berjalan seperti ini? Kapan Harry bisa membuka hatinya untukku? Kenapa ini sangat rumit? Masa depanku yang sudah kuidamkan bersama Zayn, semua kandas. Mungkin hampir sama seperti masa depan Harry. Mungkin jika Harry tidak menikah denganku, jika ia kembali bertemu Scarla, ia pasti akan segera menikahinya. Dad.. Kumohon.. Berikan aku petunjuk bagaimana cara agar Harry mau melihatku. Agar ini semua berakhir bahagia..
Dad.. I need you so much
----- ----- ----- ----- ----- ----- ----- ----- ----- ----- -----
How guys? Aku berpikir kalau ini kayanya bakal ada part 2 nya deh.. Cause kalau di satu part, berarti chapt nya bisa sampe 100! Nooo! Malesin yaa
Minta pendapat dong..Ps: maaf garing, gaje, aneh, maklumin , aku masih belajar.. Maaf juga baru upload .. Sibuk UKK, mohon pengertiannya ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Emotional Husband // [{Harry Styles}]
Фанфик[COMPLETED] Sebuah hubungan akan berjalan dengan baik bila keduanya saling mencintai dan percaya. Tapi apa jadinya jika dua sejoli ini tidak saling mencintai, dan malah saling membenci? Bahkan mereka terikat sebuah janji pernikahan. Akankah mereka...