Song : One Direction - Long Way Down
~~~
Seminggu setelah party, Harry kembali pada dirinya lagi. Ia sering sekali lembur, bahkan saat hari minggu ia tetap masuk kerja dengan alasan rapat. Pikiranku mengatakan bahwa ia bertemu dengan Scarla di belakangku. Tapi mau bagaimana lagi, aku tidak bisa melarangnya. Aku mencintainya, lalu aku harus bagaimana agar ia mau mencintaiku juga? Apa aku harus berperilaku seperti Scarla? Liar, seksi, agresif. Itu semua bukan aku!
"Aku akan pergi," ucap sebuah suara serak yang berat di ambang pintu kamar. Kuangkat kepalaku dan melihat lelaki yang kucintai tengah mengancingkan kancing lengan kemejanya. Tidak, dia tidak boleh pergi hari ini. Ini hari Sabtu, seharusnya ia libur.
Bangkit, kuberhambur memeluknya dari belakang dengan erat. Air mata sudah jatuh ke pipiku saat mengingat betapa baiknya ia di bar. "Jangan pergi hari ini, kumohon," isakku tak bisa menahan getaran yang terdengar jelas di suaraku. "I need you, Harry."
Cukup lama, hingga lelaki berkemeja rapih ini melepaskanku dan menatapku dalam. Tatapan apa itu? Apa ia akan marah lagi? "Aku harus pergi, ada urusan mendadak di kantor. Aku akan kembali sore hari," sahutnya pelan sembari mengusap kedua bahuku.
"Tapi, Har-"
"Hanya sebentar, Shells. Hanya 8 jam. Aku akan kembali jam 4 sore dan makan malam di rumah," tegasnya memotong ucapanku.
Ketika ia hendak membuka pintu, setan dalam tubuhku mulai menampakan keberaniannya. "Apakah kau akan bertemu Scarla?!" sentakku membuat ia membalik dan menatapku penuh amarah. Ia melihat arlojinya dan menyisir rambut curlynya asal dengan jari-jari besarnya.
"Kau menghambat segalanya. Aku tidak bertemu Scarla, okay? Biarkan aku pergi tanpa menyakitimu, ya?" Harry kembali pada pintu namun aku kembali mencegahnya.
"Maksudku tidak hari ini. Seminggu kemarin? Kau selalu bertemu dengannya kan?" terdiam sejenak, lalu langkah besar ia ambil untuk menghampiriku. Stop it, Shell!
"Dengar, itu bukan urusanmu! Apa pun yang kulakukan semua bukan urusanmu! Shells, tolong jangan memintaku untuk menyakitimu hari ini," geramnya membuatku sedikit menciut. Tapi api cemburuku semakin membesar karena secara tidak langsung ia mengakuinya. Harry bertemu Scarla.
"Harry, bisakah kau menerimaku? Aku sudah bisa menerimamu, mengapa kau tidak bisa melakukannya? Aku membutuhkanmu. Kumohon berikan alasan mengapa kau sulit membuka hatimu untukku?" tanyaku bertubi- tubi. lelaki bermata hijau emerland itu menarik nafasnya panjang dan menghembuskannya dengan kasar.
"Itu semua karena aku mencintai Scarla! Jadi jangan pernah berharap aku bisa mencintaimu! Itu adalah kesalahan, Shells! Kau salah mencintaiku, kau salah! Jangan memperumit segalanya, itu tak akan berguna sama sekali!" Harry membentakku. Lagi dan lagi. Tapi ia benar, cintaku adalah sebuah kesalahan.
"Ini bukan kesalahan, Harry. Aku yakin apa yang kau ucapkan tak benar! Apa salahku hingga membuatmu tidak bisa mencintaiku?"
"Itu semua karena kau! Kau bukan gadis yang kumau! Dan saat aku melihatmu, setiap bangun tidur, aku selalu mengingat pernikahan sialan yang tak seharusnya pernah terjadi! KAU ADALAH PENYEBABNYA!" ia meneriakiku sembari menunjuk-nunjuk wajahku. Oh ya Tuhan.. Hatiku linu sekali.
"Kau jahat sekali," lirihku lalu menangis sejadi- jadinya. Aku tak dapat melakukan apa pun jika yang kuhadapi adalah seorang Harry Styles.
"Ya, aku memang jahat! Now, shut your fucking mouth up, and let me go!"
Ia pergi. Membanting pintu dan kurasa tak akan pernah kembali hari ini. Entah sampai kapan. Aku sudah lelah, terlalu lelah. Semua gara-gara aku? Mengapa? Sakit sekali. Sakit. Pernahkah ia merasakan apa itu rasa sakit?! "Hiks! No, no, no!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Emotional Husband // [{Harry Styles}]
Fanfic[COMPLETED] Sebuah hubungan akan berjalan dengan baik bila keduanya saling mencintai dan percaya. Tapi apa jadinya jika dua sejoli ini tidak saling mencintai, dan malah saling membenci? Bahkan mereka terikat sebuah janji pernikahan. Akankah mereka...