~~~
-Heathrow Airport, England-
Hari beranjak malam, acara sudah selesai dua jam lalu. Malam ini, aku dan Harry akan pergi berbulan madu ke New York. Ini hadiah dari mom Anne. Semua barang-barangku telah terpack dengan rapih di dalam koper. Lima menit lagi kami akan segera berangkat menuju kota yang sibuk itu. Lagi pula, apa gunanya buang-buang uang untuk membiayai honeymoon kami? Toh, aku yakin, sangat malah, Harry tidak akan menyentuhku sedikit pun. Mungkin malah, ia akan sok-sok sibuk disana. Menikmti kota itu masing-masing. Membosankan.
"Shell, mom akan pergi ke Australia. Auntymu, menyuruhku untuk ke sana. Jaga diri baik-baik ya? Jangan sampai bertengkar dengan Harry," pesan mom lalu memelukku erat sambil mengusap punggungku lembut. "Mom mencintaimu, sayang."
"Iya, mom. Aku akan menjaga diriku baik-baik. Don't worry. Salam untuk aunty Chriss ya, bilang padanya aku merindukannya. Aku juga mencintaimu, mom," sahutku dengan suara bergetar menahan tangis. Tidak. Aku tidak mau membuat mom khawatir karena aku menangis, seolah tak bahagia bersama Harry. Tapi memang itu kenyataannya. Aku tidak bahagia bersama Harry. Tidak untuk saat ini.
"Okay, hati-hati disana, jadilah istri yang baik," mom melepaskan dekapannya dan membelai rambutku pelan. Aku hanya bisa tersenyum tenang, harus berusaha tenang.
Kuhampiri mom Anne. Kupeluk tubuh rampingnya erat. Ia membalas pelukanku tak kalah erat, dan membisikan sesuatu, "Shell, jaga Harry untukku ya? Rubah Harry menjadi lelaki yang 'dulu'. Aku merindukan Harry yang dulu. Buat Harry nyaman bersamamu, kau harus kuat menghadapinya." Tangisanku mulai pecah. Tak lama, mom Anne melepas dekapanku. Ia mengusap tulang pipiku dan mengucapkan, "Mom titip Harry padamu, sayang." Aku hanya bisa mengangguk menanggapi ucapannya yang menjadi amanah juga untukku.
"Harry, mom titip Shella ya? Jaga dia baik-baik, dia gadis yang cukup ceroboh dan keras kepala," ujar mom Cassie pada Harry. Mana mau si keriting ini menjagaku? Mungkin, ia akan menjadi satu-satunya alasan air mataku jatuh terbuang sia-sia.
"Harry, jadilah suami yang baik! Kau ini sudah bukan anak kecil lagi! Kau memiliki tanggung jawab, ingat itu!" nasehat Gemma sambil mengacak-acak rambut curlynya. "Urusi istrimu. Buat dia bahagia."
"Berisik sekali kau, Gem! Urusi sendiri keluargamu, sana!" seru Harry tak suka. Kumohon jangan rusak moodnya yang kuyakini sudah sangat hancur itu. Jika sampai moodnya semakin berantakan, akulah yang akan jadi bantalan tinju emosinya yang meletup-letup itu. Aku kapok.
"Sudah-sudah. Kalian, hati-hati ya disana. Kalian harus saling menjaga. Oh ya, Harry, kirimkan foto liburan kalian ya padaku, aku ingin menunjukannya pada rekan bisnisku," pinta mom Anne membuat bola mata hijau Harry membulat. Sudah pasti, ia akan menolak permintaan momnya, karena pasti, ia tidak mau menghabiskan waktunya untuk jalan bersamaku di New York nanti. "Tak ada bantahan! Itu hanya foto. Tidak masalah, kan?"
"Kurasa pesawat mereka akan segera berangkat. Save flight ya, couple! Jaga diri kalian baik-baik!" sekali lagi mom Cassie dan mom Anne juga Gemma dan Joe memeluk kami berdua sebelum kami pergi menuju pesawat. Aku melambai kearah mereka berempat sebelum berbelok menuju lorong yang menghubungkan pesawat dengan airport. Ini dia. Perjalanan kami menuju New York, dimulai.
~~~
*Harry's POV*
Saat pesawat hendak boarding meninggalkan bandara Heathrow, kulihat Shella tengah memegang erat-erat lengan kursi pesawat hingga kuku-kukunya memutih, kurasa ini akibat getaran yang ditimbulkan pesawat. Dasar gadis kampung, memangnya sudah berapa lama dia tak menaiki pesawat? Padahal kan, mendiang ayahnya seorang pengusaha yang sudah pasti sering berpergian ke luar negeri. Apa iya, ayahnya tega, tidak mengajak putrinya yang satu ini ikut bersamanya? Gem saja selalu ikut, jika di izinkan mom untuk pergi ke luar negeri. Karena kasihan, kugenggam tangannya, yang langsung dibalas genggaman erat olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Emotional Husband // [{Harry Styles}]
Fanfiction[COMPLETED] Sebuah hubungan akan berjalan dengan baik bila keduanya saling mencintai dan percaya. Tapi apa jadinya jika dua sejoli ini tidak saling mencintai, dan malah saling membenci? Bahkan mereka terikat sebuah janji pernikahan. Akankah mereka...