5. Trauma

264 9 3
                                    

Kau memeluk ku, merengkuh setiap ketakutan ku karena masa lalu. jadi tolong cepat katakan, kamu menyukai ku 'kan?

***

Setelah mendapat izin dan memohon untuk mendapatkan kata semangat dari Fathur, Tasya yang sepertinya tidak mau terlalu banyak basa-basi langsung memasuki ruangan OSIS tanpa permisi.

Ruangan yang di dominasi dengan cat berwarna putih itu terbilang sangat luas. Terdapat beberapa komputer, laptop dan sejenisnya tersedia disana. Tak terkecuali mesin print dan foto copy yang canggih.

Tasya mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan. Sepi dan tak ada siapapun yang ia tahu Fandi tidak mengikuti teman lainnya untuk pergi ke kantin, namun kenapa lelaki tampan itu tidak ada?

Sejurus kemudian Tasya melangkahkan kakinya untuk masuk lebih dalam ruangan tersebut dan beberapa detik selanjutnya langkah kaki Tasya terhenti.

Gadis itu melihat seorang laki-laki yang tengah duduk sembari membolak-balikan kertas lalu mengetik diatas papan ketik laptopnya.

Wajahnya yang serius sehingga membuat laki-laki itu tak menyadari kehadiran Tasya sejak tadi.

Gadis yang baru saja menyandang julukan murid baru itu tersenyum sangat lebar bahkan matanya menyipit ketika dirinya sedang tersenyum, suatu hal yang membuat orang lain terpana karena melihatnya.

Sejenak Tasya menghela nafasnya panjang seraya memejamkan matanya setelah itu dirinya mendekati Fandi dengan tekat dan mental yang kuat.

"Nih, surat pendaftaran sama nama anggota yang ikut pekan olahraga besok lusa,"ujar Tasya sembari menyodorkan lembaran kertas tepat di depan wajah Fandi, namun lelaki itu justru tidak meliriknya sama sekali.

"Ini,"ucapnya sekali lagi dan menggerakan beberapa kali kertas tersebut tapi Fandi sama sekali tidak menyahutnya.

Tasya menghela nafasnya berat, di campakkan Fandi bukan lah hal yang terlalu berat. Ingat sebelumnya Tasya sudah mengasah mentalnya sebelum bertemu lelaki tersebut. Itu artinya Tasya tidak boleh menyerah bukan?

Tasya meraih penjepit kertas seraya mengeluarkan selembar kertas dari saku OSISnya menyatukan kertas tersebut dengan surat pendaftaran yang akan di berikan pada ketua OSIS.

Sejenak gadis tersebut pun menghirup nafasnya panjang lalu tersenyum seolah menunjukan bahwa dirinya tidak akan menyerah.

"Assalamualaikum selamat siang ketua OSIS yang terhormat. Perkenalkan nama saya Tasya dari IPA lima ingin memberikan surat pendaftaran pekan olahraga yang akan dilaksanakan besok lusa,"kata Tasya dengan nada super lembutnya.

"Hello.. lo gak buta kan? Atau jangan-jangan lo tuli lagi makanya gak bisa dengar suara gue,"Tasya mengibaskan tangannya di depan wajah Fandi seraya membungkukkan badannya dihadapan wajah Fandi.

Fandi mendorong dengan keras tubuh Tasya, rupanya lelaki itu merasa sangat risih dengan apa yang dilakukan oleh gadis di depannya tersebut.

"Lo yang ngatain gue tuli? Gak pernah ngaca? Yang tuli itu lo, gak dengar kalau surat pendaftarannya itu harus di kumpulin sama sekertaris?"ujar Fandi akhirnya membuka suara.

"Gak denger, kuping gue dua soalnya. Lagian repot banget sih! Kan sekretaris lo lagi gak ada, dan berhubung cuma ada lo disini ya gue kasih lo lah,"sahut Tasya geram.

Susah Lupa [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang