Aku benci untuk menyadari, kalau ternyata aku tidak mampu untuk menjadi apa yang kamu mau.
***
Pekan Olahraga masih berjalan hingga hari ini. Namun Ira dan Fathur justru sedang asik nongkrong dikantin sejak setengah jam yang lalu, mereka lebih memilih memanjakan dirinya dikantin dari pada menyemangati teman sekelasnya yang sedang mengikuti lomba.
Ngomong-ngomong Fathur masuk kedalam tiga besar cabang olahraga futsal dan besok adalah finalnya, setiap kelas berlomba-lomba untuk berlatih agar mendapatkan yang terbaik dan membuat bangga para wali kelas dengan prestasinya.
Kedua orang tersebut sedang asik memakan sepiring batagor bersama dengan es teh manis, saling mengobrol dengan sesekali bertengkar sampai suatu ketika seorang gadis menghampiri meja mereka.
"Fathur,"panggil orang itu hingga membuat Fathur dan Ira menaikan kepalanya untuk melihat gadis tersebut.
"Raya? Ada apa?"jawab Fathur.
"Eh ngapain lo kesini? Mau nanya Fandi kemana? Gak ada, dia gak ada disini. Lagian lo ngapain sih nanyain dia? Bukannya diketekin terus tuh pacar lo?"sahut Ira dengan nada yang tak suka.
Semenjak Tasya menjadi temannya dan menyukai Fandi ia menjadi lebih sensi kalau sedang berhadapan langsung dengan Raya, apalagi ketika ia tahu jika perempuan ini memakan makanan pemberian Tasya tempo hari.
"Ra apaan sih? Mulut lo gak bisa ditahan sedikit apa? Gak usah geer, siapa tahu dia kesini bukan nanya Fandi."
"Maafin temen gue, dia emang suka gak waras,"ujar Fathur, sontak Ira membulatkan matanya dan memukul keras punggung lelaki disampingnya itu.
"Kurang ajar lo, Thur!"
"Ah gapapa kok, aku kesini mau nanya. Tasya dimana ya?"
Pertanyaan Raya menyita perhatian Ira sepenuhnya ia dengan terang-terangan menatap gadis itu dengan tatapan tak suka seraya membanting sendok dengan cukup keras.
"Ngapain lo nanya-nanya Tasya dimana? Mau lo bikin perhitungan? Mau nyelakain dia, iya? Gak gak bisa, lo gak bisa ketemu sama Tasya. Lo gak tahu apa dia udah sengsara karena ulah fans pacar lo itu, sekarang lo mau nambah-nambahin bikin Tasya ngerasa susah. Belom puas lo?"Ira menggebrak meja sehingga semua pasang mata dikantin kini melihat mereka tak sedikit pula diantara mereka mengabadikan moment ini dengan memfotonya.
"Fahirra! Jaga omongan lo, kita sama dia emang beda Ra, tapi jangan terlalu nunjukin kalau lo kampungan."
"Thur, dia itu temen deketnya Fandi atau bahkan dia pacaranya cowok brengsek itu, jadi gak menutup kemungkinan kan kalau dia bakal berbuat yang enggak-enggak sama Tasya? Lo bilang ke Tasya kalau dia harus jaga diri sama penggemar anarkisnya Fandi tapi sekarang lo main iya iya aja nyetujuin Raya ketemu sama Tasya. Lo cowok Thur, jangan plin-plan sama omongan lo sendiri."
"Rupanya mata lo bener-bener udah buta ya? Sama kayak perasaan lo, sampai akhirnya lo memukul rata sifat dan keburukan orang, inget Ra. Gak semuanya mereka pengen berbuat jahat sama Tasya, lo ternyata masih bocah banget. Masalah kayak gini aja lo perbesarin, jangan nuduh orang seenaknya tentang bagaimana buruknya dia. Karena belum tentu juga lo benar."
"Terserah,"Ira membuang wajahnya dan memutar bola matanya malas. Rasanya saat ini ia ingin sekali mengeluarkan kata-kata kotor tepat didepan wajah Fathur hingga menyadarkan lelaki itu supaya tidak terbuai dengan gadis pembohong seperti Raya.
"Yaampun maaf banget ya, aku udah buat kalian jadi berantem gini. Tapi jujur, aku sama sekali gak ada niat buruk buat Tasya kok, aku cuma pengen ketemu dia aja serius deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Susah Lupa [REVISI]
Teen FictionBuat dirimu yang tak sempat aku milikki. Buat dirimu yang mustahil untuk aku dapatkan. Buat dirimu yang disana tanpa tahu aku disini berjuang untukmu. Dengarlah. Disini diriku memperjuangkan mu. Disini diriku berdiri menunggumu. Disini diriku selalu...