Hal yang paling menyakitkan itu ; jatuh cinta sendirian, berjuang sendirian, lalu patah hati sendirian. menyedihkan bukan?
***
"Terus siapa yang udah nyelamatin lo?"tanya Fathur terlihat serius, ada hati yang ikut terluka ketika melihat Tasya ternyata tidak sekuat yang ia kira.
"Gak tahu, gue pingsan dan ketika gue sadar tiba-tiba gue udah di rumah sakit. Gak lama dari itu Ayah sama Bunda datang sama pihak kepolisian, dan sampai sekarang gue sama sekali gak tahu dan gak ingin tahu gimana keadaan laki-laki yang hampir membunuh gue sekarang."
"Gue takut Thur, gue takut kalau peristiwa itu datang lagi dimasa yang akan datang. Dulu Ayah pernah kasih psikolog untuk gue, khusus untuk menyembuhkan kondisi jiwa gue setelah kejadian itu. Berhari-hari bahkan berbulan-bulan gue menjalani perawatan tapi hasilnya sama sekali gak ada, gue punya gangguan jiwa Thur. Bahkan gue malu sama diri gue sendiri,"Tasya menundukan kepalanya melihat sepasang sepatunya diatas rerumputan hijau.
"Mungkin dari pagi sampai sore gue masih merasa biasa aja tapi ketika malam datang seakan-akan gue bisa merasakan semuanya Thur."Fathur menyentuh kedua pundak gadis itu untuk berhadapan dengannya lalu lelaki tersebut pun membawa Tasya kedalam pelukannya, ia mengusap puncak kepala Tasya dengan lembut memberikan sedikit ketenangan bagi gadis itu.
"Sst.. dengerin gue ya Sya. Gue tahu, lo pernah merasa ketakutan, keterpurukan dan terluka sendirian. Tapi dengan lo berbagi cerita kayak gini, lo udah berbagi beban lo pada orang lain. Jadi lo udah gak perlu merasa sendirian, lo punya gue punya Ira juga. Jangan pernah merasa curiga sama gue Sya, gue ataupun Ira gak bakal biarin lo terluka sedikit pun."
"Lo gak boleh terus-terusan salahin diri lo sendiri, semua orang punya kelemahannya masing-masing. Lo cukup cari orang yang menerima semua kelemahan lo bukan menjadikan lo seperti wanita yang lemah,"ujarnya kembali menguatkan.
Entahlah pada intinya Tasya sangat berterima kasih pada Tuhan karena telah memberikan seseorang yang mengerti dan memahami bagaimana hidupnya yang terasa sangat menyedihkan.
"Yaudah sekarang kita ke kelas ya? Ira nyariin kita pasti,"ajak Fathur yang mendapat anggukan setuju dari Tasya.
Sejurus kemudian keduanya pergi meninggalkan taman untuk segera masuk kedalam kelas.
***
"Lo paham bahasa Indonesia kan?"Fandi menahan lengan Raya setelah segenap usahanya untuk mengejar Raya.
Fandi berkata sedikit sinis membuat Raya menundukan kepalanya takut, ia paling tidak suka jika seseorang berbicara dengan nada tinggi. Semuanya bisa dibicarakan baik-baik bukan? Lantas mengapa kebanyakan orang lebih suka berkata dalam nada yang tinggi dalam menjelaskan sesuatu? Seperti contohnya sekarang ini.
Fandi menghela nafasnya berat, barusan dia baru saja melukai hati perempuan dihadapannya ini, detik selanjutnya Fandi mengambil sebuah minuman yang sedari tadi di genggaman Raya. Digantikan oleh genggaman lembut tangan Fandi, dengan lembut ia berkata.
"Ikut gue, Ay.."
Fandi membawa Raya untuk duduk di sebuah bangku yang tersedia disana.
"Aya,"panggilnya membuat sang empunya nama menoleh seraya tersenyum manis.
"Oh iya hampir aja aku lupa! Kamu belum minum ya dari tadi? Yaudah nih minum punyaku aja,"ujar Raya sembari menyodorkan minuman milkshake oreo kesukaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Susah Lupa [REVISI]
Teen FictionBuat dirimu yang tak sempat aku milikki. Buat dirimu yang mustahil untuk aku dapatkan. Buat dirimu yang disana tanpa tahu aku disini berjuang untukmu. Dengarlah. Disini diriku memperjuangkan mu. Disini diriku berdiri menunggumu. Disini diriku selalu...