i love you,
you love me,
if you don't love me,
i kill you.***
"Eh lo ngapain disini?!"
Hampir saja mata Tasya keluar dari tempatnya, pasalnya didepan gadis tersebut ada seorang laki-laki yang sedang bertekuk lutut sembari membuka kotak P3K disampingnya.
"Nyamperin lo lah,"sahutnya enteng.
"Gue nanya serius."
"Lo kira gue bercanda?"
"Terus dari rumah niat lo emang mau ngikutin gue gitu?"
"Dih pede banget lo."
Hah? Apa? Tasya merasa percaya diri pada Rey? Jangan harap, rasa percaya dirinya hanya untuk Fandi seorang tak ada yang lain. Sontak Tasya memutar bola matanya malas.
"Ya makanya gue nanya lo ngapain disini Marjuki. Gue nanya malah dibilang kepedean, jadi sok banget mantep lo."
"Emang gue mantep, sirik lo?"
"Idih ngaca noh diaspal, muka kek kembang pasir aja belagu."
"Lah tai kucing dong gue?"
"Tuh tahu!"
"Kurang ajar lo. Gue kesini emang lagi pengen keluar aja, dirumah mulu gue kek perawan. Terus gue ketemu lo disini yaudah gue samperin,"jelas Rey.
"Terus ini dapat dari mana?"ujar Tasya seraya menunjuk kotak P3K yang berukuran kecil ditangan laki-laki itu.
"Dapet? Beli woy! Lo kira gue nyopet?!"sahutnya sewot.
"Gak gitu juga maksud gue."
"Kasihan gue liat lo, udah kena musibah terus muka lo sebelas dua belas sama orang gila deket pasar."
Kurang ajar, lo kira muka lo ada bagus-bagusnya gitu? Idih, muka kek pembatas kaleng ikan cupang aja belagu-batinnya.
"Ngomong sini sekali lagi! Gue sabet mulut lo pake duit lama-lama."
"Coba mana sini, duit lo sebanyak apa sih?"
"Pengen tahu aja lo."
"Udah elah jadi gak jadi kan tuh ngobatin luka lo."
Rey kembali membuka kotak berwarna putih itu dan mengeluarkan kapas bersamaan dengan botol alkohol, baru saja ia ingin membersihkan luka Tasya tiba-tiba gadis tersebut menahan pergerakan Rey.
"Gue bisa sendiri."
"Alah, cewek mah gitu. Ngomong doang apa-apa bisa sendiri padahal nyatanya lemah banget."
"Cewek mana yang kayak gitu? Gue enggak tuh-Awh!"ringis Tasya, sungguh kejam benar-benar kejam.
Rey tuh sebenarnya laki-laki atau sedang menyamar sebagai ibu tiri sih? Dengan seenak jidatnya ia menekan luka Tasya yang masih mengeluarkan darah segar.
"Maaf sengaja,"ujarnya tanpa merasa bersalah, hingga membuat Tasya membukatkan matanya.
"Anjir sakit tahu! Ngobatin luka segini aja gak bener, udah sini biar gue aja,"baru saja Tasya ingin mengambil alih pekerjaan Rey dengan cepat lelaki itu menjauhkan tangannya.
"Kelamaan, tanggung."
"Lo emang demennya jatoh ya? Dikit-dikit jatoh, kesenggol dikit aja hilang keseimbangan. Badan lo tuh kurang gizi!"ucap Rey sembari mengobati luka Tasya, persis ibu-ibu yang memarahi anaknya ketika jatuh dari sepeda.
"Mata lo gizi buruk! Enak aja kalau ngomong."
"Makanya ikut ibu-ibu posyandu sana, minta imunisasi. Lumayan pulangnya dapet bubur kacang ijo, sama ager hahaha."
KAMU SEDANG MEMBACA
Susah Lupa [REVISI]
Teen FictionBuat dirimu yang tak sempat aku milikki. Buat dirimu yang mustahil untuk aku dapatkan. Buat dirimu yang disana tanpa tahu aku disini berjuang untukmu. Dengarlah. Disini diriku memperjuangkan mu. Disini diriku berdiri menunggumu. Disini diriku selalu...