Kamu itu seperti teka-teki, susah ditebak tetapi mengapa aku selalu saja terjebak?
***
"Dia bukan pacar gue."
"Terus dia siapa? Lo kelihatan dekat banget sama dia,"ujar Tasya terus terang. Pertanyaan ini memang sudah bersemayam di otaknya sedari awal.
"Dia itu—"
"Lah Fan, lo ngapain disini? Katanya mau keluar? Terus itu kenapa baju lo basah? Lo berenang? Bukannya kata lo gak boleh ada yang make?"rentetan pertanyaan itu berasal dari Sandy—salah satu anggota OSIS divisi olahraga yang tadi bersama Fandi untuk membantu mengatur ruang ganti untuk para peserta.
"Gue harus jawab pertanyaan lo yang mana?"tanya Fandi sehingga membuat Sandy melebarkan senyumnya.
"Gak usah dijawab gue tahu, ini bukan pertanyaan yang penting buat lo."
"Itu tahu."
Sandi memang sudah tahu watak dan sifat pemimpinnya itu, Fandi akan berbicara seperlunya saja terlebih lagi jika menjawab pertanyaan dari seseorang yang tidak penting, Fandi lebih baik meninggalkan orang itu tanpa berucap sepatah katapun.
"Semuanya udah beres, Fan. Gue juga udah dapat kabar dari penanggung jawab yang lain katanya udah siap semua. Lo tinggal lihat haslilnya aja,"ujar Sandy yang mendapat anggukan kepala dari Fandi sebagai jawaban.
"Kalau gitu lo boleh istirahat, bilangin yang lain kalau udah selesai semua kalian boleh pulang."
"Thanks bro,"Sandi menghampiri Fandi dan menepuk pundak lelaki itu beberapa kali dengan senyum lebarnya.
"Gue yang harusnya bilang makasih,"ralat Fandi.
"Santai aja Fan, kalau gitu gue balik dulu ya."
Setelah mengucapkan kalimat pamit dan terimakasih pada sang ketua OSIS Sandy lalu menatap Tasya dalam hitungan detik lalu kembali melanjutkan langkahnya untuk keluar dari kolam renang.
Tasya yang membalas tatapan lelaki itu hanya mengangkat bahunya tak ambil pusing, Sandy sama sekali tidak bertanya mengapa perempuan itu ada disini bersama Fandi. Tasya merasa jika dirinya sebelas dua belas dengan makhluk tak kasat mata.
"Dia siapa?"tanya Tasya.
"Anak OSIS."
"Sepenting itu ya acara ini buat lo?"
"Pertanyaan lo bego banget. Gak perlu gue jawab kan?"
Tasya menelan ludahnya susah payah, ia berfikir kenapa pertanyaan bodoh itu bisa keluar dari bibirnya? Memang Tasya tak pandai untuk berbasa-basi.
Detik selanjutnya Fandi berdiri namun entah mengapa dengan spontan Tasya justru menahan lengan laki-laki itu hingga ia menoleh kebawah dan menatap Tasya sebentar.
"Mau kemana?"
"Bukan urusan lo."
Tasya tersenyum, lagi-lagi Fandi mengeluarkan kata-kata tajamnya, untung saja Tasya memiliki hati berbahan dasar besi, jadi dirinya sudah terbiasa jika harus menghadapi lelaki dihadapannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Susah Lupa [REVISI]
Teen FictionBuat dirimu yang tak sempat aku milikki. Buat dirimu yang mustahil untuk aku dapatkan. Buat dirimu yang disana tanpa tahu aku disini berjuang untukmu. Dengarlah. Disini diriku memperjuangkan mu. Disini diriku berdiri menunggumu. Disini diriku selalu...