7. Gosip Sekolah

211 7 3
                                    

Beri aku uang lima ribu maka akan ku beli cilok bersama tusuknya
Beri aku kesempatan maka akan ku buat kamu mencintaiku selamanya.

-Presiden Cantik Tasya Meldiva.

***

"Bunda tahu kamu masih bisa merasakan trauma itu kan? Tapi mau gimana lagi Sya? Keadaan yang mendorong kamu harus keluar dari zona nyaman. Jangan jadikan ketakutan kamu jadi senjata yang menyerang diri kamu sendiri, ingat. Sebesar dan sesulit masalah yang kamu hadapi dan ketakutan besar yang kamu miliki kamu harus percaya bahwa Tuhan selalu ada dihati kamu."

Dita-Bunda Tasya sedang memakaikan jaket rajut ke tubuh anaknya dengan senyum yang sangat tulus. Perkataan yang keluar dari bibirnya selalu membuat Tasya ingin sekali menangis karena terharu.

Dita adalah motivasi terbesar dalam hidup Tasya, itu sebabnya gadis tersebut semakin hari semakin kuat dan tak pernah menunjukan kelemahannya, kecuali rasa ketakutannya pada trauma yang ia miliki.

Malam ini, setelah pulang sekolah Tasya mempunyai tugas baru. Untuk mendapatkan uang Bundanya bekerja ditoko kue untuk membuat beberapa kue yang akan dijual ditoko tersebut.

Namun bedanya ia tidak masak didapurnya langsung melainkan membuatnya dirumah dan dikirimkan ke toko tersebut. Dan inilah yang menjadi tugas Tasya sekarang.

Sebenarnya sangat berat, keluar malam adalah hal yang paling Tasya hindari selama hidupnya dan sekarang ia harus membantu Bundanya untuk mengirimkan kue dimalam hari? Ya Tuhan, Tasya ingin menangis saja rasanya.

"Allah akan selalu ada dihati kamu Tasya, itulah mengapa kamu harus senantiasa berdo'a supaya malaikat selalu ada disamping kamu."

Perlahan rasa ketakutannya kini sedikit menghilang, ia percaya bahwa kekuatan do'a berada diatas segalanya, tak ada yang mampu menandingi sebuah kata do'a. Detik selanjutnya Tasya tersenyum dan menghambur ke pelukan Dita.

"Makasih ya Bun, makasih selama ini udah mau ngertiin aku, semangatin aku, perjuangin segalanya demi aku. Maaf Tasya belum bisa jadi anak kebanggaannya Bunda."

"Kamu udah mau bantuin Bunda udah mau ikhlasin semuanya itu sudah cukup buat jadi anak Bunda yang paling Bunda banggakan,"Dita mengelus puncak rambut Tasya sembari mengusap punggung gadis tersebut sehingga memberikan kehangatan.

Tasya melepaskan pelukannya, tangannya mengambil sebuah tempat berukuran lumayan besar yang berisi beberapa kue dan roti didalamnya.

"Ya udah kalau gitu, Tasya berangkat dulu ya Bun."

"Iya hati-hati ya, kalau memang terjadi apa-apa langsung telefon Bunda aja."

"Iya."

Tasya berjalan kearah pagar rumahnya, keluar dari pintu dengan angin malam yang berhembus sedikit kencang. Jantung Tasya seperti berdetak lima kali lebih cepat, ia menutup matanya seraya mengepalkan tangannya berusaha untuk membuang ingatan buruk itu untuk kembali datang.

Ia menarik nafas dalam tempo yang cepat, dada yang naik turun membuat dirinya kian melemah sebisa mungkin gadis itu menyangkal segala sesuatu yang akan menyerang dirinya sendiri.

Perlahan rasa paniknya berkurang mengingat betapa susahnya Bundanya itu membuat kue dan roti untuk dijual, masa hanya memberinya ke toko roti Tasya tidak bisa.

"Bismillahirrahmanirrahim."

Ucapnya dengan tenang, detik selanjutnya gadis yang memakai jaket rajut berwarna hitam itu keluar dari rumah. Untung saja jarak antara rumah dan toko roti tidak terlalu jauh jadinya Tasya tidak perlu berlama-lama dalam perjalanan.

Susah Lupa [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang