Intinya cuma satu. Kamu kapan menyukai ku?
***
"Nih, roti buat kamu sarapan. Jangan lupa dimakan, nanti kan kamu olahraga jadi biar gak pingsan yang ada nanti kamu nyusahin orang lain lagi,"Dita memberikan dua roti isi coklat yang dipadukan dengan taburan kacang didalamnya.
"Bun kata orang, kalau kita melakukan kebaikan tapi ujung-ujungnya ngatain, pahalanya gak bakal dicatat sama malaikat loh Bun,"ujar Tasya menyindir membuat Dita sontak memecahkan tawanya.
"Oh ya? Masa sih? Padahal Bunda gak ngatain loh, Bunda ngomong jujur apa adanya,"sahutnya tersenyum meledek.
"Iyaudah iya emang Bunda doang yang bener aku mah salah terus."
"Hahaha, yaudah cepet berangkat gih. Jangan telat kan lagi ada acara, jalannya yang cepet biar kebagian angkot."
"Iya siap, kalau gitu aku berangkat dulu ya. Assalamualaikum!"ujar Tasya memberi salam seraya menyium punggung tangan Bundanya.
"Waalaikumsalam"
Hari ini adalah hari berlangsungnya acara Pekan Olahraga Tahunan yang akan dilaksanakan disekolahnya, dari rumah Tasya sudah memakai seragam lengkap olahraga, sepatu sport berwarna putih, rambut yang diikat serta satu botol minum disamping kanan tasnya.
Tasya sudah menyiapkan semuanya dengan matang, bahkan Dita—Bundanya ikut serta dalam kegiatannya. Ia justru dengan semangat memilihkan sepatu yang cocok untuk Tasya, memberikan sapu tangan untuk menyeka keringat sampai memberikannya roti untuk sarapan. Untuk menghemat uang jajan juga menurutnya.
Tasya berdiri dipinggir jalan menunggu sebuah angkutan umum yang lewat, jam menunjukkan pukul setengah tujuh kurang sepuluh menit. Masih terlalu pagi, tapi gapapa demi mendapatkan transportasi dari pada ia berangkat siang ujung-ujungnya harus jalan kaki dari rumah sampai sekolah.
Gadis berseragam olahraga itu melambaikan tangannya hingga membuat angkutan umum berhenti tepat didepan gadis tersebut. Tasya duduk disamping pintu dengan semangat gadis itu membuka Tasnya menyambar satu roti dan merobek sticky note dan menulisnya beberapa kalimat disana.
Setelah menulis beberapa kalimat diatas sticky note Tasya menempelkannya diatas kemasan roti dan memasukkan roti tersebut kedalam tasnya kembali.
Gadis itu melihat ke jalanan dengan senyum yang manis, entah mengapa hari ini suasana hatinya sangat membaik bahkan ia tidak peduli dan sudah tidak memfikirkan bahwa dirinya kini menjadi incaran satu sekolah.
"Kiri Bang,"ujar Tasya hingga membuat sang supir menepikan angkotnya didepan sebuah sekolah yang sangat luas.
Tasya memberikan selembar uang lima ribuan dan tersenyum singkat.
"Makasih Bang."
Dengan semangat Tasya turun dari angkutan umum yang sebelumnya ia naiki, gadis itu merapihkan anak rambut yang menghalangi wajah cantik gadis tersebut.
Tasya melangkahkan kakinya ke gedung tingkat dua belas, bukannya masuk kedalam kelasnya sendiri Tasya justru memutar langkahnya menuju kelas unggulan yang ada pada sekolahnya tersebut.
Kelas unggulan dengan kelas yang biasa disebut buangan memang sangat jauh perbedaannya, kelas unggulan dilengkapi teknologi canggih. Mulai dari loker besi yang berjejer dibelakang kelas, proyektor dengan keluaran baru, beberapa MacBook dan radio khusus yang sesekali memutarkan beberapa lagu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Susah Lupa [REVISI]
Teen FictionBuat dirimu yang tak sempat aku milikki. Buat dirimu yang mustahil untuk aku dapatkan. Buat dirimu yang disana tanpa tahu aku disini berjuang untukmu. Dengarlah. Disini diriku memperjuangkan mu. Disini diriku berdiri menunggumu. Disini diriku selalu...