Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, tapi ternyata ada satu, yaitu ketidak mungkinan aku untuk memilikimu.
***
"Lah ini sepeda siapa?"
Tasya mengernyitkan dahinya bingung pasalnya dihadapan ia sekarang ada sebuah sepeda yang sudah terparkir didepan halaman rumah gadis tersebut.
Tak mau mengambil pusing Tasya lalu menganggukkan kepalanya singkat mungkin saja ada yang bertamu hari ini, sejurus kemudian Tasya memasuki rumahnya seraya memberi salam.
"Assalamualaikum, Tasya pulang!"
"Waalaikumsalam, Tasya sini-sini duduk,"Dita dengan semangatnya menarik lengan Tasya dan mengajak anaknya itu untuk duduk dibangku yang tersedia pada ruang tamu.
"Ada apasih Bun? Semangat banget kayaknya."
"Kamu udah lihat surprise-nya belum?"tanya Dita dengan mata yang berbinar sedangkan Tasya justru hanya memberikan tatapan bingung pada Bundanya itu.
"Surprise apa?"
"Itu loh, sepedah baru yang ada didepan rumah. Itu buat kamu, Sayang.."sahutnya gembira membuat Tasya spontan tertawa kecil.
"Oh jadi itu buat aku? Itu namanya mah bukan surprise Bun, kalau surprise tuh sesuatu yang aku gak tahu. Ini mah aku udah tahu duluan."
"Gapapa, Bunda gak pinter buat gituan yang penting Bunda tulus kasih kamu hadiah. Semoga bermanfaat ya,"Dita mengelus puncak kepala Tasya lembut hingga membuat anaknya itu tersenyum getir.
"Bunda dapet uang dari mana?"
"Tasya, kalau ada orang yang kasih sesuatu untuk kamu kamu cukup bilang terimakasih gak sopan loh nanya-nanya kayak gitu, dapet uang dari mana itu urusan Bunda."
Tunggu, sepertinya Tasya pernah mendengar kata-kata ini sebelumnya tapi kapan ya? Ah, Fandi. Lelaki itu pernah menasihatinya jika ada seseorang yang menolong kita, kita hanya cukup mengucapkan terima kasih tanpa perlu menanyakan hal-hal yang tidak harus dipertanyakan.
"Iya Bun, maaf.."
"Yaudah Bunda kasih sepedah baru supaya kamu semakin semangat bantuin Bunda untuk kasih roti sama kue ke Tante Kartika, biar kamu gak ketinggalan angkot juga, bisa irit uang jajan juga lho."
"Makasih ya Bun, tapi maaf Tasya belum bisa kasih apa apa,"gadis itu tertunduk lesu, Bundanya memang segalanya untuk Tasya, sumber kebahagiannya sekaligus menjadi penopang kekuatannya. Ia bisa hidup dan berdiri hingga saat ini pula tak luput dari kasih sayang dan perjuangan Dita untuk Tasya.
"Bunda juga gak pernah minta kamu apa apa,"Dita memeluk Tasya seraya mengusap punggung gadisnya penuh kasih sayang.
"Yaudah sekarang kamu boleh istirahat, makan dan jangan lupa sholat abis itu baru bantuin Bunda ngirim rotinya."
"Oke siap Bun!"Tasya berdiri tegak seraya mempraktikkan gaya hormatnya dengan semangat.
***
Seharian memandu dan mendampingi acara Pekan Olahraga di sekolah tidak membuat Fandi merasa lelah, buktinya sekarang Fandi tengah membuka laptop dan duduk diatas kasur seraya ditemani dengan air hangat dan beberapa cemilan.
Acara yang dipimpin olehnya besok sudah selesai berharap esok hari akan berjalan baik-baik saja. Itu artinya ia harus segera menyusun data-data mengenai acara tersebut.
Fandi meraih ponselnya mencari kontak Jessica selalu bendahara OSIS lalu melakukan panggilan didalam sana.
"Halo Fan, kenapa telepon malam-malam gini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Susah Lupa [REVISI]
Teen FictionBuat dirimu yang tak sempat aku milikki. Buat dirimu yang mustahil untuk aku dapatkan. Buat dirimu yang disana tanpa tahu aku disini berjuang untukmu. Dengarlah. Disini diriku memperjuangkan mu. Disini diriku berdiri menunggumu. Disini diriku selalu...