CHAPTER 18

698 32 3
                                    

Joyi menatap datar ke arah jendela bus yang sedang mereka tumpangi itu. Menatap diam pada jendela yang sedang di guyur hujan deras malam itu.
Gavin yang duduk di sebelahnya juga diam.
Mendadak atmosfer didalam bus itu menjadi canggung, walau hanya ada mereka berdua yang duduk dibangku belakang.
Mungkin karena hujan, tak ada penumpang yang ada disana. Kecuali keduanya.

Gavin tanpa kata kata mulai meraih kepala joyi dan ia sandarkan ke ceruk lehernya. Dan ia membelai pelan rambut cewek itu dari belakang. Sedangkan joyi masih diam dan tetap menatap ke jendela.
"loe nggak kedinginan?"tanya gavin mulai membuka pembicaraan mereka.
"lumayan.." jawab joyi. "thanks ya buat semuanya. Loe itu memang sahabat yang terbaik."
Gavin sejenak tercengir mendengar itu, "iya iya.. Gue itu emang sahabat terbaik deh buat elo." jelasnya.

Joyi diam diam memejamkan matanya dan merasakan lebih dalam kehangatan dari gavin. Seandainya jalur bus ini tidak ada ujungnya, maka joyi mungkin bisa berlama lama seperti ini dengan gavin.
Tentu! Tentu saja saat ini jantung gadis itu berdetak hebat, untung saja ia berada didalam tubuhnya, kalau sampai ada diluar posisinya, bisa bisa ketahuan sama gavin kalau joyi deg degan.

"loe tidur?"tanya gavin menatap joyi.
Joyi tersenyum, "nggak. Cuman pejam mata aja. Gak boleh emangnya?"
Gavin menaikkan alisnya, lalu ia menatap ke jendela bus, "gak papa kok. Tidur aja. Gue tunggu sampe loe bangun."katanya sambil ketawa.
"nggak usah deh.. Nanti kita kelewatan halte bus Lho.."kata joyi.
"gak apa apa.. Nanti kalo udah nyampe, gue bangunkan kok,"jelasnya dengan nada yang berusaha meyakinkan joyi.
Joyi hanya diam dan tersenyum sambil terus memejamkan matanya.

******
Joyi berjalan menuju toilet di jam istirahat itu. Setelah buang air kecil, ia pun keluar dari bilik toilet paling ujung itu, lalu menemukan rania dan tiga orang temannya sedang mengepungnya disana.
"kak rania..?"tanya joyi pelan.
"jangan sebut sebut nama gue!"bentak rania dengan mata melototnya. "loe pacaran ya sama gavin?"
Joyi menaikkan alisnya, tapi masih tak berani menatap rania langsung. "nggak, kak.. Ki—kita gak pacaran, kok."kata joyi.

Rania mengambil ponsel yang disodorkan temannya itu, lalu mengacungkan layar ponsel itu ke wajah joyi. "loe jalan sama dia kemarin kan? Jawab!"gumam rania.
Dari sedikit pandangan nya, joyi bisa lihat kalau yang diperlihatkan kakak kelasnya itu adalah foto unggahan di sosial media milik gavin, yang menampilkan foto mereka berdua disana.

"jalan bareng sama dia.." itu caption nya.

"i—itu.."
Rania tiba tiba menampar pipi kanan joyi dengan sekuat tenaganya sebelum joyi menyelesaikan kata katanya.
"kakak tampar aku kenapa?"suara joyi sedikit meninggi karena ia kaget sekaligus heran. Rasa panas dari bekas tamparan rania itu masih terasa.
"ohhh.. Jangan pura pura polos loe ya.. Denger, gue gak mau kalo loe deket deket sama gavin. Gavin itu bakal milik gue, bukan loe!"bentak rania.

Joyi menelan ludahnya, "kakak gak berhak larang aku atau larang gavin untuk itu. Itu hak kita."kata joyi mulai memberanikan diri.
Rania mendorong dada joyi berkali kali dengan wajah bengisnya, "loe itu junior disini. Jangan macem macem sama gue yang udah senior. Lagian gue ini adalah anggota OSIS."gumam nya sombong.

Joyi menatap rania lekat lekat, "kak.. Percuma kakak itu wakil ketua OSIS, tapi kelakuan kakak bener bener bikin aku heran. Jadi, tolong jangan ganggu aku, kak."kata joyi pelan.
"kurang ajar loe!" rania segera menarik rambut joyi dengan kedua tangan nya dan keduanya jatuh ke lantai.

Rania duduk di paha joyi yang terbaring tak berdaya itu, lalu menamparnya habis habisan. Beberapa teman teman nya yang ada disitu juga tertawa terbahak bahak melihat rania yang menghabisi joyi itu.
"biar jangan macam macam lagi loe!"bentak rania menarik rambut joyi.
"sakit, kak!"joyi berusaha bangkit dan ia ikut menarik rambut rania, seperti yang dilakukan rania padanya.

Rania mendorong joyi dengan sekuat tenaga ke sembarangan arah dan akhirnya berakhir di bawah wastafel kamar mandi. Kepala joyi terbentur ke dinding wastafel juga tangan kanannya  dan kemudian tak sadarkan diri.
rania bangkit dan ia merapikan rambut nya serta pakaian nya yang berantakan itu.
"cabut yuk."katanya kepada teman temannya dan melangkah duluan. Tiga orang teman nya itu pun melangkah menyusul rania. Dan meninggalkan joyi yang tak sadarkan diri itu.

*****
Joyi perlahan membuka matanya. Rasanya, seluruh badan ini begitu ngilu untuk digerakkan. Dan tatapan nya penuh menatap asbes putih yang dipasang kipas angin itu.

"joyi?"

Mendengar itu, joyi perlahan menoleh kearah sumber suara, dan menemukan wali kelasnya ada disana bersama guru BP.

"kamu merasa baik baik aja, joyi?"tanya pak bagas wali kelas mereka itu.
Joyi diam, mencoba menyembunyikan kejadian di kamar mandi itu. "iya."jawabnya kemudian.
"siapa yang lakuin ini ke kamu, nak?"tanya guru BP yang berdiri disebelah pak bagas itu.
Joyi diam menatap pak bagas, ketika mengingat gavin rasanya ia kembali mengingat sosok rania yang mengerikan itu. "mereka banyak."

"banyak?"ulang pak bagas. "berarti kamu di keroyok?"tanya nya lagi.
Joyi angguk angguk pelan. Sekarang, kondisi nya sangat parah. Wajahnya babak belur, kepalanya di balut perban karena terbentur di wastafel tadi, juga tangan kanan nya yang diberi gips itu masih belum bisa di gerakkan. Dan sekarang ia ada dikamar rumah sakit.

"kamu memang tidak mengingat siapa yang mengeroyok kamu, nak?"tanya guru BP perempuan itu.
Joyi memilih menggeleng pelan, "aku gak lihat, buk. Maaf."katanya lalu ia membuang wajah dari tatapan kedua guru sekolahnya itu. "tolong, pak, buk, aku pengen sendirian.."

Pak bagas angguk angguk paham, lalu mereka berdua pergi meninggalkan joyi didalam kamar tersendiri itu.
"mama.. Joyi kesakitan, ma.." tangisnya memejamkan matanya. Ia sengaja tidak menangis kuat kuat, takut pak bagas dan ibu BP itu mendengarkan nya.

*****
"joyi.. Masih sakit gak tangannya?"tanya om rangga yang berdiri disebelah ranjang joyi itu.
Joyi angguk angguk, "masih ngilu, om."
"inget.. Jangan banyak gerak gerak dulu."cetus om rangga lalu ia duduk di sofa.

"heran ya liat anak zaman sekarang. Tahunya main keroyokan aja. Sebel deh."gumam tante nela yang tengah mengupas apel merah itu.
"tante.. Jangan bilang sama mama ya. Joyi mohon, tante.."pinta joyi menatap tante nela.
Om rangga yang mendengar itu langsung beralih tatap dari layar ponsel nya kearah joyi.

Tante nela juga diam menatap joyi. Heran saja.
"kenapa?"tanya om rangga akhirnya.
Joyi menggeleng, "joyi gak mau mama khawatir. Itu aja kok. Juga.. Kalo gavin datang kemari, bilang ke dia joyi pengen sendiri. Gak mau diganggu siapa siapa.."
"kok gitu ngomong nya? Ada apa sih?"tanya tante nela semakin keran.
"gak kenapa kenapa kok. Cuman mau gitu Aja." jelas joyi lalu ia menatap apel yang sudah di potong potong kecil diatas piring itu, "boleh minta apel nya gak?"tanya joyi tersenyum.

Tante nela angguk angguk, dan menyerahkan piring kecil itu kepada joyi, "ada masalah ya kamu sama gavin?"tanya tante nela yang tampak belum puas dengan semua ini.
"gak ada apa apa. Joyi pengen sendiri aja, tan." katanya pelan.

Gavin diam, ia perlahan menjauhkan tangan kanannya dari gagang pintu kamar rumah sakit itu karena mendengar perkataan joyi didalam itu. Perlahan ia mundur tanpa menimbulkan suara langkahnya, dan menatap diam parsel buah yang tadinya mau ia berikan untuk gadis itu.  Lalu mendatangi suster yang ada di meja resepsionis rumah sakit. Bicara sesuatu pada suster itu dan menyodorkan parsel buah itu. Lalu pergi.

*****
TBC~~
Hayyy hayyy hayy, tolong di vote ya
Oh iya, maaf kalo disetiap chapter itu banyak TYPO nya.. Oh iya, aku makin semangat banget buat nulis karena orang yang bacanya makin banyak. Terimakasih terimakasih.. Hahaha..
See you next chapter guys..



UNDER RAIN (FF kao jirayu dan nattasha nauljam)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang