Haechan Point Of View
"Ekm,"
Sialan.
Ada yang melihatku dengan Hana saat ini di depan pintu kamarku.
Reflek aku menjauhkan wajahku darinya dan memalingkan wajahku.
Aku menyentuh pipiku yang terasa memanas,
"Maaf mengganggu keromantisan kalian, hehe. Kalian berdua harus ikut denganku,"
Ya Tuhan itu tadi ayah. Tadi ia melihatnya.
Hana menoleh sebentar ke arahku dan menautkan jarinya di tanganku.
Menarik tanganku untuk ikut ayah, otomatis aku mengekorinya dengan tangan yang masih menggenggam,
Naik ke lantai dua, di sebelah practice room.
Yang nantinya akan menjadi kamarku dengannya.
"Barang kalian akan paman pindah di sini. Mulai dari lemari, tempay tidur, televisi, ac, ataupun yang lainnya,"
"Mulai hari ini kalian akan tidur sekamar. Kamar Hana akan paman pakai untuk tempat kerja, kamar Haechan digunakan untuk lemari sepatu dan baju,"
Kusayang kamu, ayah. Bukan, ayah mertua.
Kamar yang dijanjikan ketika aku berumur 25 tahun akan sekamar dengan Hana, dipercepat menjadi 18 tahun.
"Heol, ige mwoya?"
***
Paman menyewa orang untuk memindahkan barang ke lantai dua. Tidak mungkin menyuruh kami yang ukuran badannya belum sebesar Johnny hyung.
Untunglah hanya sekamar, bukan seranjang.
Dia memakan roti bakar di kasurnya dan menonton film yang ditayangkan di televisi,
Seharusnya dia membawakan satu potong roti lagi dan mengatakan, "Kemarilah, temani aku menonton film,"
tetapi ia hanya diam.
Namun,
"Kau mengapa diam saja di kursi? Kemarilah, temani aku di sini. Ada satu potong roti lagi untukmu,"
Dia membawakan sepiring roti bakar. Bukan hanya satu, tetapi beberapa potong roti.
Aku menghampiri dan duduk di sebelahnya.
Sialan, dia menonton film chucky chucky apalah itu, tanpa subtitile filmnya.
Bukannya dia takut melihat darah seperti itu?
"Haechan, ada darah!!"
Sontak aku terkejut dan menatapnya.
Hana menutupi matanya dengan kedua tangannya.
"Dadaku lebih nyaman untuk menutupi matamu daripada kedua tanganmu. Kemarilah,"