Bonus Chapter 2

27.5K 1.8K 342
                                    

Lima belas tahun berlalu, semenjak Hana dengan Haechan memutuskan untuk berpindah ke tanah air. Jangan terkejut, jika Haechan sudah lancar berbahasa indonesia.

Dua puluh empat tahun, semenjak wanita itu melahirkan anak kembarnya.

Jangan tanya bagaimana kabar Mark, Renjun, Jeno, Jaemin, Chenle, dan Jisung. Pria-pria itu sudah tidak kuat menari karena faktor usia.

Di Korea Selatan, hari senin.Hari ini adalah hari berbahagia menurut keluarganya, dan Dong Hwa. Adik Dong Hee itu akan melepas masa lajangnya dengan pria pilihannya sendiri.

Pria itu adalah anak bungsu dari Mark Lee, Alex Lee. Benar, Haechan dengan Mark akan berbesan mulai saat ini.

Tentunya siapa yang tidak senang jika berteman selama hampir tiga puluh tahun kini menjadi besannya.

Jika jodoh, mau bagaimana lagi?

Anak perempuannya itu menginginkan untuk menetap di Korea bersama suaminya. Alasannya, supaya lebih mudah dan lebih murah dalam membeli korean stuff. Aneh-aneh saja.

"Jaga putriku dengan baik. Jangan membuatnya menangis. Jika iya, jangan tanya siapa yang membuatmu muntah paku." ancamnya, membuat Alex tersenyum kaku kepada ayah mertuanya itu.

"Tidak tidak, aku hanya bercanda." tawanya untuk mencairkannya. Haechan beralih untuk bergabung dengan dreams.

Dia tertawa, "Aku tidak percaya kita bisa bertemu lagi. Aku rindu masa ketika kita masih satu grup."

"Aku juga, aku rindu memukul bokong Jisung ketika dia sedang tidur." ucap Chenle. Pria itu telah menjadi konglomerat nomor satu di China. Anak lelakinya berpacaran dengan anak bungsu Renjun yang masih berumur 18 tahun.

Mark bergabung dengan menggendong cucu pertamanya. Walaupun Haechan yang menikah duluan dari mereka, tetapi anak sulung Mark menikah muda.

"Paman, aku boleh menggendongnya?" sahut Jennie, anak bungsu Jeno. Mark mengangguk, Jennie menggendong balita itu.

Hana ikut bergabung menemani suaminya, wanita itu masih tetap cantik dan bersinar di umurnya yang ke empat puluh tiga tahun.

"Hai noona, lama tidak bertemu." sapa Renjun kepada Hana. Wanita itu membalasnya dengan senyuman.

"Hei Jisung, aku rindu memukul bokongmu." ucap wanita itu dengan santai.

****

Beberapa jam seusai pernikahan Dong Hwa dengan Alex, kini di hotel tinggallah Haechan dengan Hana. Anak perempuan mereka telah menikah semuanya.

"Ah, aku rindu momen berdua denganmu." ucap pria itu setelah menghempaskan tubuhnya ke kasur.

Sedangkan Hana memasukkan pakaiannya ke koper, besok mereka akan kembali ke Indonesia.

"Apaan sih, kayak anak baru gede aja." tepisnya. Suaminya itu masih mengenakan jas hitam yang melekat di badannya.

"Mandi sana, ih. Jangan nempel di tempat tidur." wanita itu menggeser-geser tubuh Haechan untuk tidak menempel di kasur, karena keringat akan menempel.

"Aku mandi, kamu juga mandi." ucapnya asal. Hana memukuli bokong Haechan dan diakhiri dengan tawanya yang menggema

"Kamu dari dulu suka mukulin bokong aku. Padahal aku yang lebih tua."

"Bodo!" ucap wanita itu dan melengos pergi. Hana suka sekali memukuli bokong dreams, terutama Jisung dan suaminya sendiri. Semenjak Jisung berusia untuk siap menikah, ia menghentikan kebiasaannya.

Makanan hotel yang mereka pesan baru saja tiba. Ayam dengan bumbu pedas dan ikan bakar dengan sayur. Pria itu susah sekali untuk makan jika di meja makannya dihidangkan beberapa macam sayuran.

"Sayur?" tanyanya yang melihat beberapa lembar sayur di atas ikan bakar pesanannya.

"Dimakan aja. Udah tua gaboleh ngga suka sayuran."

Haechan menaruh sayuran tadi di piring Hana dan mulai menikmati makanannya.

"Ayo dimakan, sayang. Aku suapin, ya?" ucapnya lembut dan mengembalikan sayur itu pada tempatnya semula,

Dan dia menggeleng, tetap pada pendiriannya.

Rupanya, Hana sudah lelah menyuruh suaminya itu untuk memakan sayuran.

"Nanti kelonan, deh. Janji." ucapnya pasrah dengan memasukkan daging ayam ke mulutnya.

Sontak, pria itu langsung menatap lurus ke arah Hana. Ia lalu menyuapkan nasi dengan sayurannya.

Hadeh, cape.

"Jangan lebih! Udah tua." wanita itu pergi melengos mencuci piringnya di wastafel,

"Iya, iya."

Selepas makan, petugas hotel kemari untuk mengambil piring yang ia pakai dan pergi. Masih pukul delapan malam, karena resepsi Dong Hwa dilaksanakan siang hari.

"Sayang, habis makan jangan tiduran."

Matanya sayu, mungkin pria itu mengantuk. Matanya menatap lurus ke arah layar televisi yang menampilkan drama malam hari.

"Aku ngantuk." balasnya singkat dan mulai memeluk gulingnya.

"Oh iya kan aku mau kelonan sama kamu."

Tangan Hana ditarik paksa olehnya untuk berbaring di sampingnya.

Terasa jelas, napas Hana yang berhembus di dada pria itu. Tangannya melingkar di pinggang istrinya,

Haechan mendekap tubuh Hana dan menjadikannya guling untuk ia peluk di sepanjang tidurnya.

"Sepi, nggak ada si kembar." gumam Haechan pelan. Diselingi mengelus lembut rambut istrinya yang masih hitam, ia merawat rambutnya dengan baik.

"Yang." panggil Hana.

"Apa?"

"Cium."

Tanpa banyak bicara, Haechan mendekatkan wajahnya dan mencium lembut bibir istrinya. Mengerti ciumannya dibals, Haechan mulai melumatnya pelan.

Good kisser, itu yang Hana sukai dari Haechan.

Hana menjauhkan wajahnya secara pelan. Napasnya masih menyapu pipi Haechan setelah dua puluh detik menahan napasnya.

Sebagai bonus, ia mengecup kilat bibir Haechan.

"Besok kamu harus latihan tahan napas, deh. Nggak sampe tiga puluh detik udah nggak kuat."

"Apaan sih, gak jelas."

"Hehe, bercanda. Makasih, ya."

"Untuk?"

"Semuanya. Makasih untuk menerima aku apa adanya. Kamu udah berjuang buat keluarga kita, besarin si kembar waktu aku sibuk kerja, masak makanan terbaik buat keluarga kita. Makasih karena udah jadi istri aku selama ini, udah jadi ibu dari si kembar."

"Happy Anniversary yang ke 27th, sayang."

****

Haiii author balik bawa bonchap kedua :v

Ada yang mau Q n A ?

Terserah deh mau nanya tentang apa hehe, yang penting jangan tanya 'thor kapan aku dilamar sama bias?'

Yuk tuk yuk yang stan nya Taeyong bisa dibaca work gue yg baru hehe, judulnya Married with Goblin

Husband [Haechan NCT]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang