Chapter 6 - Pangeran Arthur

488 15 0
                                    

ARTHUR 'POV

disini hanya tinggal aku dan tuan putri Elfrada, aku tak percaya ini, mengapa ayahku menyuruh aku dan kakakku untuk tinggal disini dan ikut bertempur, aku tidak suka ini, aku lebih suka berjalan di taman istana sambil menikmati indahnya pemandangan, aku menyukai lingkungan yg permai dan damai, sejujurnya aku tidak pernah ikut bertempur, ini adalah kali pertamaku untuk ikut bertempur.

dan soal wanita... aku lebih suka jika aku harus ditinggal dengan wanita anggun nan mempesona, dan lemah gemulai, tetapi justru sebaliknya, mengapa aku ditinggal dengan wanita seperti dia? suasana disini sedikit canggung, yah karena sepi, aku pun memulai pembicaraan

"siapa namamu?"

"sisilia, tapi kau boleh memanggilku sisil" katanya dengan aksen yg dingin

"(ugh dia dingin sekali)"

lalu ia segera pergi, dan aku mengikutinya

"hei kita mau ke-"

"kau membawa senjata?" katanya memutuskan perkataanku

"ya tentu saja, aku membawa 1 pedangku"

"bawa ini!"

katanya yang kemudian melemparkan sebuah pisau miliknya, pisau itu menancap pada tembok yang tepat pada depan wajahku, aku pun berhenti sejenak, lalu mengambil pisaunya, dan menaruhnya di ikatan sabuk pinggangku, dan kembali menatapnya

"lain kali, jangan lakukan hal itu, kau hampir saja nyaris melukaiku"

"memangnya kenapa, jika pisau itu melukaimu? palingan lukanya hanya luka gores"

"tapi kan itu sakit"

mendengar perkataanku, sisil pun menatapku heran, dan menahan tawanya. aku merasa terhina

"hei memangnya, kenapa?"

"ehm.. enggak, cuma kamu kan laki-laki masa gitu aja sakit"

pipiku pun memerah, memang benar sih, aku tidak tahan terhadap rasa sakit, bahkan jika kulitku sedikit tergores pun, aku tak kuasa menahan air mataku untuk menangis, aku memang cengeng, pasti aku adalah pangeran tercengeng di dunia

"woi kamu kok diem aja?"

"oh enggak kok, eh ngomong-ngomong kita mau kemana sih?"

"mengambil peta, kita membutuhkannya untuk perjalanan yg panjang"

"oh baiklah...."

setelah kami sampai di suatu ruangan, sisil pun mengambil peta dan sebuah buku, entahlah sepertinya sisil membawa buku legenda

BOM!!! BOM!! suara gemuruh mulai terdengar dimana-mana, sepertinya kita harus bergegas meninggalkan Elfrada

"Sisil, ayo cepat!!" aku pun segera menarik tangannya dan berlari keluar istana, setelah kita sampai diluar, pemandangan mengerikan pun terlihat, banyak rakyat yg dibantai habis-habisan, para pejuang yg berjuang untuk mempertahankan kerajaannya, kebakaran dimana-mana

"ada apa ini?? mengapa ini sangat mengerikan??"

sisil pun tak memperdulikan pemandangan mengerikan itu, sepertinya dia sudah terbisa melihatnya, ia pun segera berlari menuju kandang kuda istana, aku pun juga mengikutinya, setelah menemukan seekor kuda yang cocok sisil pun menungganginya, aku hanya diam terpaku mengingat pemandangan mengerikan itu, dan tak tahu harus melakukan apa

"arthur!! cepatlah tunggangilah salah satu kuda disini!!"

sejujurnya, aku tidak tau cara menunggangi kuda, tetapi aku pernah melakukannya sekali bersama ayahku ketika umurku 5 tahun, aku tidak pernah ikut pelatihan bertempur di kerajaanku, namun karena keadaan ini benar-benar darurat, aku pun segera menunggangi salah satu kuda istana

I am QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang