4

1.5K 294 11
                                    

Dua bulan berlalu begitu cepat. Penelitian mereka mengenai kematian Soraya tidak menemukan titik terang. Kini bahkan Yudhis telah kembali ke kampus dengan dalih tidak ada satu orang pun yang membahas Soraya. Entah itu dalam hal candaan atau pembicaraan serius.

Teman-teman sepakat mengunci mulut, termasuk Seta dan Teza yang notabene punya mulut seperti burung gacor.

Dita sejak awal menyerah akhirnya memilih diam dan mendengarkan Naya yang terus membahas hal ini diam-diam di belakang anak laki-laki. Hanya Jessy yang baik hati masih sesekali menjawab dan mendengarkan celotehan Naya.

"Gue nemu liontin Aya," ucap Naya sembari mendekatkan badan ke arah kedua temannya.

Dita hampir rolled her eyes kalau tidak sadar jika Naya itu temannya. "Lo ke TKP lagi?"

Naya merogoh saku celananya dan menunjukan penemuannya. Sebuah kalung liontin perak yang tampaknya kotor oleh tanah sudah mengering.

Kedua temannya terkejut, terutama saat liontin itu terbuka. Memang ada foto Soraya dengan kedua ayah dan ibunya.













Dan juga kertas kecil yang terlipat di dalam liontin tersebut.

Ketiga gadis itu saling menatap masing-masing dengan penuh tanda tanya.

"Gue belum buka sumpah, malah baru tau."

Kertas itu hanya ada dua simbol, garis dan titik.

- -
. - - -

Meskipun kertas tersebut lebih kecil dan sudah lepek, tapi tulisannya masih dapat di baca dengan jelas.

"Ini?"

[✔] [1] Press Start || 95LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang