12

1.2K 224 6
                                    

Jadi, dengan keputusan bersama dan berbagai pertimbangan yang tidak masuk akal, akhirnya mereka semua berkumpul di tempat yang di janjikan. Mereka berdelapan memantapkan hati untuk menghadapi sebuah surat yang sempat mereka dapat. Termasuk Naya yang masih dalam keadaan tidak baik, pipinya semakin tirus dan dia kehilangan banyak emosi.

"Terus sekarang apa????" Tanya Dita.

"Masuklah." Keukeuh Seta.

"Eh, kalem dong lo jangan gegabah." Tarra nahan lengan Seta yang berjalan selangkah.

"Sekarang gue nanya, yang maksa kita buat ikut, siapa? Lo! terus sekarang yang cemen? Lo juga, jadi mau lo tuh apa?" Ujar Seta lagi penuh rasa frustasi.

Jadi, setelah mereka rasa tidak perlu ke tempat, keputusan diubah secara mendadak oleh Tarra. Dan perkiraan Tarra dengan Ingga sama, kemungkinan besar akan ada korban lain di gedung itu, entah mangsanya siapa, tidak ada yang tau. Tarra pun kembali mengingatkan mengenai pelaku pembunuhan Soraya dan Bobby, jika mereka tidak ke sana, sampai kapanpun tidak akan ada yang tau siapa pelakunya.

Karena merasa suasana menjadi kalut, Teza lantas merangkul bahu kedua temennya itu dengan sifat jenaka. "Kalem dong kalem, gini deh sebelum masuk mending cek sekitar dulu, siapa tau ada petunjuk??" Katanya sambil mengangkat bahu tidak yakin.

"Nah ide bagus, gue nggak ngerti apa yang ada di kepala si penulis, tapi gue rasa dia ingin kita ikutin permainannya." Ari yang memang punya otak cerdas akhirnya angkat bicara, masalahnya dia juga ikut ke seret di masalah yang lagi mereka hadapi.

"Gue mau pulang." Seketika seluruh orang disitu membalikkan matanya menghadap pada satu suara lirih yang akhir-akhir ini terdengar parau.

"Nay, Nay, tenang oke tenang, kita bakal hadapi ini bareng-bareng, kok, lo tenang ya, tunggu dulu," tandas Ingga, Jessy yang berada di sisi Naya hanya merangkul Naya sembari menepuk-nepuk bahu cewek itu untuk menenangkan.

"Terus gimana? Lo ada rencana nggak? Kalau dia siapin perangkap buat kita seengganya kita juga punya antisipasi."

"Kalem, Ngga," Tezamerenggut, "gue ada rencana, ada dua kemungkinan yang ada di pikiran gue sekarang."

"Pertama, dia ngincer kita, kedua, dia ngincer salah satu diantara kita. Gue sama Tarra sempet tuker pikiran, masalah—sorry ya Nggrit—soal Bobby sama Soraya, kenapa harus mereka dan kenapa dia ngelakuin itu?? Mungkin kita, atau salah satu diantara kita pernah ngelakuin suatu kesalahan." Jelas Teza panjang lebar.

"But, maybe all of us," sambung Tarra yang tidak Tezq duga, karena cowok itu malah mengernyit dan menatapi Tarra dengan horor.



























"Soalnya di setiap kasus yang dia lakuin, selalu ninggalin jejak buat kita pecahin??"

[✔] [1] Press Start || 95LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang