26 (the end of the story)

2.2K 238 26
                                    

Jesselyn menjerit kencang ketika melihat badan Ingga terkatung-katung di udara. Entah mereka berada di lantai berapa yang jelas tidak dekat dengan tanah. Seta terkapar tak jauh dari sana. Dia mendapati luka lebam di sekitar wajahnya dan berakhir tersungkur ketika mencoba menumbangkan Angga dengan pukulan. 


Ari berada tak jauh dari sisi Jesselyn terduduk, memegangi lukanya yang terus mengeluarkan darah. Tidak bisa dipungkiri kalau pertahanan tubuhnya semakin berkurang sepadan dengan semakin banyaknya darah yang keluar.


Pandangannya menangkap sosok berbadan besar yang berjalan terseok-seok ke arah Inggayang masih memegang beton tanpa pagar, mencoba bertahan di posisinya yang amat sangat tidak menguntungkan. 


Mereka semua tumbang melawan satu orang, dan Jesselyn melihat seluruh kejadiannya dari kejauhan.  Dia tidak bisa menghindari kenyataan kalau dia amat sangat ketakutan. Tidak ada yang bisa melindunginya atau teman-temannya lagi.


Ketika suasana semakin mengerikan, tangannya menghangat. Dia melirik ke sisinya, ada Ari yang menggengggam tangan dingin yang bergetar itu. Matanya yang sayu dan setengah mengangguk seolah menunjukkan bahwa apapun yang tegah dilakukan gadis itu tidaklah salah.


"pergi." Ari sempat-sempatnya berbicara di tengah-tengah menahan perut belakangnya yang bocor. Menggumamkan sebuah kata pada ujung tenggorokannya. Bagi Ari, jika mereka tidak selamat, setidaknya ada salah satu yang selamat, dan harapannya adalah Jesselyn.


"lari," katanya lagi.


Pergi? Setega itukah Jesselyn setelah melihat perjuangan teman-temannya? Itulah yang muncul pertama kali di pikirannya ketika mendengar permintaan Ari. Tidak! tidak ada yang bisa memerintahnya, dia kemari karena keputusannya dan dia selamat juga karena dia bersama teman-temannya yang lain. Meskipun tidak satu diantara mereka sungguh tidak mengetahui akar dari permasalahan ini.


Jesselyn mengepalkan tangannya, dia bergerak menuju sisi lain dan menemukan pemukul baseball besi yang tadi digunakan untuk memukuli Seta. Gadis itu berjalan dengan cepat dan mengeratkan genggamannya.


dengan penuh keyakinan dan percaya diri, Jesselyn memejamkan matanya. Menatap satu titik target dengan penuh kebencian, hingga tangganya memutuskan.



Memukul sekencang-kecangnya pelipis Angga  hingga kini giliran laki-laki itu yang tersungkur. Sebilah pisau kecil terlepas dari genggamannya yang langsung di pungut tangan mungil Jesselyn dari lantai.


tak sempat Angga membuka mata dan menstabilkan seluruh indera karena pusat sarafnya di pukul keras, dia merasa tusukan demi tusukan menghujaminya berkali-kali di perut. Beserta suara teriakan gadis yang memenuhi malam sepi nan dingin.


"MATI LO!"


***









[✔] [1] Press Start || 95LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang