23

1K 229 1
                                    

Kelima orang di sana sama-sama memandang tidak percaya pada apa yang mereka lihat. Naya langsung berteriak histeris, mengutarakan ketidak percayaannya pada laki-laki itu. rasanya ingin sekali marah dan mencaci sampai rasa sakit yang tiba-tiba datang dengan anehnya itu hilang.


Naya mengepalkan tangannya erat-erat, dia menghampiri sosok Bobby dan menatapnya tajam.


"lo nggak bisa nyeremin, Nay. lo itu terlalu imut," katanya dengan seringai tipis di bibirnya. "tentu aja gampang di bodohi. HAHAHAH."


laki-laki itu tertawa kencang dan Naya menampar keras pipinya. sayang, tidak menghentikan seringai tipis yang agaknya sering di tunjukkan. bagi Naya dia seperti bukan Bobby yang dikenalnya.


satu bulir air mata menetes di wajah cantik itu, menandakan luka yang teramat dalam. Naya menggeleng, "gue-gue nangisin lo Bob, gue bahkan dateng ke pemakaman lo, gue bisa lihat wajah lo saat itu."






Dita menahan bahu Naya yang terguncang, menatapi dengan amarah yang sama. "KENAPA LO DENGAN TEGANYA BOHONGIN GUE?! APA GUE EMANG UDAH GA PENTING LAGI BUAT LO?!" Naya menjerit sembari menarik kerah jaket Bobby dan mengguncang-guncangkannya histeris.


Yudhis, Dita, Teza dan Tara menyaksikan kejadian itu dalam diam. mereka sama-sama mengalami banyak hal dan selama ini percaya bahwa pemakaman Bobby tidak ada unsur palsu atau semcamnya. tetapi, kenapa orang ini malah mengerjai, bahkan membunuh teman-temannya satu persatu seperti ini.


"iya, emang lo siapa buat gue? gue bukan Bobby lo!"


satu kalimat yang sontak membuat Naya menghentikan perbuatannya. dia melepas cengkeramannya dan mundur ke belakang. membuat para laki-laki siap siaga satu. Bukan hanya Naya tetapi keempat orang itu pun ikut terkejut, menunggu-nunggu kelanjutan dari permainannya.



"si bajingan udah gue singkirin, mangkanya gue bisa mainin kalian sekarang," ucapnya sembari memandang mereka satu persatu dalam kondisi yang masih tersungkur, agak sulit, tetapi cukup memuaskan melihat ekspresi yang ia dapat kali ini.


laki-laki yang ternyata bukan Bobby itu mengedikkan bahunya dengan susah payah, memberikan kesan dramatis yang memuaskan. "gimana? sakit kan? lo pikir dengan gue yang udah kehilangan Hani sejak lama gimana?"


"APA DARI KALIAN ADA YANG INGET GUE? GAADA ANJING!" Dia meludahkan darah yang masuk ke mulutnya dengan asal. urat-urat di kepalanya langsung menegang ketika dia berteriak barusan.





















"Hani? lo kenal Hani?"


Dita maju selangkah. Laki-laki itu tersenyum untuk kesekian kalinya. "kayaknya cuman lo yang kenal ya. Target gue padahal Yudhis sama Ari."

***

soal visualisasi akan di berikan di akhir sahaja hehehe

[✔] [1] Press Start || 95LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang