6

1.5K 279 3
                                    

"Gue nemu ini di loker Bobby."

Tarra melempar kertas binder persegi berwarna putih itu. Ari dan Seta langsung berkerumun ketika Ingga membuka kertasnya. Semenjak Naya mengajak untuk berdiskusi mengenai kematian Soraya, sejak itulah kepalanya dipenuhi teka-teki dan kejadian-kejadian aneh mulai bermunculan. Kematian Bobby bukanlah hal yang bisa masuk di nalar manusia.

Tulisan itu di tulis dengan tinta merah, tapi dengan jelas ada pesan terselubungnya. Karena orang yang menuliskannya hanya menuliskan dua simbol.

Ingga yang dulunya sempat bergabung pramuka langsung tau. "Kode Morse—lagi?"

"Gue nggak tau niatnya apa ini, tapi feeling gue kok sama kayak Naya ya lama-lama." Tarra melipat tangan setelah mengucapkannya. Bersandar pada meja di belakangnya. Mereka sedang di halaman kampus duduk di salah satu tempat belajar. 

"Waah ini sih main detektif kalau gini." Seta geleng-geleng kepala, tawanya kali ini terdengar lebih sumbang.

"Bacaannya apa?" tanya Tarra seolah tak memedulikan ucapan Seta.

Ingga meneguk ludahnya dengan susah payah, kentara sekali dia juga tegang. Tangan yang memegang kertas ikut gemetaran. 

"Closer," ujar Ingga dan Ari hampir bersamaan.










Seta mengangkat telepon yang panggilannya berasal dari Dita. "halo—; APA? iya gue ke sana."

Seta yang mau langsung pergi itu langsung di tahan Tarra. Air muka Seta berubah, rahangnya mengeras dan dahinya berkerut dalam. Tidak seperti Seta yang tadi.

"Naya, Naya mau bunuh diri."

[✔] [1] Press Start || 95LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang