11

1.3K 230 11
                                    

"Jadi lo semua dapet?" Itu pertanyaan ke dua dari orang yang berbeda hari itu. Mereka finally memutuskan buat dateng ke rumah Tarra yang dekat buat kumpul. Alasannya sederhana, Tarra memiliki rumah sendiri dan rumahnya berisi banyak kamar. Nyaman digunakan berkumpul.

Mereka dapet sebuah surat yang ditujukan ke masing-masing untuk datang ke satu tempat di waktu yang sudah di tentukan. Mereka tidak tau si pelaku akan mengincar siapa lagi, tapi yang jelas Jessy, Naya, Dita, Seta, Teza, Ari, Tarra, bahkan Ingga juga dapet surat itu. Mereka tidak berani nanya karena resikonya takut lebih besar, dan kalau lapor polisi, pasti tidak akan ada yang percaya berhubung zaman sekarang marak dengan kasus-kasus gangguan mental.

Takut-takut nanti di kiranya malah surat iseng. Ya, awalnya mereka sangka juga sama. Tapi siapa yang mau kirim ke mereka? Kalau cuman sekedar iseng, paling-paling Seta atau Teza yang di curigai. Tapi mereka ngaku kalau kali ini bukan mereka.

"Emang gedung ITC disitu udah kosong?" Tanya Tarra.

"Kosong dari mana orang gue kemaren baru service laptop di sana." Sergah Seta.

"Udah-udah, sekarang gini aja keputusannya gimana? Mau ikut dateng apa nggak?" Dita menengahi. Kali ini Dita tak lagi menolak fakta yang sebelumnya ditolak. Kepergian temannya sudah bukan main-main lagi, maka dari itu mau tak mau Dita ikut begabung, bagaimanapun nyawa temannya telah melayang tanpa sebab. 

Teza mengeleng kuat. "Nggak, sekarang gini, kalau lo semua mau ke sana, gue nggak ikut. Gila anjing, ni orang pasti tau kita ke sana dan udah siapin perangkap."

"Tapi di tulisannya—"

"Mati? Orang yang nggak kesana mati maksud lo Nay?! Emang dia Tuhan nentuin hidup mati kita? Emang kita salah apa?!"

"Gue setuju sama Teza." Ari mengacungkan tangan kemudian. "Gue khawatir sama yang cewek."

Ari melirik ketiga gadis yang berkumpul dengan mereka. Jessy diapit Tarra dan Ingga sedangkan Naya diapit oleh Teza dan Dita, jelas Dita tengah memeluk gadis yang sedang terguncang itu. Lalu pandangan Ari beralik pada pihak lelaki. "Dan lagi, kalau dia ngincer kita, akan susah lagi kalau kita di keramaian. Inget! nggak ada orang yang melakukan pembunuhan di tempat ramai kecuali teroris," jelas Ari kembali.

Jadi, akhirnya dengan penjelasan seadanya dan harapan untuk tetap hidup seperti itu, mereka akhirnya menyetujui untuk tidak datang ke tempat yang di tunjukkan di surat yang mereka dapat itu.


ITC kebon kalapa
00.00
20 March
Kau tidak datang, mati

[✔] [1] Press Start || 95LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang