15

1.2K 221 2
                                    

Setelah mendengar sebuah penguman singkat dari suara yang entah berasal dari mana itu, Tara, Teza, Naya dan Dita kembali berlari tak tentu arah. Masalahnya tidak satu diantara mereka yang tau tentang orang yang di beritahukan di petunjuk sebelumnya.  Kalau pun tau, lalu, kemana mereka harus mencari orang yang ada di petunjuk itu.

"Heh, ada orang!!" ucap Teza tiba-tiba dan mempercepat larinya.

Tara menjaga agar dia di posisi tengah biar tidak kehilangan jarak dengan Naya dan Dita. "Siapa?!"

"WOI TUNGGU!!" Teza benar-benar mempercepat larinya.

Orang itu mengenakan tudung hitam postur tubuhnya besar dan tinggi, mengingatkan dia akan pak satpam yang jaga depan, di kampusnya. Orang yang diteriaki Teza itu melihat sekilas larlu berlari menjauh dari gerombolan yang mengejarnya.

Larinya cepat sekali seperti seorang atlet yang menjaga kesehatan dan stabilitas badannya. Di tikungan dekat toilet umum, laki-laki bertubuh besar itu menghilang.

Teza tidak melihat apa-apa selain ruang gelap yang kosong. Sekali lagi dia menyusuri lorong itu, membolak-balikkan badannya, siapa tau dia masih bisa di kejar. Namun hasilnya nihil, akhirnya memutuskan untuk menyusul temannya di belakang.

Terlalu mencurigakan buatnya, apalagi suasana lagi mencekam seperti ini.

"Hhhsiapahhh??" Dita bertanya dengan napas masih satu-satu. Dia memang cukup rajin yoga, tapi memacu tenaga seperti tadi membuat kakinya langsung pegal-pegal.

"Lo beneran liat orang?" Sambung Naya sama lelahnya.

"Gue nggak tau. Dia nggak keliatan lagi," jawab Teza.

"Mungkin dia ngira kita lagi ngejar dia," ujar Naya.

Dita pikir tidak begitu. "Nggak, dia jelas lihat kita, bisa jadi dia pelaku yang kita cari," sergah Teza kemudian, pasalnya cuman dia yang melihat jelas bagaimana orang itu mati-matian menghindarinya.

Dita mengangguk menyetujui perkataan Teza. Selagi mereka berdebat, diam-diam Tara berpikir keras, laki-laki itu melihat ke arah langit-langit yang gelap.
















Benar juga, kenapa dia baru kepikiran ya.










"Gue rasa gue tau dimana orang itu sembunyi."
























"Heh, belum tentu kan dia pelakunya? Kalau dia suruhannya?" tanya Naya.

"Ini baru dugaan gue, kalau di belokan sana ada kontrol berarti dia bermarkas disitu, dia yang ngendaliin suara lewat mikrofon diatas." Tara menunjuk sebuah mikrofon di atas atap yang jumlahnya ada beberapa. Dia nggak habis pikir saja kala mikrofon-mikrofon tua itu masih berfungsi dengan baik.

"Nah cerdas lo, ayo cari."

Dita menarik lengan jaket Teza agak kuat sampai cowok itu berhenti dan memandang dia. "Gue nggak setuju kalau tangan kosong gini."



























"Pinter lo jadi cewek."

[✔] [1] Press Start || 95LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang