22

1.1K 244 24
                                    

Ingga berlari menyambut Jesselyn yang ketakutan, tetapi Ari lebih paham sehingga dia melepaskan jaketnya dan segera mengenakan jaketnya pada tubuh ringkih Jesselyn. dia memapah Jesselyn menuju tengah ruangan, diapit oleh ketiga laki-laki di sana.


"jangan nangis, kita di sini buat lo."






"Jes, maafin gue."



Jesselyn mengeratkan jaket yang di berikan oleh Ari padanya. tangannya masih di genggam oleh Ingga dan Seta masih memeluknya sembari meminta maaf. perasaan takut dan kalutnya sudah semakin berkurang, hingga batinnya kini sedikit lebih tenang.


"gue udah keliling dan janjian sama yang lain katanya udah nemu pelakunya," kata Ari setelah dia kembali entah dari mana.


"siapa? pelakunya siapa?" tanya Jesselyn langsung bangun begitu mendengar berita soal pelaku dari Ari. Tidak menutup kemungkinan jika dia sangat penasaran.


Ari menyerahkan ponselnya kepada yang lain hingga dapat melihat fotonya secara langsung. Ari mengusap wajahnya dengan kasar, sedangkan Jesselyn memundurkan badannya, lagi-lagi dia bergetar ketakukan. Jesselyn menggeleng keras.


"ngakk! bukan dia! bukan! masih ada! masih ada!"


"Jess tenang, tenang." Ingga meraih tangan Jesselyn agar tenang.


Seta yang tak jauh juga ikut menahan badan kecil Jesselyn. "tenang okey, kita di sini, lo nggak usah takut."


"bukan dia yang hampir merkosa gue ... " Jesselyn menahan tangisnya lantas melanjutkan, "masih ada orang lain lagi, dia-dia lebih bahaya, Ri."


Menyakitkan melihat jeritan seorang gadis yang hampir kehilangan permatanya dalam situasi yang mencekam seperti ini. beruntungnya Tuhan bersama Jesselyn, dia berhasil kabur meskipun dengan keadaan yang tidak baik-baik saja. Mereka bertiga akan dirundung rasa bersalah jika saja Jesselyn tidak bisa menjaga dirinya sendiri ketika tidak ada yang bisa menjaganya.

















"Angga lebih bahaya daripada kembarannya Bobby, Ngga."

[✔] [1] Press Start || 95LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang