Chp 4: Prolog (2)

11.6K 898 16
                                    


Angin laut berhembus kencang membius nya dalam keheningan malam, hanya ada air seluas mata memandang, deburan ombak menghantam tebing karang curam menghempaskan percikan air yang menghantarkan aroma yang khas. Membuat rambut pirang sebahu nya bergerak halus mengikuti irama angin, Naruto berdiri di atas tebing karang menghadap langsung ke samudra luas pantulan sinar rembulan menambah nilai estetika karya Sang Pencipta. Sapphire nya bersinar redup memancarkan kerinduan yang amat dalam, hari ini harus nya menjadi hari yang bahagia.

Sepuluh Oktober menjadi tanggal paling bersejarah bagi Namikaze Naruto. Genap lima tahun waktu berlalu, Naruto meremat kencang setangkai bunga dandelion kecil, bunga itu terguncang tertiup angin kencang, menerbangkan pappus kecil yang mengikat benih, begitu rapuh, sangat rapuh seperti diri nya. Sudah cukup lama waktu ia lalui. Naruto adalah perempuan yang berdikari, didikan ayah nya begitu melekat dalam diri nya. Selama dua puluh delapan tahun ia menjalani hidup membuat Naruto cukup banyak mengecap pahit manis nya kehidupan, cardigan yang ia kenakan berkibar ganas, mata nya memandang lurus ribuan bintang di langit, berharap kenangan pahit dalam hidup nya hanyalah mimpi.

wanita itu mengulas sebuah senyuman pedih"Nii-san kau ingat ini hari apa," dengan suara tercekat Naruto melanjutkan "kau pasti tertawa bahagia di sana," perasaan sesak di dada nya semakin menggila, ia melanjutkan dengan parau "sampaikan salamku pada Kaa-san dan Tou-san, mereka pasti marah karena tidak mengunjungi rumah mereka sangat lama." Naruto meneguk saliva dengan susah payah, dadanya seperti diperas menyesakkan "mereka pasti marah padaku, hingga satu detik pun tidak pernah mengunjungiku dalam mimpi," bisik Naruto parau, air mata menggenang di pelupuk mata nya "takdir apa yang aku jalani ini Nii-san, kenapa Tuhan juga mengambil mu dari ku," pertahanannya akhirnya runtuh, air matanya mengucur deras menuruni pipi "pantaskah aku menyebut ini adil, Tuhan telah mengambil semua nya dari ku, hiks T-Tou-san, Kaa-san hiks, Nee-chan, dan kau! bahkan dia juga mengambil calon keponakanku hiks," Naruto meraung memaki Sang pencipta yang mengukir takdir begitu keras pada nya, ia menangis pilu tangannya meremas kencang pagar pembatas "aku hiks bahkan menjalani hidup seperti orang mati selama ini hiks." ucap Naruto putus asa,

menghembuskan napasnya kasar Naruto mencoba menenangkan hatinya yang terus bergejolak "aku bertahan sekarang itu juga karena kau, aku tidak bisa mengingkari pesan terakhirmu....Nii-san." lirih Naruto dengan suara sengau, mata nya memandang laut yang pekat karena bulan yang tertutup awan ia memandang kedepan menerawang.

Hening merajai nya Naruto meneguk ludah tenggorokan nya tiba tiba terasa kering. kelopak matanya turun turut menyembunyikan iris sapphire yang berbinar redup, menarik napas dengan teratur Naruto mencoba menstabilkan emosi nya yang tidak stabil.

Waktu menunjukan pukul sepuluh malam Naruto masih tetap setia berdiri memandang samudera lepas, tangan nya terkulai lemas di sisi tubuh nya sudah dua jam waktu berlalu semenjak ia memarkirkan mobil nya di tepi jalan untuk memandang samudera luas dari sisi timur Kiri. Naruto berada jauh dari tempat lahirnya, hampir lima tahun ia membuka kehidupan baru, bermodalkan ilmu yang ia dapat, Naruto sekarang akhirnya bisa menjadi seorang designer cukup terkenal ia juga mempunyai butik yang telah tersebar luas di tiga kota besar dan beberapa kota kecil seperti Kusa, Oto, dan sebagainya.

Suhu udara yang semakin turun sedikitnya membuat tubuhnya menggigil kedinginan, cardigan putih yang ia kenakan terasa belum cukup untuk menghalau hawa dingin yang menyerang, tanpa pikir panjang Naruto berbalik untuk kembali, menghampiri mobil yang terparkir sembarang di pinggir jalan, ia tak khawatir karena memang jalan ini cukup sunyi karena mengarah ke perbukitan. Segera memasang seat belt dengan benar Naruto dengan segera melajukan mobilnya dengan kecepatan konstan.

Jalanan yang sedikit menanjak menandakan ia semakin dekat dengan rumah, benar saja setelah belokan terlihat gerbang hitam besar yang tertutup rapat, saat mobilnya berjarak sepuluh meter secara otomatis gerbang tersebut terbuka perlahan dan menampakkan kediaman nya yang di dominasi warna putih, rumah atau lebih tepatnya mansion Naruto tampak asri dengan luasnya halaman dan berdiri kokoh pohon palem di beberapa bagian, diri nya sendiri yang mendesain semua ini, ia ingin membuat rumahnya senyaman mungkin untuk melepas penat sehabis berkerja walau ia kadang jarang pulang ke rumah.

The Lost Love | SfN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang