Chp 9: Kesialan/Keberuntungan

7.6K 704 45
                                    

"Tou-san!" seru suara cempreng khas anak kecil.

Raut wajah Sasuke pun seketika melunak melihat anak kecil yang berlari kearahnya dengan antusias.

----

"Dai-chan hati-hati, ahh Sasuke-kun maafkan Dai-chan." suara lembut lain dari seorang wanita cantik dari ambang pintu, rambut hitam panjang nya bergoyang, saat wanita itu berlari kecil mengikuti langkah cepat anak nya.

Sasuke meraup,mengangkat tubuh mungil anak laki-laki yang menghampiri nya, membuat anak itu tertawa lucu.

"Dai-chan ayo makan sayang kasian Oji-san," anak itu merengut setelah itu menggelang, lengan gemuknya memeluk erat leher Sasuke.

"Mau bersama Tou-san." ucap anak itu polos, tidak tau seandainya ucapannya mampu membuat orang lain salah paham.

"Sasuke lihat, akibat perbuatan mu yang terus memanjakannya, ayolah sayang lihat Oji-san sedang sibuk." ujar wanita itu lagi berusaha membujuk.

Sasuke yang sedari tadi diam mulai melonggarkan lengan kecil yang melingkar di lehernya.

"Dai dengar apa kata Kaa-san, Oji-san masih ada perkerjaan nanti saja kita main nya." kata Sasuke memberi pengertian, anak itu akhirnya mengangguku meski dengan wajah ditekuk "anak pintar." puji nya sembari mengacak surai hitam keponakannya.

Senyum Izumi merekah melihat anaknya mendekat "kadang aku bingung kenapa Dai-chan lebih menurutmu dari pada aku dan Itachi yang notabene orang tua nya sendiri." terang Izumi setengah mengeluh.

Wanita cantik itu menuntun Daisuke ke sofa atas yang tersedia, pipi cubby bocah empat tahun itu menggembung lucu, melihat Izumi yang memperlihatkan banyaknya sayur, yang harus mulut kecilnya santap.

"Mou, Tou-san." rengek bocah kecil itu dengan mata berkaca-kaca, membuat Izumi gemas.

"Oji-san sayang, O-ji-san." klarifikasi Izumi menekankan setiap suku katanya. Wanita itu gemas melihat anaknya yang nampak kebingungan.

"Oji-san,....nani." ulang Daisuke layaknya orang takjub, kedua alis tebal anak itu terangkat dengan mata bulatnya melebar.

Sering kali, Izumi hanya bisa pasrah mendengar Daisuke dengan polosnya memanggil pamannya sendiri dengan sebutan"Tou-san", salahkan Itachi yang wokaholic, membuat pria itu jarang menghabiskan waktu bersama anak sendiri. Postur dan wajah Uchiha bersaudara yang hampir sama kadang kala membuat anaknya yang polos menjadi bingung.

Istri Uchiha sulung itu mengangguk, membenarkan ucapan anaknya, sembari tangannya menyodorkan sendok kecil berisi sayur. Yang di sambut setengah hati oleh Daisuke, sementara mata onyx anak itu masih terpaku menatap Sasuke dengan bingung.

'Tou-san ku lebih tampan.'

•••¶Π¶•••

Jejeran gedung tinggi menjadi pemandangan biasa bagi Naruto,  ia memandang bosan benda besi yang hilir mudik di jalan raya . Semuanya masih sama, seperti lima tahun yang lalu saat ia terakhir kali menginjakkan kaki di kota ini. Konoha, akhirnya Naruto kembali menginjakkan kaki lagi di kota yang memberinya luka dan pengalaman pahit.

Hembusan nafas perlahan keluar dari mulut nya.

Pemikiran tentang nasib yang seakan mengerucut,menuntunnya untuk kembali mengingat kembali masa kelam hidupnya mulai bermunculan akhir-akhir ini dalam benaknya.

Waktu mungkin telah cukup lama berlalu, namun hati nya masih ragu, Namikaze Naruto mungkin dikenal sebagai wanita keras dan mungkin sedikit angkuh, tapi hanya dia yang tahu bagaiman hatinya sebenarnya.

Namikaze Naruto memang selalu menarik perhatian. Naruto berjalan memasuki lobby hotel tanpa menghiraukan lirikan kaum adam, dan bisikan para perempuan yang memandang kagum padanya.

.

.

Menyeret koper berukuran sedang, Naruto memasuki kamar yang telah Shizuka pesan sebelumnya. Ia menghembuskan nafas kasar, jam telah menunjukan pukul tiga sore, terpaksa membuat Naruto harus menunda pekerjaannya esok hari.

Naruto melakukan peregangan ringan menimbulkan bunyi mengerikan dibeberapa bagian tulang nya. Penerbangan dari Kiri menuju Konoha memanglah jauh hingga membuatnya merasa letih, selesai. Naruto mengambil handuk kemudian melangkah memasuki kamar mandi, tubuhnya terasa letih, dan seperti biasa ia akan memanjakan tubuhnya dengan air hangat guna melemaskan otot-ototnya yang kaku.

Naruto menanggalkan satu persatu, pakaian yang menempel ditubuhnya, di depannya terpasang cermin besar membuat wanita itu dapat melihat dengan jelas bekas luka melintang di sisi kiri perut nya.

Wanita itu mendesah pasrah, melihat perut ratanya yang tidak cantik lagi.

'Tidak mungkin ada pria mau pada wanita yang mempunyai bekas luka mengerikan sepertiku.' Monolog Naruto dalam hati, merendah.

'Aku harap tidak ada yang melihatnya.'

Sebenarnya ia tidak yakin, teringat kecerobohannya tempo hari.

•••TBC•••


Pendek

The Lost Love | SfN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang