Suasana hening menyelimuti keadaan kamar sederhana, ditengah ruangan terbaring Naruto yang masih enggan membuka matanya, sudah lebih dari dua jam wanita itu pingsan membuat beberapa orang yang menunggunya masih dibayangi oleh perasaan gelisah, mereka Mei, Haku, dan Sasuke yang sejak awal setia menunggu bungsu Namikaze itu sama sama termangu, menatap tubuh Naruto yang terbaring telungkup karena punggung nya yang memar."Ini sudah lebih dari dua jam Naruto belum juga sadar." keluh Mei menatap tubuh kohai nya. wanita itu yang paling heboh saat melihat Naruto didendong Haku dengan kondisi setengah kepala penuh darah.
"Entahlah Mei, kita hanya bisa menunggu setidaknya kata Dokter dia tidak mengalami luka serius," ucap Haku menyanggah dengan lancar matanya tertuju pada lilitan perban yang terpasang melingkar di pinggang dan perut teman nya "Mei apa kau tau kenapa tubuh Naru penuh dengan luka?" tanya pemuda itu kemudian, Mei bergeming mendengar nya "aku pun tidak tau, tapi aku yakin itu adalah alasan kenapa dia menolak untuk kau jadikan model." tebak Mei, Haku mengangguku sebagai balasan. "Aku yakin Naruto telah melewati masa masa yang sulit, kau ingat saat dia pertama berkerja untuk ku, saat itu dia seperti gadis yang kehilangan arah," terang Mei irisnya menatap iba Naruto "Naruto bahkan selalu menangis di tengah malam selama berminggu minggu. namun dia tidak pernah berbagi cerita hingga aku beberapa kali membawanya ke seorang psikolog, anak itu sangat tertutup sampai sekarang, yang aku tau Naruto kurang suka dengan laki laki sampai sampai aku mengira dia menyukai wanita." jelas Mei dengan sedikit tersenyum getir.
"Aku akan mengutuk siapapun yang telah merusak gadis lugu seperti Naruto." ujar Mei setelah jeda berbeda detik. Membuat Haku terkejut.
Sasuke yang berada tak jauh dari Mei dan Haku, hatinya terenyuh mendengar secuil masa lalu Naruto, dia merasa dosa yang ia tanggung semakin besar, dan wanita itu semakin sulit ia gapai Naruto telah membuat tembok kokoh diantara mereka. Pria itu benar benar menyesal kesalahan nya di masa lalu berubah bencana di masa depan. Namun dia tidak boleh goyah walau dia tau kedepannya semua ini akan semakin berat atau pencarian nya selama ini akan sia sia.
Udara semakin tidak bersahabat, Sasuke duduk sendirian di teras depan kamar nya dengan ditemani segelas ocha yang masih mengepul pria itu tampak kelelahan beruntung semua pemotretan nya telah selesai hari ini.
•••Π•••
Hari telah berganti semua orang telah kembali ke aktifitasnya, di dalam kamar Naruto wanita itu telah duduk tegap, di depan nya juga terdapat Mei yang sedang berusaha membujuknya untuk pulang. Sebenarnya Naruto ingin meng iya kan apa lagi melihat kondisi dirinya yang mengenaskan tapi dia jadi berpikir ulang karena ia harus di dampingi oleh Sasuke, karena kebetulan Mei dan Haku masih ada pekerjaan. Ingin dia mengatakan semuanya tapi nyali nya sedikit menciut melihat delikan Mei."Ayolah Naruto, astaga ini demi kebaikanmu." pinta Mei pusing membujuk Naruto sama susah nya dengan membujuk balita meminum obat. "Lagi pula apa susahnya pulang bersama Sasuke bukankah kalian teman satu kampus dulu." bujuk wanita itu lagi, tidak tau kalau batin Naruto menjerit siapa yang mengatakan mereka berteman, 'ini pasti rencana Sasuke.' tukasnya dalam hati.
Dengan terpaksa wanita Namikaze itu mengangguk membuat senyum cerah Mei merekah, "baiklah sekarang kita bersiap siap Sasuke telah menunggu, sebelum berangkat kalian harus ke rumah sakit kota terlebih dahulu." terang Mei dengan semangat, dengan hati hati dia membantu Naruto yang hendak berdiri.
Hening menyelimuti perjalanan mereka, mobil yang dibawa Chojuro melaju perlahan menuruni bukit Naruto duduk dengan tenang di kursi penumpang kakinya ia selonjor kan tiba tiba badan nya sedikit terhuyung karena mobil melewati tikungan membuat punggungnya terantuk pada pintu mobil, Naruto meringis merasakan sakit yang menjalar."Ughh..." rintih Naruto reflek.
Tidak lama ia merasakan mobil yang mereka tumpangi berhenti
"Dobe kau tidak apa, mana yang sakit?" tanya Sasuke dari kursi depan dengan raut khawatir, Naruto menggeleng punggungnya sudah mulai reda "tidak, hanya sedikit terbentur kita lanjutkan saja perjalanan nya." usul nya membuat Chojuro melajukan mobilnya kembali.Skip at Bandara Kiri
Jam satu siang Naruto dan Sasuke akhirnya sampai di bandar Kiri, Naruto bernapas lega akhirnya ia akan lepas dari bayang bayang Sasuke bukankah pria itu harus naik pesawat lagi untuk ke Konoha pikirnya.
"Sampai di sini saja Sasuke aku bisa sendiri." ujar nya tersenyum dalam hati. Tangannya hendak memutar arah kursi roda nya terhenti ketika sebuah tangan lebar menahannya "tidak Naru, aku akan mengantarmu sampai rumah." dengna mata membulat Naruto menepis tangan Sasuke dia tidak mau disentuh "tidak, kau urus saja urusanmu sendiri aku tidak perlu bantuan orang lain." tolak wanita itu bersikeras.
"Jangan keras kepala Dobe. Kau hanya akan menyakiti dirimu sendiri!" bentak Sasuke cukup keras pria itu mulai kesal dengan sifat kepala batu wanita di depannya, apa salahnya menuruti kemauan nya untuk sekali saja. Naruto terlonjak mendengar nada keras yang Sasuke keluarkan beberpa pejalan kaki bahkan sempat melihat kearah mereka matanya sedikit bergetar karenanya "lepas," ucap Naruto rendah dengan gigi mengerutuk "kau pikir ulah siapa aku jadi seperti ini." lirih Naruto napasnya memburu meredam emosi, ia menepis kedua tangan Sasuke yang menahan kursi roda nya kemudian Naruto menjauh dengan air mata menggenangi pelupuk matanya. Dia benci terlihat lemah apa lagi di depan Sasuke.
"Kau memang luar biasa Uchiha Sasuke." monolog pria itu menyesal. Kakinya melangkah mengikuti Naruto.
•••TBC•••
A/n: author mau hiatus dulu liburan, jadi mungkin agak lama up. Oke see you later thanks for reading.
![](https://img.wattpad.com/cover/114741341-288-k634503.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Love | SfN [END]
Fanfic(Selesai) 18+ Penghianat, Penyesalan, Marah, dan Benci. Menjadi bumbu dalam kisah cinta mereka. Disclaimer: M.K-Sensei Warn!: SasufemNaru Genre: Angst, Romance, etc.