Rangkaian bunga terjalin sempurna, kelopak putih bunga lily berpendar terkena cahaya pagi, Naruto memasukkan tangkai bunga ke dalam pot kaca, wajahnya tanpa ekspresi seperti biasa. Ia memasukkan tangkai terakhir dengan peluh mengembun di dahi, tangannya gemetar wanita itu menggigit bibir bawah mencoba meredam emosinya tak stabil, tremor efek yang harus ia alami saat mengkonsumsi obat yang diberikan Hagane, menyedihkan, ia malu pada diri sendiri.
Tap..
Tangan putih lain menangkup tangannya dan membantu memasukkan tangkai bunga kedalam vas kaca. Mata Naruto terbelalak jantungnya bagai dipompa puluhan kali lipat.
Prang...
Vas itu pecah hampir mengenai kakinya, terhambur menjadi serpihan kecil, air menggenang mengenai kaki telanjang Naruto. Wanita itu menyingkirkan cepat tangan Sasuke yang masih memegang jarinya, wanita itu melihat tangan dengan napas memburu. Ia masih belum terbiasa, bahkan untuk disentuh pun rasa takut itu akan menghantui dengan begitu hebatnya.
"Kau belum meminum obat pagi ini, Naru." Suara Sasuke terdengar menenangkannya sekaligus mendebarkan, pria itu tanpa sepengetahuannya telah berada dibalik sofa tempat ia duduk.
"Bisakah jangan kau menjaga jarak... Denganku," ujarnya berusaha senormal mungkin, matanya bergulir berharap Sasuke paham keadaannya.
"Hm."
Naruto terkesiap Sasuke memutari dan berjongkok di dekat kakinya, wanita itu spontan berucap, "Teme...menjauh dariku!" ujarnya dengan nada ditinggikan.
"Lama tidak bertemu kau semakin Dobe," ucapnya terdengar mengejek, "jangan gerakkan kaki mu, nanti pecahan kaca itu membuatmu terluka." Sasuke menggenggamkan erat kaki Naruto agar tidak menginjak pecahan vas yang berhamburan.
"Aku bisa memanggil pelayan untuk membersihkannya."
Naruto menahan ketakutannya setengah mati, ia bisa saja menendang Sasuke tapi ia tak sampai hati melakukan itu.Sasuke hampir menyelesaikan tugas, tangannya terhenti ketika ingin mengambil pecahan kaca terakhir, detik berikutnya Sasuke amat menyesali perbuatan keras kepala yang ia lakukan.
"Hiks... "
Keping biru itu menatapnya dengan pandangan penuh ketakutan, Sasuke memejamkan mata erat, lagi, dirinya bertindak ceroboh ia melepas kaki Naruto dengan perlahan.
"Naru... Aku tidak bermaksud m-"
Naruto berujar memotong ucapan Sasuke. "Tak apa," ucapnya dengan nada sumbang. "Aku tahu kau tidak bermaksud apapun."
Naruto menatap Sasuke yang berdiri dengan kaki ditekuk, pria itu tak menampilkan ekspresi berarti selain kesedihan dibalik onyx yang sering ia tatap dahulu, Naruto tertawa dalam hati, menertawakan nasib mereka yang berakhir seperti ini, begitu dekat namun hasil perbuatan masa lalu menjadi pembatas tak kasat mata diantara mereka.
"Em...kau ingin sesuatu?"
"Tidak."
Canggung, baik Sasuke maupun Naruto sama-sama bingung tuk memulai pembicaraan, lidah keduanya sama-sama kelu setelah kejadian yang baru saja terjadi. Sasuke mengambil tempat di seberang Naruto, pria itu mengusap wajah bingung atas semua yang terjadi.
•••Π•••
"Kau yang terbutuk Naruto."
"Kau tidak pantas untuk Sasuke."
"Dia hanya kasihan padamu."
"Sasuke tidak akan mendapatkan apapun dirimu, kau hanya akan menjadi aib di sepanjang hidupnya. Berhentilah Naruto, kalian tidak akan pernah bersama."
"Tidak." Suara lirih tersamar air di kamar mandi, Naruto menjambak rambutnya dengan suara tertahan. Suara-suara itu datang lagi menghantuinya.
"Itu tidak benar."
"Tidak benar." Naruto mengigit ujung kuku wajahnya menampilkan ekspresi ketakutan yang kentara.
"Dia hanya kasihan."
"Tidak."
"Bagaimana jika Sasuke tahu kau tidak bisa mengandung. Dia akan kecewa Naruto."
Prank...
Botol shampo melayang menghantam cermin kamar mandi membuat benda itu retak di sana sini, Naruto menampar kedua kupingnya ia benci, membenci nasib dan dirinya yang menyediakan.
Clang..
Serpihan cermin terpelanting ke depan Naruto. Wanita itu melihat pergelangan tangan yang memiliki bekas luka cukup banyak.
Cras...
Cairan kental mengalir di kulit putih Naruto, sapphire itu menatap datar luka cukup parah di pergelangan tangannya. Warna lantai kamar mandi mulai berubah, air perlahan berubah kemerahan terkena darah. Wanita itu merapatkan tubuh ke pojok kamar mandi tak menghiraukan lengan yang mulai berdenyut, bibir mulai memucat perlahan kesadaran Naruto ditarik, gelap, kelopak wanita itu tertutup sempurna diiringi perasaan puas.
•••TBC•••
Satu-satunya alasan aku jarang up TLL karena isinya yang memaksa ku mengeluarkan emosi berlebih.
-Unknown-

KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Love | SfN [END]
Fanfiction(Selesai) 18+ Penghianat, Penyesalan, Marah, dan Benci. Menjadi bumbu dalam kisah cinta mereka. Disclaimer: M.K-Sensei Warn!: SasufemNaru Genre: Angst, Romance, etc.