Chp 16: Garam

6.2K 614 62
                                    

Vote yes...

____________________________

.

.

Salju pertama turun dimusim dingin pagi ini. Dahulu mereka akan saling berbagi kehangatan dibawah selembar selimut, bertukar cerita tentang hal lucu, dan merencanakan kehidupan mereka di masa depan.

Rencana yang indah namun Tuhan tidak merestui, adalah kenyataan pahit yang harus mereka dapat, dan sekarang sebuah kenyataan terungkap menohok hati Sasuke.

Pria itu menghela napas, bukan saatnya untuk berkeluh kesah mengingat masa lalu, ada hal yang lebih penting yang harus ia urus sekarang.

Suasana sunyi menyelimuti keduanya, Sasuke berdiri dengan pandangan khasnya, onyx nya tak pernah lepas dari gerak gerik Naruto. Wanita itu bergeming dari tempat tidur, hingga saat ini Sasuke belum mendengar sepatah kata pun yang keluar dari mulut Naruto. Wanita itu meringkuk dalam balutan selimut, pria itu menjadi semakin khawatir dengan Naruto yang kadang menangis dalam diam.

"Hahh...aku harus bagaiman." bisik pria itu kebingungan, yang bisa ia lakukan sekarang hanya menemani wanita itu sejak kemarin.

Ia telah menghubungi psikiater sesuai yang Tsunade sarankan, dan Sasuke juga sudah mengosongkan jadwal untuk seminggu kedepan. Untuk kali ini ia tidak ingin lengah, Naruto bisa saja melakukan hal gila dalam kondisinya sekarang.

Ponselnya berdering, Sasuke segera menjawab panggilan ketika melihat nama Kakashi.

"Bagaimana?"

"..."

"Bagus, bawa dia ke basement, aku segera kesana."

"..."

Tut..

Rahang Sasuke mengeras, amarahnya yang dia tahan kembali meletup, pria itu membuang napas kasar, belum saatnya, peringatnya dalam hati

sorot matanya melembut menatap Naruto.

"Dobe aku harus pergi, aku akan memanggilkan pelayang untuk menemanimu."

Tap.

"Jangan," wanita itu menggeleng
"Aku takut."

"Tidak ada orang jahat disini, kau tenang Naru."

Sasuke ingin sekali menenangkan wanita itu dengan memeluknya, tapi wanita itu terus menolak. Pria itu pun memutar otak, hal ini tak akan selesai cepat kalau dia tidak mendapat ide.

•••Π•••


Derap langkah terdengar ringan menggema, ruangan besar tertutup penuh akan pilar pilar tua tak mengubah bentuk asalnya, lampu temaram menjadi penerangan utama. Sasuke berjalan dengan raut datar, matanya menyorot tajam pada objek di depannya.

Dengan dua tangan terkepal erat, dengan sebelah tangannya memegang pistol, ia memandang bengis pria yang tampak lemah, dengan seluruh badannya terlilit pada tiang kayu. Tinggal satu langkah, Sasuke berdiri tegak, tangannya menapuk pipi pria itu.

"Masih sadar rupanya, heh."

Sasuke memberi sedikit penghargaan dalam hati, biasanya setiap orang yang melewati penyiksaan dari Kakashi tidak akan bertahan minimal tak sadarkan diri. Atau Kakashi terlalu lembut kali ini, ralatnya lagi.

The Lost Love | SfN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang