Saran: sebelum membaca part ini alangkah baiknya kalian baca ulang part sebelumnya siapa tau lupa XD karena hal itu sangat penting untuk dilakukan.
Penting untuk diingat bahwa cerita ini untuk 18+ bukan karena ada adegan yang menjurus ke arah seks, tapi karena konflik dan alurnya yang memang berat, ini juga berlaku untuk sebagian cerita aku yang lain.
The lost love
Hahhh...
Uap tipis keluar saat Naruto membuang napas perlahan untuk kesekian kalinya, udara terasa dingin wanita itu merapatkan jaket. Sapphire-nya bergulir menatap permukaan kolam yang tenang, pantulan lampu membuat permukaan air tampak berkilau. Bangku besi terasa hangat entah seberapa lama ia telah duduk ditempat itu.
Diam, mungkin itu yang ia lakukan sejak tadi, Sasuke yang menatap lurus padanya tak mampu membuat perubahan berarti."Kau tak perlu melakukannya." Kepala Naruto terangkat dengan ekspresi gamang mendengar ucapan Sasuke. "Masih ada banyak waktu Naru, aku siap menunggu jika kau belum siap," tawarnya.
"Dan waktu itu tidak akan pernah ada jika aku tidak melakukannya sekarang." Naruto tau ia tak akan pernah siap ada bongkahan ketakutan besar yang selalu menghantuinya.
Satu tarikan napas panjang sebelum wanita itu kembali membuka suara. "Asal kau tau dua hal yang aku sesali Sasuke, yang pertama keluargaku pergi begitu cepat, dan kedua adalah bertemu kembali denganmu," Sasuke tak menunjukan ekspresi berarti, tapi Naruto hapal tatapan pria itu.
Ia kembali bersuara, "Tiga bulan setelah hari itu, aku pergi ke Ame bersama Sasori-senpai atas saran kak Kyu. Aku tahu dia hanya ingin menjauhkanku darimu yang sedang mencariku saat itu, ya aku tahu kau beberapa kali datang menemui Kakakku, "ujar wanita itu dengan mata menerawang. "Berita tentangmu seakan lenyap saat aku tinggal di Ame, hari-hariku penuh dengan Sasori-senpai dia bersikap selayaknya kakak yang baik, perlahan aku mulai bisa menghilangkan bayanganmu saat itu."
Perasaan Naruto berdenyut mengingatnya, "kau yakin mau tau kelanjutannya?" tanyannya memastikan dengan nada terdengar hampa.
"Aku mendengarkan." Pria itu menjawab cepat.
Naruto tersenyum, senyum palsu yang biasa Sasuke lihat. "Aku terlalu naif, Sasori-senpai menyalah arti sikapku padanya. Pria itu menjadi terobsesi, dia semakin mengekangku setiap hari ketakutanku bertambah pria semakin menakutkan dimataku. Suatu malam, aku memberanikan diri menemui Kak Kyu untuk menceritakan semuanya aku pikir rencanaku akan berhasil, nyatanya pria itu tahu dan membawaku kembali ke rumah. "Napas Naruto tercekat jari-jarinya meremas jaket erat, ketakutan itu perlahan kembali mengganggu pikirannya.
"Keesokan harinya aku terbangun dengan keadaan menyedihkan." Buku-buku jari Sasuke memutih karena amarah mendengarnya. "Sasori-senpai menjadikanku sebagai budak nafsu sejak saat itu, aku hidup dilingkupi rasa takut pria itu seolah menjadi orang asing. Harga diriku seolah lenyap jiwaku seolah kosong aku tidak tahu berapa lama dan pada akhirnya Kak Kyu menyelamatkanku. Kejiwaan ku terguncang, setiap detik hanya ketakutan yang aku rasakan, Kak Kyu beserta istrinya merawatku dengan baik, namun dia hampir frustasi karena aku sering menolak kehadiran setiap orang, dia menampik pernyataan istrinya dan mengangap aku baik-baik saja, keadaan diperparah saat aku mengandung," wanita itu berujar tanpa ekspresi seolah apa yang diucapkannya adalah hal biasa.
Sasuke ingin berteriak untuk berhenti, ini terlalu menyakitkan untuk Naruto dan bahkan dirinya, Naruto-nya terluka begitu dalam sedangkan dirinya waktu itu bisa menghirup udara dengan bebasnya. Ia ingin merengkuh wanita itu namun seakan ada seban besar yang menahan tubuhnya, andai Sasuke bisa memutar waktu ia ingin menghapus kenangan pahit Naruto dan menggantinya dengan angan manis yang selama ini ia rangkai.
"Dua bulan, ada kehidupan lain dalam tubuhku tanpa siapapun yang tahu. Kak Kyu bersikeras membujuk ku dia yang awalnya membantah ucapan Kak Shion akhirnya mengalah dan memanggil psikiater." Cerita Naruto bagai dongeng mimpi buruk, Sasuke diam dengan amarah meletup dia ingin membungkam cerita itu tapi ia ingin tahu akhirnya.
Angin berdesing, rintik hujan mulai turun di tengah suasana suram itu, si wanita menatap datar ekspresi muram yang terpancar jelas di wajah rupawan sang pria.
Bibirnya kembali terbuka melanjutkan, "usaha Kak Kyu perlahan berhasil, aku sedikit demi sedikit mulai bisa berinteraksi dengan orang lain meski hanya sepatah kata yang terucap, aku juga mulai menata hidup dengan baik, ada dorongan muncul seiring berutku yang membesar Kak Shion mengajarkan bagai mana menjadi ibu hamil yang baik, kami sering bersama karena dia juga tengah mengandung tiga bulan lebih muda dariku. Aku tidak ingat begitu jelas, tapi enam bulan berlalu setelahnya waktu itu bulan Oktober, usia kandungan ku berusia delapan bulan." Wanita itu menjeda, wajahnya mulai keruh.
Hati Sasuke mencelos mendengar nada sumbang Naruto. "Sepuluh Oktober, kau ingat bukan tanggal itu?"
"Hari ulang tahun mu." Kalimat itu meluncur tanpa perintah dari Sasuke, otaknya memutar cepat tanggal bersejarah wanita itu.
"Kau masih mengingatnya dengan baik begitupun denganku Sasuke, tapi kini dengan rasa berbeda bukan perasaan senang peserta dulu, " ucapnya "kami pergi menuju pantai untuk berlibur, Kakak membatalkan semua urusannya hari itu, semuanya berjalan seperti apa yang diharapkan kami bersenang-senang dengan cara masing-masing. Sore hari saat menuju rumah semuanya berubah, mobil kami mulai memasuki perbatasan kota saat itu hujan deras, aku mulai ketakutan jalan begitu menyeramkan dengan jurang dalam di sisi nya jalanan jadi licin dan tak berapa lama ketakutan ku menjadi kenyataan," ucapan wanita itu terhenti, ia menyeka cairan bening yang keluar tanpa ia rasa.
"Mobil kami oleng, Kak Kyu tidak bisa mengendalikannya karena jalan yang sulit hingga akhirnya pandanganku menghitam, terakhir aku ingat semuanya terasa melayang dengan teriakan menyakitkan. Berhari-hari kemudian aku terbangun di sebuah rumah sakit dengan perut tak lagi membuncit, di tengah kebingungan salah satu teman Kak Kyubi datang dengan berita menyesakkan, semuanya lenyap Sasuke dan pada akhirnya kejiwaan ku kembali terganggu dan itu hingga sekarang." Naruto tidak menduga bisa berbicara sepanjang itu dengan begitu lancarnya.
Wanita itu mendesah, tak menduga bercerita pada orang lain akan sedikit mengangkat kegelisahan. "Apa yang ingin kau dengar sudah kau dapatkan, selanjutnya tergantung padamu," lirihnya tersamar suara rintik menghantam atap.
Perasaan sesak menghampirinya, Sasuke bangkit tanpa kata Naruto memejamkan mata ia tahu bahkan untuk menjalin hubungan pun ia tak pantas lagi. Ia telah rusak, begitu cacat dan hampir mustahil memperbaikinya. Kepalanya menunduk dengan jaket merapat biarlah hujan membasahi nya malam ini, di tengah perasaan berkecamuk ada perasaan hangat menjalar tudung jaketnya terpasang matanya terbuka perlahan menatap rambut hijau di kakinya, sepasang lengan putih melingkar di bahu Naruto hampir menangis Sasuke memeluknya beserta rasa nyaman yang ia rindukan.
"Maaf. Mungkin kata itu belum cukup, tapi izinkan aku memperbaikinya perlahan. Semua berawal dari kebodohanku hingga membuatmu seperti sekarang, jangan pernah menganggap dirimu tak berguna karena kau satu-satunya perempuan paling berharga yang aku miliki." Suara itu berbisik dengan kesungguhan mendalam.
"Setiap malam aku begitu tersiksa, perasaan bersalah terus menghantui ku selama bertahun-tahun, bagiku kau tetap sempurna seperti dulu tidak cacat seperti yang kau bayangkan, kau begitu berharga dan selamanya akan tetap seperti itu... " ucap Sasuke dengan nada parau, "aku ingin membuka lembaran baru bersamamu, mewujudkan kembali impian yang telah kita buat," bisik pria itu dengan nada bergetar, ia mengencangkan pelukan dengan hati penuh syukur.
Malam dengan rintik membasahi keduanya, Sasuke merengkuh Naruto dalam kehangatan, saling menguatkan perasaan rapuh yang didapat akibat perbuatan masa lalu. Air mata tanpa malu mengalir, dua insan terlarut dalam buaian haru, permainan takdir membuat keduanya terpisah penuh luka dan menorehkan kenangan pahit. Perjalanan yang tak mudah tapi sekali lagi kekuatan cinta membuktikan bahwa tidak mungkin perpisahan akan sekamanya memisahkan dua anak manusia yang ditakdirkan dalam garis yang sama.
•••TBC•••
Lama ya? Muehehehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Love | SfN [END]
Fanfiction(Selesai) 18+ Penghianat, Penyesalan, Marah, dan Benci. Menjadi bumbu dalam kisah cinta mereka. Disclaimer: M.K-Sensei Warn!: SasufemNaru Genre: Angst, Romance, etc.