Chp 10: ???

6.4K 665 16
                                        


Pagi yang cerah, tidak secerah aura di salah satu butik cukup terkenal, di jajaran pertokoan pusat Konoha.

Bagaimana perasaan mu ketika, big boss datang tiba-tiba ketempatmu bekerja, dan melihatmu sedang bermalas-malas an, perasaan ketar ketir menyelimuti hati.

Naruto menatap pegawai wanita di depannya datar, aura horror menguar dari tubuhnya, membuat wanita bernama Mia itu meneguk saliva dengan susah payah.

Naruto menghela napas, ya ampun ini bahkan masih pagi namun emosinya sudah melambung tinggi, ia memijat kening, kalau terus seperti ini, bisa bisa ia tua sebelum waktunya. Pipinya sedikit kaku setelah memberikan sedikit pencerahan pada pekerja nya.

Naruto pun membuat gesture, menggerakan tanggan menyuruh pegawai nya kembali bekerja.

Wanita itu menyamankan diri, bersandar pada sofa panjang hijau tua, yang terletak tidak jauh darinya. Matanya menyapu seisi ruangan, perasaan puas timbul melihat semuannya sesuai dengan apa yang dia inginkan, kemudian matanya memandang tertarik pada seorang pria berambut merah bata.

•••Π•••

Harum rumput segar menggelitik hidung Sasuke, pria itu menapaki jalan landai berbatu, onyx nya menatap hamparan rumput liar bak permadani, bucket bunga cukup besar berayun mengikuti tangannya. Suasana yang amat sepi membuatnya terlarut.

Ekspresi pria itu tampak campur aduk, dia berbelok ketika menemui perempatan jalan setapak, tak terganggu dengan keadaan sekitar yang penuh dengan nisan yang berderet rapi, Sasuke memasuki lebih dalam hingga ia dihadapkan dengan dua pusara yang terpisah dari yang lainnya.

Sasuke perlahan meletakkan bucket bunga yang ia bawa diantara dua pusara di depannya. Pria itu mundur mencari tempat duduk bersimpuh diantara dua pusara.

"Maaf...aku jarang menemui kalian," Sasuke menjeda, tangannya terulur mengusap nisan yang terbuat dari marmer "Kaa-san, aku sudah menemukan nya, dia tetap sama, Kaa-san pasti akan menyukainya dia terlihat dewasa sekarang," ungkap Sasuke terlihat gembira. Orang lain pasti akan menganggapnya orang gila karena berbicara pada benda mati.

"Tapi aku tidak suka dia memotong rambutnya," terang Sasuke jujur, pria itu sekarang nampak seperti anak kecil yang mengadu "Naruto juga sekarang lebih berani, Kaa-san dia bahkan membentakku," ia tersenyum kecil teringat makian Naruto tempo hari, bukannya menakutkan tapi terlihat menggemaskan dimata Sasuke.

"Tapi aku membuatnya menangis lagi kemarin." ujar Sasuke terdengar menyesal,

Pria itu merogoh saku celana bagian belakang, ia tersenyum lebar menatap foto Naruto semasa kuliah yang terpasang apik dalam dompetnya.

"Aku akan berusaha, mengembalikan seperti dulu, dan aku akan berhenti ketika dia benar-benar tidak mengharapkan ku lagi."

"Tou-san, aku akan memperbaiki semuanya, maafkan anakmu ini karena pernah membuat kalian kecewa." Sasuke menunduk dalam, hatinya berdenyut mengingat ekspresi kecewa kedua orang tuanya saat ia dengan mudah melepas Naruto dahulu. Meski sudah puluhan kali tapi sakitnya tetap sama.

Katakan lah Sasuke telah gila, ketika dia seolah merasakan rengkuhan hangat ditubuhnya. Tenggorokannya tercekat, dengan seketika ia merindukan sosok ibunya. Rasa nyaman ini sama jerit Sasuke dalam hati.

Hembusan angin musim semi seakan tak berpengaruh, Sasuke menatap nanar dua nisan di depan nya. Masa bodoh dengan umur, pada akhirnya Sasuke mengeluarkan keluh kesah dengan suara bergetar.

Meruntuhkan sikap datarnya selama ini, karena memang jauh dalam diri Sasuke, ia sebenarnya pria yang rapuh semenjak satu persatu orang yang disayanginya pergi.

•••Π•••

"ah, Rei-san senang bisa melayani anda." Naruto tersenyum kaku, entah kenapa, ia merasa tidak asing dengan pria di depan nya sekarang. Tangganya terulur membalas jabatan tangan pria itu.

"Senang bertemu dengan anda Namikaze-san, saya harap ini bukan yang terakhir." Naruto mencoba tersenyum dan mengangguk maklum, ia sudah terbiasa mendengar kalimat sejenis seperti yang pria itu katakan.

Naruto melihat arloji, wanita itu mengerang dalam hati melihat ia akan sedikit terlambat, ketempat yang akan ia datangi.

'Sial.' umpatnya.

"Sepertinya saya tidak bisa berlama-lama Rei-san, saya akan kesuatu tempat setelah ini, nanti anak buah saya yang akan menangani kekurangannya." terang Naruto, wanita itu berdiri diikuti pria di depannya.

"Sayang sekali, tapi baiklah, sepertinya anda sangat terburu-buru." Naruto mengangguk membenarkan "kita akan bertemu seminggu lagi bukan, saya harap nanti ada waktu lebih banyak, senang bisa berbicara dengan wanita seperti anda."

Wanita itu tersenyum, ia sedikit membungkuk sebelum berlalu, melewati kliennya, yang kalau tidak salah bernama Rei Gaara.

Ia merasa pernah bertemu dengan pria itu, namun ia tidak ingat persis dimana.

Wanita itu menggeleng kecil, mengusir pikiran yang kurang penting, yang lebih penting sekarang ia harus cepat ke tempat kliennya-lagi-.

"Namikaze Naruto, kita bertemu lagi." gumam Gaara melihat punggung Naruto yang semakin menjauh.

••• TBC•••

The Lost Love | SfN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang