Epilog

8.8K 494 47
                                        

"Uchiha Sasuke bersedia kah menerima Namikaze Naruto, berjanji untuk mencintai dan menghargai, baik dalam keadaan sakit maupun sehat, di dalam susah maupun senang, wanita di sebelah kanan anda yang sekarang sedang anda pegang? Apakah anda berjanji untuk menempatkan dia sebagai yang utama dari segala hal, menjadi suami yang baik dan beriman, menjadi tempat bergantung bagi dia, dan hanya bagi dia, selama-lamanya hingga akhir hidup anda?"

"Saya bersedia."

"Apakah anda bersedia untuk mengambil dia sebagai istri yang sah, selama masa hidup anda berdua?"

"Ya. Saya bersedia."

"Namikaze Naruto, bersedia kah anda menerima Uchiha Sasuke, berjanji untuk mencintai dan menghargai, baik dalam keadaan sakit maupun sehat, di dalam susah dan senang, pria di sebelah kanan anda yang sedang anda pegang sekarang? Apakah anda berjanji untuk menempatkan dia sebagai yang utama, menjadi istri yang baik dan beriman, menjadi tempat bergantung bagi dia, dan hanya bagi dia, selama-lamanya hingga akhir hidup anda?"

"Saya bersedia."

Tepuk tangan riuh bergema setelah kata terakhir dari Naruto tak lupa senyum bahagia diberikan untuk sepasang pengantin baru yang terus-menerus memancarkan aura merah muda, wajah berseri-seri khususnya sang wanita tertawa kecil sesaat ciuman Sasuke lepas di bibirnya, pipi Naruto merona malu.

"Kau cantik," ucap Sasuke yang kali ini mengecup dahi wanita yang kini sah sebagai istrinya.

"Sangat jarang mendengar pujian dari mu Tuan Uchiha, sepertinya akan ada badai hari ini," balas Naruto jenaka, bertahun-tahun bersama Sasuke bisa dibilang terhitung jari pujian keluar dari mulut pria itu dan sungguh diluar dugaan Sasuke mengatakannya di acara pernikahan mereka.

"Kau pantas mendapat pujian itu, tentu saja karena kau Uchiha Naruto pasangan Uchiha Sasuke pria paling diincar saat ini." Memutar bola matanya jengah mendengar kalimat penuh percaya diri Sasuke.

"Uchiha dan segala kesombongannya."

Acara berlangsung meriah sesuai ekspektasi Naruto dan tentu saja Sasuke, meski sebenarnya Sasuke lebih memilih jika pernikahan mereka dilangsungkan tertutup, cukup orang terdekat dan keluarga. Selanjutnya acara terakhir Sasuke menggandeng tangan Istrinya menuju mobil yang telah terparkir epik siap mengantarkan pasangan baru itu menuju bandara, menikah tanpa bulan madu belum lengkap pikir Sasuke meski Naruto tidak bisa mengandung. Ia memilih memboyong istrinya ke pulau kecil ada mansion yang ia beli sebulan lalu, dua tiga hari belum cukup Sasuke berencana melangsungkan bulan madu selama dua minggu.

.

.

.

.

Sudah Naruto tekankan dalam diri jika ia menikah dengan orang paling keras kepala yang pernah ia temui, buktinya seperti sekarang hujan lebat tak menyurutkan keinginan Sasuke untuk berkeliling kota, tujuannya mencari ramen, hampir dua jam dan mereka tidak menemukan kedai ataupun restoran yang menyajikan mie penuh lemak itu.

"Sasuke ini hampir dua jam, hujan semakin lebat. Sebaiknya kita membeli di minimarket, di sana ada banyak ramen instan."

"Tidak, aku tidak mau yang instan rasanya buruk. Kota apa ini! Kenapa tidak ada penjual ramen dimanapun," tolak pria itu bersikeras dengan pendiriannya.

Dahi Naruto berkerut dalam, aneh, bukankah Sasuke orang yang paling membenci makanan penuh kuah dan lemak itu? Jika mereka ada di Konoha sekarang Naruto akan dengan semangat merekomendasikan Kedai Ichiraku pada Suaminya itu, sayangnya mereka berada dan tinggal di Kiri.

"Mereka tutup Sasuke, demi Tuhan cuaca seperti ini dan jam berapa ini. Tentu saja orang lebih memilih bersembunyi dibalik selimut." Naruto berkata penuh kekesalan, ia menunjukkan jam di ponselnya yang menampilkan angka 00.09 apa otak jenius yang dielu-elukan pria itu kini sudah hilang.

"Bukannya kau membenci ramen? Apa ini benar-benar Uchiha Sasuke? Kau makan apa tadi?"

"Aku tidak makan sejak pagi."

Benar juga, Sasuke tidak makan sejak pagi ini membuat Naruto cemas apa suaminya tengah mengidap penyakit langka? Seharian Sasuke selalu menolak masakan rumah, alasanya beragam dari tidak suka bau sampai rasanya yang aneh.

Ckit...

Mobil berhenti mendadak Naruto sempat dibuat jantungan oleh tindakan tiba-tiba Sasuke. "Sekarang apa?" Oh ayolah emosi Naruto seolah dipermainkan sekarang.

"Kita ke Konoha."

"Katakan sekali lagi," Naruto harap ia salah dengar.

"Kita ke Konoha, ke kedai langganan mu dulu."

Bolehkah Naruto membenturkan kepala Sasuke saat ini juga agar pria itu pingsan dan melupakan keinginan gilanya, entah kenapa Naruto berpikir Sasuke layaknya orang ngidam dengan keinginan keras kepala. Lama mereka terdiam dalam jeda itu Naruto berpikir keras, dan berhasil sebuah pemikiran cemerlang muncul di otak, ia tersenyum sekilas tidak mungkin mereka pergi ke Konoha yang jauhnya ratusan kilo dalam sekejap.

"Kita pulang, aku akan buatkan ramen di rumah."

.

Slrup...

Kuah kaldu kemerahan itu di tandas habis, mangkuk porselen terlihat bersih rupanya Sasuke benar-benar menyukai ramen.

"Lagi?"

Sasuke tidak menjawab, ia mengusap perut bukan main dua  mangkuk ia lahap habis. Naruto bergerak mulai merapikan kekacauan yang mereka buat karena berpikir Sasuke tidak akan menambah lagi.

.

.

.

.

.

"Naru... Aku mau Yakiniku."

.

.

.

.

.

.

Terkutuk Dewa Kesialan yang mengunjunginya malam ini.

•••END•••

End gengs.... Aku bakal kangen sama cerita ini, mungkin.

The Lost Love | SfN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang