Chp 15: Kebenaran Yang Terungkap

6.7K 630 18
                                    

"Hiks...Nii-san."

Naruto menggigit bibir bawahnya hingga mengeluarkan darah, wanita itu tetap dalam posisinya bahkan setelah para pelayan pergi. Tubuh gemetar, sapphire nya bergulir liar, ketakutan yang ia rasakan membuatnya berteriak dengan suara tertahan.

Sementara itu dibalik pintu, Sasuke hanya bisa duduk bersandar, pria itu mengusap wajahnya kasar. Ingin sekali dia menemui Naruto, tapi ia ragu, Sasuke kecewa pada dirinya sendiri. Sasuke berhasil menyelamatkan Naruto sebelum pria bajingan itu berbuat lebih jauh, hati nya mencelos melihat keadaan Naruto yang pingsan dengan keadaan memprihatinkan, tangannya bahkan bergetar melihat cairan kental dikemaluan wanitanya.

Inikah balasan setimpal atas perlakuannya dulu, sungguh tak adil, Naruto pantas bahagia. Selain itu perkataan Tsunade tadi malam terus terngiang dalam otaknya.

.

.

.

.
Flashback..

Suasana suram menyelimuti tiga orang yang sedang menunggu dengan cemas. Ino menangis tersedu-sedu, wanita itu terus menerus menyalahkan dirinya, Ino merasa dialah yang bertanggungjawab atas kejadian yang dialami Naruto.

"Kalian pulang lah," ujar Sasuke yang sejak tadi terdiam "biar aku yang mengurus semuanya, ini sudah larut kalian tidak memikirkan anak kalian." tambah pria itu mengingatkan.

Sai membuang napas perlahan, menenangkan Ino adalah hal sulit " benar apa yang diucapkan Sasuke, Ino-chan sebaiknya kita pulang dulu."

"Tapi bagaimana dengan Naruto?" ujar nya bersikeras.

"Ada Sasuke yang menjaganya, Ino kita bisa mengunjunginya besok kalau kau mau." Sai berusaha membujuk, walaupun merasa tidak enak hati tapi dia masih memikirkan anaknya di rumah.

Setelahnya Sasuke tak lagi mendengarkan, ia hanya terpaku menatap pintu kamar yang tak kunjung terbuka. Sepuluh menit berlalu, tinggal ia sendiri, rumahnya yang biasa sepi terasa mencekam.

Cklek...

'Akhirnya.'

Sasuke menunggu dengan cemas, raut muram Tsunade membuat hatinya tak tenang, sedangakn dua maid yang menemani wanita itu tampak kelelahan.

Tsunade memijit pangkal hidungnya, tenaganya cukup terkuras menghadapi pasiennya kali ini. Belum lagi ia harus menyampaikan kenyataan tak mengenakan pada Sasuke.

"Hahh..Sasuke, sebaiknya anda menghubungi seorang psikiater."

"Apa maksudnya ini Tsunade?" potong Sasuke cepat, ada apa dengan Naruto "kenapa Naruto memerlukan psikiater?" batin pria itu semakin tak tenang.

Tsunade terdiam sejenak "Dilihat dari gejalannya sepertinya Namikaze-san mengalami kejadian serupa sebelumnya, sehingga membuatnya trauma," Sasuke tertegun pria itu bingung harus menanggapi seperti apa.

"ini tidak bisa dibiarkan begitu saja Sasuke. Kejiwaan Namikaze-san bisa saja terganggu, aku sarankan kau harus bertindak cepat." ujar Tsunade menjelaskan.

"Haruskah, Naruto." desah Sasuke pada dirinya sendiri, ini terlalu mengejutkan baginya.

"Akan aku lakukan," ujar pria itu mengangguk, demi Naruto apapun akan ia lakukan "ada apa?" ucapnya lagi ketika Tsunade menahan lengannya.

"Sasuke kuharap kau siap menghadapi kenyataannya nanti, mungkin hal ini juga lah yang membuat Namikaze-san tidak bisa mencari pendamping hingga saat ini."

"Katakan dengan jelas Tsunade, aku tidak suka kau berbelit-belit." geram Sasuke.

Ini yang terbaik pikir wanita itu "Namikaze-san pernah mengandung."

Deg..

Saat itu pula tubuh Sasuke lemas seketika, onyx nya menatap nanar Tsunade, berharap ini adalah salah satu lelucon Dokter tersebut, kenyataan apa lagi ini.

"Namun Namikaze-san mengalami keguguran, luka yang ada pada perut adalah buktinya." Kenyataan pahit terus keluar dari mulut Tsunade, jari-jari nya terkepal erat, Sasuke benci kenyataan ini, membuatnya semakin menyesali perbuatannya dulu.

Flashback End..

.

.

.

.

"Ya Tuhan inikah yang kau inginkan." pria itu bergumam.

Sasuke membulatkan tekat, pria itu membuka pintu perlahan. Ia melangkah mendekati Naruto yang bergeming.

"Naru, kau tak apa?"

'Bodoh tentu saja tidak.' inner pria itu berteriak.

"Dobe, lihat aku." Sasuke menyentuh bahu wanita itu perlahan.

"Jangan sentuh.. Pergi." lirih nya menampik tangan Sasuke, wanita itu beringsut menjauh.

Tangan Sasuke mengepal, wanita itu menolaknya lagi.

"Naruto lihat aku, tak apa aku tidak akan menyakitimu." bujuk nya, dengan kedua tangannya menahan bahu Naruto.

Sasuke membuang napas lelah, Naruto masih saja mengalihkan pandangannya "Naru kau aman disini, lihat aku." bisik Sasuke, pria itu tersenyum getir, ibu jarinya menyapu air mata yang terus mengalir dari sapphire yang ia rindukan.

"Suke, aku kotor hiks...mereka, jahat." Tubuh keduanya bergetar, hati Sasuke mencelos melihat wanitanya dengan keadaan seperti ini.

"Tidak, jangan katakan apapun Dobe." bisik nya, pria itu merengkuh Naruto dalam pelukan.

Ia terpaksa mengencangkan pelukannya saat wanita itu berusaha menjauh. Pria itu sebisa mungkin mencoba menenangkan Naruto.

.

.

.

.

Cahaya jingga sang surya terpancar menerangi kamar Sasuke, keadaan kamar yang berantakan tak mengusik ketenangan nya. Onyx nya menatap Naruto yang tengah tertidur.

Hembusan napas berat terdengar, ia bersyukur akhirnya Naruto bisa tertidur setelah meminum obat penenang yang diberikan Tsunade. Sasuke membuka dua kancing kemejanya, gerah. Pria itu baru saja sadar kalau ia belum mandi dari kemarin.

"Sepertinya aku perlu mandi." monolog nya tak rela.

•••TBC•••

😘

The Lost Love | SfN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang