Sungguh ini sesuatu yang merepotkan, Naruto harus beberapa kali mencoba pakaian yang ingin ia kenakan untuk malam ini. Semua terlihat kurang pas untuk sebuah pesta ulang tahun pernikahan menurutnya, walau dalam undangan tertera tema. Tetap saja ia punya style nya sendiri.Kalau saja bukan Ino yang mengundangnya, Naruto tak akan mau. Dengan beringas ia kembali memeriksa koper, mencari sesuatu yang layak ia kenakan.
Dua jam berlalu, akhirnya Naruto telah siap dengan dress hitam panjang membalut tubuhnya. Rambut sebahunya ia buat bergelombang. Simple tapi tetap terlihat anggun, merasa puas dengan penampilannya, wanita itu bersiap untuk berangkat, pestanya mungkin sudah dimulai. Untungnya ia telah menghubungi Ino kalau ia akan datang terlambat.
..
Ramainya pesta menyambut kedatangan Naruto. Kedatangannya cukup menarik perhatian tamu lain, ada yang bahkan terang terangan menatapnya. Ia merasa tak ada yang salah dengan penampilan nya malam ini. Aula yang dihias berbagai macam hal berwarna ungu, warna kesukaan Ino.
Wanita itu melangkah lurus, tujuannya hanya satu, yaitu kursi kosong berada disudut ruangan. tempat yang cukup nyaman yang akan ia tempati.
.
.
"Untuk apa aku disini." wanita itu menggumam, sejak tadi Naruto tidak mememukan Ino, sukses membuatnya dongkol. Ia merasa tak kenal seorang pun dengan orang-orang ini. Layaknya orang idiot, ia menggumam tak jelas dengan mata menatap sekitar. Jarinya hanya memainkan ponsel dengan sembarang.
"Miss Namikaze." Sapaan suara berat terdengar, membuat wanita itu sedikit tersentak.
"Mr Andrew, anda disini?" bola Sapphire nya menatap pria matang, bertubuh tegap yang datang mendekat. Rambut kecoklatan nya sedikit mengkilap terkena sorot lampu.
"Begitulah, bolehkah?" ujar pria itu berbasa-basi menunjuk kursi kosong di depan Naruto.
"Ya, silahkan."
"Aku cukup terkejut melihatmu berada disebuah pesta, orang itu pasti hebat hingga bisa menyeret wanita sepertimu ke tempat ramai seperti ini." Tutur nya dengan sedikit bumbu candaan.
Naruto ingin sekali meninju wajah pongah Andrew. Kliennya itu memang suka berbicara sembarangan. Ia tidak menanggapi, Naruto meminum air putih yang sudah ia pesan.
"Kau sendirian? Sejak kapan kau berada di Kota ini?"
"Dua hari yang lalu, ada sedikit masalah dengan toko ku." jelas Naruto. Ia menatap sekitar, semuanya dari kalangan borjuis. Aula mulai penuh, ia heran berapa banyak undangan pasangan Shimura itu.
"Kau sendiri, sangat jarang bagi orang sepertimu pergi ke sebuah pesta ulang tahun, seperti sesuatu yang mustahil." balas Naruto sedikit menjeda sebagai penekanan, ia memperbaiki posisi duduk.
Andrew tersenyum simpul "itu karena undangan Mr Shimura yang mengundangku secara langsung," pria itu berujar datar "aku cukup bosan seharian berada dalam ruangan, lagipula tak rugi menerima tawarannya, aku bisa bertemu wanitaku disini."
"Ka-"
Ucapan wanita itu terputus karena ponselnya berdering.
"Mei-senpai." Naruto menatap Andrew, ia membuat gestur meminta izin untuk mengangkat panggilan Mei.
Wanita itu berjalan ke sebuah lorong, mencari tempat yang pas. Wanita itu berdiri di dekat pilar yang menyatu dengan dinding.
"Ya senpai."
"..."
"Tidak, kau bisa menghubungi Shizuka di sana."
"...."
"Ah, tentu saja kita bisa bertemu setelah aku pulang, tentu, iya."
"..."
"Kau selalu seperti itu, semoga beruntung." Naruto menjauhkan ponselnya sesaat setelah Mei mematikan panggilan.
Ia memijit kening, pikirannya selalu dipenuhi oleh pekerjaan, dan masalah hidup lainnya.
"Tak adakah hari libur untukku." monolog nya mengeluh.
Naruto terdiam cukup lama, ia lebih menyukai tempat ini dari pada bising nya pesta. Wanita memperbaiki sedikit dress yang sedikit kusut, sebelum melangkah menuju tempat sebelumnya.
"Brengsek, kenapa pria sialan itu juga ada disini." ujar Naruto sambil mencari tempat persembunyian.
Wanita itu kembali ke tempatnya semula, sambil merapal doa dalam hati ia berharap Sasuke tidak menemukannya. Sial kenapa pria itu lama sekali perginya. Naruto mengamati dengan waswas, Sasuke yang terlihat berbicara dengan seorang pria tua.
Wanita itu kembali menyembunyikan diri, melihat Sasuke berjalan ke arahnya. Tak lama pandangannya terhalang, aroma maskulin memenuhi indra penciuman nya, sepasang tangan menarik tengkuk.
"Andrew." bisik wanita itu.
"Sstt...diamlah."
.
.
"Hm, kita akan bicarakan ini lebih lanjut di kantor besok." Ucap Sasuke, pria tua yang merupakan koleganya mengangguk setuju.
Batin Sasuke mendesah lega, tujuan awalnya ingin buang air kecil harus tertunda karena pria tua di depan nya. Kalau saja ini tidak menyangkut proyek besar Sasuke akan lebih memilih menuntaskan hasrat nya. Dia pun kembali menuju tujuan awalnya, keadaan sepi membuat hentakan sepatunya terdengar jelas.
Ditengah perjalanannya, onyx nya mendapati pasangan yang berdiri tak jauh darinya, seorang pria yang terlihat menggerayangi tubuh wanita yang berada dalam pelukan nya. Ia tak dapat melihat dengan jelas karena lampu yang redup, Pria itu mendengus, tak tau malu, cemooh nya.
Tak mau ambil pusing, karena hal yang tak berguna menurutnya, Sasuke segera pergi menuju toilet.
•••TBC•••
![](https://img.wattpad.com/cover/114741341-288-k634503.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Love | SfN [END]
Фанфик(Selesai) 18+ Penghianat, Penyesalan, Marah, dan Benci. Menjadi bumbu dalam kisah cinta mereka. Disclaimer: M.K-Sensei Warn!: SasufemNaru Genre: Angst, Romance, etc.