Chp 17: Bunga matahari

5.2K 500 21
                                    


Ruang kerja nan luas milik Sasuke sunyi seperti biasa, namun kali ini bukan karena empunya sibuk bekerja, tapi oleh hal lain. Pria itu mengusap rahang dengan jempolnya seraya dahi berkerut bingung.

'Aku tidak yakin Suke, buktikan kalau semua ucapanmu benar adanya.'

Sepenggal kalimat yang Naruto utarakan sukses membuat Uchiha Sasuke galau. Otaknya telah menyusun puluhan cara, tapi ia meragu apa hal itu akan berhasil.

"Bagaimana kalau anda langsung melamarnya saja tuan." Sebuah ide tercetus dari mulut Kakashi membuat Sasuke tersedak.

"Tidak, Aku sudah memakai rencana itu puluhan kali tapi tetap tidak berhasil." Sanggah nya cepat.

"Anda bisa memulainya perlahan, buat Naruto-sama menerima anda secara bertahap, karena menurut saya wanita seperi itu tidak suka didesak." Kakashi menjelaskan sekali lagi.

Impuls otak Sasuke kembali merenungi ucapan Kakashi "Kau benar, mungkin memang harus seperti itu." Tandasnya.

Sasuke mendesah, onyx nya melirik jam "mereka seharusnya sudah sampai di bandara." Ujarnya menghitung keberangkatan Naruto sejak tadi pagi.

•••Π•••


Hampir jam delapan malam, cuaca semakin dingin, Naruto baru saja menginjakkan kakinya di pekarangan rumah. Ia disambut antusias Chiyo, wanita tua itu terlihat semringah melihat nona nya kembali.

"Selamat malam nona."

"Ya, selamat malam." Ia memasuki rumah dengan lesu, perjalanan nya kali ini cukup menguras tenaga "aku akan langsung istirahat saja, kau tidak perlu menyiapkan apapun." Ujarnya, melunturkan niat Chiyo untuk kembali bertanya.

"Aku sudah makan." Naruto menambahkan, tau Chiyo akan protes.

"Baiklah nona, saya permisi dulu." Perasaan tenang menyelimuti hati wanita tua itu, sudah beberapa hari perasaan gusar terus bercokol di hati karena nona nya tak kunjung kembali.

Naruto berdehem, ia menaiki tangga menuju kamar pribadi, satu persatu ia pijak dengan kesadaran minim. Hari belum terlalu larut tapi matanya sudah tidak bisa diajak kompromi, mungkin karena efek obat yang barusan ia minum pikir Naruto masuk akal.

Hidungnya menghirup aroma kamarnya kuat, ia rindu aroma jeruk kesukaannya. Naruto meletakkan asal tas dan mulai menanggalkan satu persatu pakaiannya, wanita itu bahkan tidak kuat untuk membuka penuh kedua matanya.

"Ahh, oyasumi." Baru beberapa menit ia menyentuh kasur, wanita itu telah terlelap begitu dalam.

.

.

.

.

Cuaca terik menaungi kota Kiri siang ini, banyak pejalan kaki memacu lebih karena panas menyengat kulit, seperti halnya Naruto yang kali ini melangkahkan kakinya lebih lebar menuju mobilnya yang telah terparkir apik. Wanita itu baru saja keluar dari sebuah gedung futuristik tempat Hagane bekerja, mengingat pria itu membuatnya teringat pertemuan mereka beberapa saat lalu. Ia harus menjalani terapi lagi, dua minggu sekali Naruto harus rutin bertemu Hagane.

Blam...

Naruto melemaskan punggungnya pada kursi, disampingnya Shizuka menunggu dalam diam, Naruto meletakan lengannya di atas dahi, ia merasa akan tua sebelum waktunya "jalan, kita pulang, hari ini aku sedang tidak ingin bekerja." Ujarnya memerintahkan, mood nya hilang seketika begitulah salah satu indikasi yang Hagane katakan.

"Baik Naruto-sama." Jawab patuh gadis itu.

Sepanjang perjalanan Naruto terus terdiam, Shizuka pun tak berani gadis itu tidak ingin menggangu Naruto walau ia begitu penasaran  bagaimana keadaan nona-nya. Perawakan bosnya juga tapak lebih kurus dari seminggu kepulangan mereka.

Dengan rentang waktu seperti biasanya mereka sampai di rumah besar Naruto, di depan pintu Naruto yang beberapa langkah di depan Shizuka berhenti "sampai disini saja, kau kembalilah dan katakan pada Mei-senpai aku baik-baik saja."

"Tapi-"

"Tidak usah membantah turuti saja apa yang aku katakan." Tubuh Shizuka tersentak, gawat mood bosnya sedang ditahap mengkhawatirkan.

"Ba-baiklah saya permisi Naruto-sama." Mendengar amukan Naruto sama saja dengan membuat kupingnya panas, lebih baik ia menuruti kemauan wanita itu sekarang.

Sepeninggal nya Shizuka Naruto kembali melanjutkan jalannya, ia memasuki ruang tamu disambut oleh Chiyo "nona telah kembali," sambutnya dengan suara khas "tadi ada kiriman bunga untuk anda sudah saya letakkan di meja nona."

"Dari siapa?" Naruto melihat arlojinya, masih pagi ujarnya dalam hati.

"Saya tidak tahu nona."

Wanita itu memijit plipis nya "Kau bisa pergi." Ujarnya setengah mengusir.

Naruto menuju meja bundar di tengah ruangan, dengan sebuket bunga matahari cantik diatasnya. Batinnya sudah bisa menebak siapa pengirim bunga itu. Ia menyamakan diri di sofa sebelum mengambil sebuah kartu yang terselip diantara bunga.

Ia membaca deretan huruf  yang tertulis rapi "Bunga yang cantik untuk perempuan yang cantik...keh," Naruto tidak percaya apa yang telah ia baca "ada apa dengan pria itu, bersikap romantis dia pikir aku akan luluh hanya dengan seikat bunga," Tukasnya jengkel "Uchiha sialan."

•••TBC•••

The Lost Love | SfN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang