Chp 11: benang merah

6.4K 657 26
                                    


Nyatanya hidup tidak semulus seperti apa yang kita inginkan, kerap kali campur tangan takdir menguji batas kemampuan, banyak orang mengeluh, padahal itu adalah tolak ukur kualitas diri.Apa yang kita tanam itulah yang akan kita tuai, semakin tinggi pohon itu tumbuh, maka semakin kuat pula lah angin menerpa nya.

Seorang bijak pernah berkata, "jadikan masalah yang datang sebuah anugerah, menerimanya dengan hati yang lapang akan membuatnya terasa mudah."

Terdengar mudah tapi sulit untuk dilakukan, apa yang bisa kita petik dari sebuah kejadian, seberapa sering kita berpikir positif dari suatu keadaan sulit. Pantaskah kita membalas suatu kejahatan, padahal ada Tuhan yang memiliki hak.


🍃🍃🍃

🍃🍃

🍃

Tuk..

Suara ketukan kaca mobil menyadarkan Wanita Namikaze itu dari lamunan.

Naruto memijit pangkal hidungnya, tiba-tiba pikirannya tanpa bisa dicegah memutar ulang kenangan bertahun-tahun silam, memaksanya untuk berpikir dengan hal-hal rumit.

Ia menengok ke samping, menemukan seorang anak kecil berpakaian lusuh, mata hazel nya menatap polosnya dengan raut penuh harap. Dengan segera ia menurunkan kaca, anak perempuan itu menjauh selangkah.

Naruto mencoba tersenyum, ia mengambil beberapa lembar uang dengan nominal cukup banyak. Tangannya terulur ingin memberikan pada anak kecil yang terpaku.

Keningnya bertaut, ketika anak itu menggeleng "aku hanya perlu sebotol air, dan sebungkus nasi nyonya." cicit anak itu dengan wajah takut, tangan kurusnya mendorong kembali lengan Naruto.

"Tapi kenapa? Bukankah kau bisa membeli banyak makanan dengan uang ini." Naruto bertanya penasaran, ia memandang kedepan melihat waktu lampu merah yang tinggal tiga puluh detik.

Anak itu terdiam sejenak dengan wajah bingung "kami sedang kelaparan karena tidak memiliki nasi dan lauk, Nii-san ku sedang sakit, aku hanya perlu makanan nyonya." terang anak itu, Naruto terdiam hatinya meng iba mendengar nya.

"Tapi kamu bisa membeli banyak makan dan obat yang cukup, bukankah itu lebih baik?" tanya Naruto lagi, rasa penasaran nya semakin membesar.

"Tuan jahat akan mengambilnya, dan uang itu tidak akan berguna, aku tidak ingin uang yang telah nyonya cari dengan susah payah digunakan dengan sesuatu yang tidak berguna." Naruto tertegun, tak menyangka akan mendapat jawaban menarik dari seorang anak kecil.

"Tapi kau bisa menyembunyikan nya bukan?"

Ia menghela napas saat anak itu bergeming, Naruto mengambil uang dengan nominal terkecil.

"Adik kecil, aku tidak memiliki nasi atau minuman seperti yang kau inginkan, tapi kau harus menerima uang ini." Naruto dengan cepat memberikan uang tersebut, sebelum taxi yang membawanya melaju, meninggalkan anak kecil yang terdiam dengan mata berkaca-kaca.

"Semoga kau selalu mendapat kebahagiaan nyonya." bisik anak itu tulus.

•••Π•••

Matahari telah beranjak, ketika Naruto keluar dari rumah besar tempat klien nya tinggal. Awalnya ia cukup terkejut karena klien nya kali ini merupakan teman nya yang cukup akrab semasa kuliah.

Yamanaka Ino, salah satu dari sedikit orang yang tidak membully nya dulu, Naruto ingat betul bagaimana ia kesusahan menghadapi sikap cerewet Ino, dan sekarang pun belum berubah, membuat Naruto mendengus geli mengingatnya.

Seharian mereka habiskan dengan mengobrol, bernostalgia setelah selesai membicarakan bisnis mereka, Naruto juga gemas melihat anak Ino yang baru berumur tiga tahun, tingkahnya yang lucu juga sering membuatnya tergelak.

Membuat nya berpikir, begitu bahagianya bisa memiliki keluarga kecil, nasib nya yang kacau memberikan nya hanya sebentar rasa itu.

Akibat tidak bisa menunggu lebih lama. Naruto akhirnya memilih singgah di sebuah restoran keluarga, perutnya sedikit perih karena seharian belum terisi.

Dengan segera ia memanggil pelayan, setelah menemukan meja kosong, suasananya terasa nyaman, wanita itu menyukainya.

Lima menit berlalu, akhirnya makanan yang ia pesan pun datang, harum masakan semakin membuatnya lapar.

"Aku sudah tidak tahan lagi." monolog nya, segera menyantap hidangannya.

"Sepertinya kita memang ditakdirkan untuk bertemu lebih cepat." tangannya yang memegang sendok terdiam, ia mendongak, melihat seorang pria yang berdiri menjulang, dengan tuxedo hitam di depannya.

•••TBC•••

GaaNaru untuk next Chp 😆

The Lost Love | SfN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang