15 : Waktu Untuk Kita

10.7K 264 9
                                    

Keina's Pov

"Capekk" aku menjatuhkan diriku ke tempat tidur sambil mengembuskan napas panjang.

Home sweet home, sekarang aku sudah berada di rumah dan--yap, sekarang udah pukul 19.27 padahal bus kami sampai SMA Todetecoz sejak jam limaan.

Tadi pas di bus Kak Arta nyamperin aku di tempat duduk. Dia bilang setelah nyampe Todetecoz aku harus pulang bareng dia dan harus mengcancel semua jadwal penjemputanku.

Dan saat ini kami berdua hanya duduk berhadap-hadapan di kantin yang kosong, bahkan di SMA Todetecoz ini pun hanya tersisa anak-anak malang yang belum dijemput.

"Kakk ayo pulang" rengekku mengajak Kak Arta pulang yang sedari tadi terlihat asik main hp.

Kak Arta tengok kanan kiri kemudian fokusnya kembali pada handphone dan dengan santainya berkata "Udah sepi juga ya"

"Iyalah kakkk" ringisku

Kak Arta mengangkat wajahnya dari hp dan memandangku dengan wajah datarnya "Mau pulang?" Aku cepat mengangguk

Kak Arta mengumbar senyuman manisnya "Nanti ya, mendung nih"

Dia kembali bermain game di hpnya dan aku kembali hanya menontoninya. Benar saja, tak lama dari itu hujan turun sangat deras, benar-benar deras. Tak sampai aku untuk membayangkannya gimana nasib kami kalau tetap pulang tadi.

"Keina"

Kak Arta memecah lamunanku pada hujan yang bergitu mendominasi suara di sekitar kami.

"Ya?"

"Kita kan cuma berdua.." Kak Arta menaruh hpnya di meja "kenapa kamu gak manfaatin banget waktu ini?"

Keningku berkerut "mak..sudnya?"

Kak Arta menghembuskan napas sambil menatap langit-langit sekilas kemudian kembali menatapku "Sekarang dingin loh, ayolah" dia merentangkan tangan.

Aku yang mengerti maksud Kak Arta segera membuang pandangan, menggembungkan pipi dan membuang napas untuk mengatur detak jantungku yang tak karuan saat ini.

"Pak" teriak Kak Arta kepada seseorang yang membuatku menoleh ke belakang.

Pak Wen, salah satu petugas kebersihan di sekolah ini. Pak Wen menoleh dan mulai berjalan mendekat

"E-eh Pak gakusah kesini, saya mau pinjem payung kok"

"Oh iya baik" Pak Wen segera berbalik arah dan kembali meninggalkan kami berdua.

Aku mengembalikan posisiku dan menatap Kak Arta heran "Payung?"

Kak Arta mengangguk santai, dia mulai memainkan hpnya lagi. "Kita pulang" katanya singkat.

Tak lama datang Pak Wen yang setengah berlari ke arah kami membawa payung berwarna pelangi. Melihat Pak Wen yang sudah dekat Kak Arta memasukkan handphonenya ke kantung celananya.

"Ini, dek Arta"

Kak Arta berdiri dari kursi dan menerima payung itu "Oh iya, makasih ya Pak Wen"

"Iya Dek" Pak Wen membungkukkan badannya kemudian meninggalkan kantin.

Kak Arta mengulurkan tangannya padaku "Ayo"

"Ini masih deras banget Kak tapi"

Kak Arta tersenyum "Gakpapa"

Aku meraih uluran tangannya dan bangkit dari kursi. Kami pun berjalan keluar dari kantin dengan tangan Kak Arta yang belum melepaskan tanganku sejak tadi aku menerima uluran tangannya.

KEINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang